21 : Raven

44 6 0
                                    

"Zoe!"

"Nanti hari sabtu main, yuk!"

Heran.

Perasaan gue gak pernah ngerecokin mereka. Tapi kenapa mereka gak berhenti ngrecokin gue, sih.

Iya sih, ujian udah selesai dari minggu kemarin. Sekarang pun masuk juga gak bakal ngapa-ngapain, alias gak ada pelajaran, cuma remidi doang. Beberapa hari lagi juga udah mulai libur semester.

Terus emang kenapa?

Harus banget gitu pergi main bareng temen?

"Main apa? Monopoli? Remi? Atau lo ngajak gue main dakon?" tanya gue.

"Ih, ya enggak," jawab Nana menggerutu. "Ayo jalan-jalan."

Gue menopang kepala. "Ke dunia mimpi? Ayo, nanti hari minggu kita ketemuan di mimpi gue, ya."

"Zoee!" balas Nana gregetan.

Riska terbahak. "Kesel, kesel udah ngomong sama Zoe."

Gue cuma diem gak membalas. Gue bukannya gak mau main, cuma gue mager aja.

"Ayo, Zo."

Ck. "Siapa aja yang ikut?"

"Gue, Riska, Tiara, sama Ajeng," jawab Nana.

Oh. Udah kembali berkelompok toh. Kemarin aja pas ujian solidnya dabest. Mau itu temen atau enggak pokoknya nyontek dan ngajak nyontek bareng. Sama-sama kerja sama nyembunyiin buku paket lagi.

Sekarang mah udah sendiri-sendiri lagi.

Emang ujian itu menyatukan semuanya.

"Gue sibuk," jawab gue.

"Yah!"

"Sibuk ngapain?" tanya Ajeng heran. "Lo udah ada acara?"

Iya. Tidur.

Tiara menyipitkan matanya curiga, "Lo udah janji nge-date bareng Raven, ya?"

Gak lah. Kemarin Raven ngajak jalan aja gue tolak. "Gak. Gue nge-date sama kasur gue lebih enak," jawab gue.

Gak, bohong. Gue mau belajar buat semester dua. Serius! Gue mau belajar pelajaran yang bukunya campur semester 1 sama semester 2. Iya deh, sebut aja gue anak ambis.

Soalnya kemarin orang tua gue hampir ngamuk liat nilai matematika gue.

Yah, lagian anak IPS kayak gue dikasih MTK. Kalau anak lain mungkin gapapa, gue mah beda.

Otak gue menutup pintu dan mengusir jauh-jauh matematika waktu dia mencoba masuk.

"Dasar jones," ejek Nana. "Pacaran kok sama kasur."

"Eh, tapi enak juga sih," celutuk Tiara, "Kalau sama kasur 'kan gak ada yang namanya sakit hati."

Nah bener tuh.

"Selalu menerima kita apa adanya lagi," lanjut Tiara.

Tumben dia pinter.

"Lo juga sama jonesnya!" seru Ajeng. "Habis diputusin terus patah hati ya gini."

"Iya," balas Tiara sedih. "Gue habis putus."

Yha. Nggak enak 'kan? Makanya gak usah pacaran. Pacaran itu gak enak.

"Intinya, gue gak ikut," ucap gue lalu berdiri. Gue keluar dari meja gue yang mendadak penuh dan rame itu, lalu pergi ke kamar mandi.

Gue ngantuk. Kayaknya gue harus cuci muka. Tapi luka gue cukup perih kalau kena air. Gue menatap pantulan diri gue di cermin kamar mandi. Hah ... berantakan.

About Zoe {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang