"Han, lo 'kan yang kasih tau mereka tentang tempat ini?"
Cengiran lebar mengesalkan menghiasi wajah Hanny. "Gue cuma kasih tau Missy. Siapa sangka ternyata mereka datang bareng."
Baru gue mau membalas ucapannya yang sok innocent itu, sebuah celutukan terdengar.
"Permisi, gue mau pesan, nih!"
Sialan. Mereka semua ngerjain gue.
Oke, terserah. Gue bakal bilang ke Alo kalau Hanny nggak perlu dikasih jatah menu spesial. Alo 'kan baik sama gue, dia pasti membela gue.
Gue memelototi empat serangkai yang duduk di sofa ini seakan mereka kuman. "Cepet pesan dan pergi dari sini."
"Wah, pelayan macam apa lo," ejek Elang dengan seringai.
"Ternyata lo bisa kerja ya, Zo," sambung Samuel.
Heh! Dikira gue hidup di goa gitu!?
"Kasih request makanan yang enak dong, Zo," kata Misael sambil tersenyum geli.
"Kerja, Zo?" tanya Raven.
Gue menggeleng. "Cuma dipaksa bantu aja, sih. Ini 'kan punya Hanny sama sepupu gue."
Tiba-tiba mulut Elang kembali berbunyi. "Yang dijawab cuma Raven, ya."
"Emang lo nanya apa ke gue?" balas gue kesal lalu menunjuk daftar menu yang dipegang Misael. "Kalau menurut gue, yang enak itu cheesecake, kalau minumannya machiato, tapi milkshake juga enak kalau lo suka manis. Kalau makanan berat, gue sarankan lo pilih steak atau nasi goreng. Tapi semua makanan di sini enak-enak kok."
"Udah ahli, ya," celutuk Samuel.
Gue gak salah 'kan!? Gue cuma menjelaskan dengan baik dan benar.
"Ah, kalau gitu gue ...." Misael terdiam lalu menyebutkan sederet pesanannya. Setelah itu ia menoleh pada teman-temannya. "Kalian?"
"Gue sama," jawab Raven.
Gue mengangguk paham lalu mendengarkan Samuel dan Elang yang menyebutkan pesanannya juga. "Kalian suka manis?" tanya gue.
"Gak juga sih, kenapa?" balas Elang.
"Karena baru buka, ada menu spesial gratis, yaitu parfait choco banana. Kalian mau?"
"Gue gak usah," jawab Samuel.
"Gue mau, mau! Makanan gratis itu gak boleh ditolak," kata Elang yang tanpa gue duga sangat bersemangat. Dia ... gak tau malu banget, ya.
"Gue juga deh," sambung Misael.
Sambil menggeleng, Raven menjawab. "Gue enggak."
Hm? "Lo gak suka manis?"
"Biasa aja," jawab Raven. "Tapi gue gak terlalu suka coklat."
Oh.
Eh, bentar, bentar. Kayaknya gue pernah maksa dia makan cokelat, deh.
Mendadak gue merasa bersalah.
"Ah! Kalian temannya Zoe?"
Datang deh, si cerewet ale-ale. Semoga dia nggak ngomong aneh-aneh.
"Aku Ale," ucap Ale dengan senyum lebar menyenangkan dan penuh keramahan. "Kamu yang namanya Raven, ya?"
Gue menghela nafas dan menjitak kepala Ale. "Kamu apa-apaan, sih."
"Ih, Zoe, aku cuma kepo," balas Ale. "Lagian Hanny yang bilang kok."
Hanny .... Ya ampun. Cewek itu bener-bener ngeselin.
"Kenapa?" tanya Raven heran.
"Zoe, kasih pesanannya sana," usir Ale lalu mendorong gue menjauh.
Apa!? Apa!? Kalian mau ngomongin sesuatu tanpa sengetahuan gue, ya? Kok ngeselin!
Awas aja kalau gue balik, gue malah tambah dijahili.
"Rame banget," ucap Alo. "Ada teman-temanmu, ya?"
"Ada si Raven," jawab Hanny yang juga sedang mengambil pesanan.
"Raven? Oh ... Raven."
Gue melotot kesal. "Lo itu berisik banget sih, Han."
Hanny nyengir lebar sambil berlalu pergi. "Gue cuma menunjukkan Raven yang mana, lho."
Terus kenapa sih kalau itu Raven? Kenapa sih semua pada heboh? Gue itu gak suka kalau kayak gini.
Hiks.
"Udah, udah," kata Alo sambil menepuk-nepuk kepala gue.
"Alo, jangan buatin parfait-nya Hanny," pinta gue.
"Iya, iya."
"Jangan kasih dia jatah makan siang juga."
"Iya. Iya."
"Aku gak suka kalau kayak gini," ucap gue jujur. "Bikin malu."
Alo tersenyum. "Iya ... padahal kamu mencoba biasa aja 'kan? Raven juga biasa aja 'kan?"
Gue mengangguk.
"Tapi semuanya godain kamu, ya?"
Gue mengangguk.
"Bukannya itu berarti kamu lucu?" Gue mendelik. "Karena responmu lucu, mereka jadi suka dan godain kamu terus."
Gue menghela nafas. "Ya kali."
"Udah, udah. Gak papa. Habis ini kamu istirahat aja dulu di sini," balas Alo. "Itu pesanannya udah selesai."
Gue mengangguk lagi lalu membawa nampan berisi piring-piring makanan itu ke meja Raven. Hm? Aneh, kenapa cuma sisa Misael sama Raven aja?
"Ke mana Samuel sama Elang?" tanya gue heran.
"Mereka keluar sebentar waktu lo ke dalem," jawab Misael menunjuk Samuel dan Elang yang berdiri agak jauh dari halaman depan kafe.
"Ngapain?"
"Ngerokok."
Oh. "Ini pesanan kalian." Ekor mata gue menangkap Ale yang tersenyum tipis. "Apa? Lo gak ngomong aneh-aneh 'kan?"
Ale menggeleng. "Enggak, enggak."
"Beneran?" tanya gue menyipitkan mata, lalu menatap kearah Raven dan Misael yang cuma mengangkat bahu cuek. Oke, kalau mereka yang denger sih, kayaknya apapun yang Ale bilang soal gue gak bakal disebar-sebarin atau diejek-ejekin.
Ale menepuk-nepuk bahu gue sambil kepalanya mengangguk-angguk. "Kayaknya kamu disuruh Alo istirahat ya habis ini?"
Emang anak kembar itu ikatannya kuat banget, ya?
"Oke, kamu udahan aja sekalian," kata Ale. "Bantuin Alo di dapur aja."
Gue cuma mengangguk lalu gak sengaja tatapan mata gue bertabrakan dengan Raven. Gue mengangkat alis, merasa kalau dia kayak mau ngomong sesuatu.
"Hp lo udah balik 'kan?"
"Iya."
"Bagus deh, kalau gitu."
Gue mengangguk lagi lalu berbalik dan membantu Alo di dapur.
Gak lama kemudian, ponsel gue bergetar.
Raven: Besok lo ada acara, nggak?
><
KAMU SEDANG MEMBACA
About Zoe {END}
Dla nastolatkówGue, Zoe Violetta. Seorang cewek yang berusaha menutup dirinya, menjauhi pandangan orang-orang, dan hanya ingin melewati masa SMA biasa. Gue gak berharap ada sesuatu menarik di hidup gue. Tapi gue selalu berharap, setidaknya gue gak sendirian. Kalau...