44 : Baikan

37 5 0
                                    

Kayaknya dunia itu emang kejam.

Begitu gue masuk, gue langsung kedapetan tugas kelompok. Apalagi tugasnya nggak kira-kira, yaitu menjahit. Bisa sih, bisa, tapi ini jahitnya harus dibentuk-bentuk gitu. Kalau datar nggak masalah, masalahnya ini bentuknya itu harus muncul gitu.

Gue jahit biasa aja kadang gak bener. Ini malah harus jahit kayak gitu.

Kelompoknya juga bangku depan belakang, jadi cuma bisa pasrah aja. Karena jahitnya bergiliran, Langit pun bersedia dapat giliran pertama.

Dia udah coba sih, dan hasilnya bener-bener berantakan. Begitu juga Deon, yang emang nggak bisa dilihat baik-enggaknya.

Gue benar-benar tercengang melihat kain yang dipenuhi dengan benang terjirat di atas meja gue.

"Ra, lo bisa jahit?" tanya gue.

"Gue bisa," jawab Tiara tampak meyakinkan. "Tapi kalau hiasan timbul gini, gue nggak bisa."

"Kalian emang nggak bisa jahit?" tanya gue menatap Langit dan Deon dengan sangat emosi.

"Sangat tidak bisa. Maafkan kami, Zoe."

Mendadak jadi sopan gitu, ya.

"Hamba sudah mengikuti cara di internet, tapi tetap tidak bisa," kata Langit bahkan sambil menunduk.

"Begitu juga dengan hamba," sambung Deon.

"Tapi yah, ini pertama kalinya gue lihat orang yang teknik menjahitnya bener-bener parah kayak kalian," celutuk Tiara yang langsung membuat gue mengangguk setuju.

"Yaudah, ini tunjukin dulu aja ke guru, entar gue benerin," ucap gue.

"Malaikat!" seru Langit senang. "Makasih, Zoe!"

Gue pun duduk memakan kuaci yang dibawa Tiara. Menunggu Langit dan Deon kembali dari acara mereka menunjukkan kain terjirat benang tadi.

"Emang lo bisa jahit, Zo?"

Gue menggeleng polos. "Gak terlalu bisa sih. Tapi nanti gue bakalan coba. Habis gitu, lo yang terusin, ya?"

Tiara mengangkat alis, lalu terkekeh. "Siap, Bos. Lo mah bisa apa aja, jadi gue bisa tenang dan percaya."

Iya, deh, terserah.

Gue melirik layar ponselnya yang menyala. Ada gambar anak anjing di sana. Gue mengernyit heran. "Lo punya anjing?"

"Iya," jawab Tiara. "Lucu, lo pasti suka kalau lihat. Kayaknya di kelas cuma lo yang belum tau."

Oh? Gue kudet banget, ya.

Tapi ... emang gue bakal suka anjing? Gue harus mimpi dulu baru bisa.

>•<

Kali ini, lagi-lagi gue tinggal lebih lama di kelas. Selain karena menunggu rapat OSIS buat acara MOS, gue juga harus ngerjain tugas jahitnya di sekolah. Kalau di rumah, gue pasti diganggu adek gue.

Omong-omong Kanya udah mulai sembuh kemarin. Untung aja bukan demam berdarah.

Ngantuk.

Gue menghembuskan nafas pelan lalu meletakkan kain tersebut di atas meja bersama benang dan jarum. Gue belum bilang kalau gue udah pulang, jadi gak masalah, 'kan, kalau gue tidur bentar?

.

.

.

About Zoe {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang