Author pov.
Seorang anak laki-laki berdiri di samping sang ibu, memandang heran gadis kecil yang bersembunyi di belakang orang tuanya. "Siapa?" tanyanya.
"Namanya Zoe. Dia emang pemalu."
Ia terdiam sejenak. Cantik dan menarik, itu yang dipikirkannya saat melihat gadis kecil tersebut mengintip dari belakang kaki orang tuanya dengan dress merah marun.
"Hai, aku Raven." Ia mengulurkan tangan, menyentuh puncak kepala sang gadis. "Mau main bersamaku?"
Butuh waktu untuk membawa gadis itu pergi bersamanya. Dengan sedikit paksaan dari kedua orang tua sang gadis, yang memang sedikit kesal dengan tingkah pemalu anaknya, Raven berhasil menggandeng tangan gadis itu dan membawanya pergi.
"Heei! Raveen!" panggil seseorang.
Raven berhenti, begitu juga Zoe yang terlihat sedikit takut saat seorang anak perempuan dan laki-laki lain datang berlari kecil ke arah mereka.
"Apa?" tanya Raven heran.
Bukannya menjawab, perempuan itu malah menatap Zoe heran, lalu tersenyum lebar. "Hai, kamu siapa?"
"... Zoe," jawab Zoe pelan.
"Halo, Zoe! Kenalin, namaku Hanny dan dia Missy," balasnya. "Tadi aku mau ajak Raven main, tapi kayaknya dia lagi sama kamu, jadi aku pergi dulu, ya. Daah!" lanjut Hanny melambaikan tangan sebelum menarik laki-laki di sampingnya pergi. "Ayo, Missy, jangan ganggu mereka."
Zoe memandang kepergian mereka tatapan aneh. Ini pertama kalinya ia melihat orang secerewet itu.
"Abaikan mereka," ucap Raven. "Zoe, ayo ke dapur. Biasanya aku kesana bareng Hanny, tapi sekarang aku sama kamu aja."
Dahi Zoe mengkerut. "Ngapain?"
"Nggak tau. Yang jelas di dapur pasti ada hal seru."
Tanpa sempat menjawab, Raven lebih dulu menarik Zoe pergi.
Itu adalah saat Raven Praditya bertemu dengan Zoe Violetta pertama kalinya.
.
.
.
"Kadang gue kesel temenan sama lo," cetus Hanny sambil melempar-lempar kuaci milik Misael.
Raven berdecak. Ia mengambil kulit kuaci dan balas melemparnya pada Hanny. "Apaan sih lo."
"Gue cuma berharap kalian gak mengotori kamar gue," kata Misael masih dengan pandangan tertuju pada buku tebal di tangannya.
"Missy ...." rengek Hanny mendekat pada Misael. Tangannya menunjuk-nunjuk Raven, seolah mengadu pada ibunya. "Masa tadi gue ditanyain lagi, pacaran sama Raven atau enggak. Cuma karena gue sering bareng Raven, semua orang ngira gue pacarnya. Idih, amit-amit, najis. Ogah amat pacaran sama Raven. Terus, terus, waktu gue mau pulang barusan, gue dimintai nomernya Raven. Kenapa sih mereka gak mau minta sendiri. Pawangnya ilang, semuanya jadi balik agresif lagi."
"Udah, udah." Misael menghela napas pelan, sementara Raven hanya membuka kulit kuacinya cuek. "Maklum, temen lo masih gapon."
Tak terima disebut begitu, Raven langsung melotot. Ia menggambil segenggam kuaci dan bersiap melemparkannya pada cowok dengan mulut yang memang mulus mengeluarkan kalimat menusuk. Tapi Misael lebih dulu memberinya tatapan tajam.
"Lo kotori kamar gue, gue usir lo dari sini."
"Cih." Raven kembali meletakkan kuaci itu dan memainkan ponselnya.
"Cari pacar sana kek," cetus Hanny. Ia menatap Raven prihatin sekaligus kesal. "Udah berapa bulan lo masih galau. Gak baik tau. Gue emang gak paham perasaan kehilangan orang yang disayang, tapi lo gak bisa terus-terusan begini. Gue udah rada bersyukur lo mau keluar kamar sekarang. Kalau lo punya pacar baru, gue mungkin bakal jauh lebih bersyukur lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Zoe {END}
Teen FictionGue, Zoe Violetta. Seorang cewek yang berusaha menutup dirinya, menjauhi pandangan orang-orang, dan hanya ingin melewati masa SMA biasa. Gue gak berharap ada sesuatu menarik di hidup gue. Tapi gue selalu berharap, setidaknya gue gak sendirian. Kalau...