36 : Viona

41 3 0
                                    

Hari ini, libur.

Gak tau kesambet apa, gue diajak pergi.

Padahal kemarin suasana di rumah masih agak menusuk-nusuk jantung. Tapi tadi pagi, Papa pulang dan dia bilang dengan wajah datar kalau gue bakal diajak pergi.

Ke mana?

Cuma ke mall, sih.

Pikiran gue yang emang nethink ini langsung menduga kalau gue diajak cuma buat jagain adek gue, biar mereka bisa jalan-jalan dengan santai.

Setengah bener, setengah enggak.

Awalnya gue disuruh coba baju, gue udah terlanjur suka, malah Papa bilang gue gak cocok.

Yaudah. Gue diem aja.

Gak terjadi sekali, itu terjadi berkali-kali. Bahkan Kakak dan adek gue udah beli baju kesukaan masing-masing.

Ha. Ha.

Gue diem aja, deh. Toh gak penting-penting amat. Baju hadiah dari nyokapnya Raven juga udah bagus. Gue mencoba posthink, kalau mikir jelek mulu, cuma bakal capek sendiri.

Terus karena kayaknya mereka mulai males cariin gue baju yang cocok, gue disuruh jagain Adek, yang mau lihat acara di bawah.

Gue liat poster waktu masuk ke mall tadi, ada acara kayak lomba drama musikal anak-anak sama remaja.

Dengan baik hatinya, gue gandeng Adek dan turun ke lantai bawah.

"Eh, Dek!" pekik gue tertahan waktu tiba-tiba tangan adek gue lepas dari gandengan.

Aduh. Ini ramai. Nyarinya sulit, bro, kalau hilang. Bocah cilik pendek, kayak kurcaci, sembunyi di mana aja bisa.

Gue menggunakan jurus rahasia gue, yaitu menyelinap, untuk mencari doi dengan cepat dan tepat.

Sayangnya, adek gue malah nabrak orang. Untung yang dia tabrak bukan anak yang lebih kecil darinya, jadi gak perlu ada acara tangis-menangis.

Adek gue itu langsung lari ke gue dan meluk gue. Anak kecil ini emang nakal dan cerewet, tapi kalau udah ketemu orang baru, sama aja kayak gue, malunya kebangetan. Jadi, kalau dia berbuat salah, dia malah kabur bukannya minta maaf. Waktu sama Raven aja dia ngrepotin.

Bahkan anak kecil bisa tau yang cakep sama enggak.

"Oh, hei, adek lo?"

Gue langsung mendongak. "Eh, iya." Naufal? "Lo ngapain di sini?"

"Gue nemenin Viona, tuh," jawab Naufal mengedikkan dagu ke perempuan yang berdiri gak jauh dari sini sambil menggendong seorang anak kecil.

"Ohh .... Ngapain? Kalian lagi nge-date?" tanya gue dengan wajah polos.

"Gak lah." Naufal terkekeh. "Adeknya mau tampil. Lo sendiri?"

"Gue? Gue cuma lagi jalan-jalan aja."

"Sama keluarga?" Gue ngangguk. Naufal tersenyum jahil. "Gue kira sama Raven."

Dih.

"Terserah."

Naufal tertawa geli. "Pacar lo emang lagi ada di sini juga, lho."

Oh?

"Pacar?" ceplos adek gue. "Kakak punya pacar?"

Gue langsung memelototi Naufal. "Ih, 'kan, gara-gara lo, sih!"

Adek gue itu bocor banget. Dia pasti langsung ngomong ke Mama kalau gue disebut-sebut punya pacar.

"Gak, bukan Kakak, itu temennya Kakak yang punya pacar," jawab gue asal. "Gue gak peduli, ya, Raven di mana."

"Lo gak kepo dia lagi ngapain?"

About Zoe {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang