Part.08

3K 356 1
                                    

Siang ini cuaca begitu terik. Yerim ada disana dibawah Pohon besar bersama Jungkook tempat mereka berteduh sejak tadi. Melihat banyak sekali tumbuhan tertiup angin bergoyang mengikuti setiap hembusan-nya.

Satu fakta yang Yerim ketahui, Pria disampingnya itu menyukai Hera. Ia menoleh melihat sebentar ke arah Jungkook sembari menatap cermat wajah Pria bergigi kelinci itu. Matanya, hidungnya, bibirnya, bahkan garis wajahnya terlihat begitu sempurna. Yerim akui jika Laki-laki disampingnya itu sangat tampan, mungkin Hera beruntung bisa disukai Pria tampan sepertinya.

"Aku tahu aku tampan," ucap Jungkook.

"Huh?" segera Yerim membuang pandangannya ke segala arah. Wajahnya memerah karena malu, bodoh! Dia mendengar suara kekehan kecil disana.

"Wajahmu benar-benar lucu," tutur Jungkook.

Yerim menoleh, menatap mata Jungkook yang juga menatap ke arahnya. Jantungnya kembali berdetak cepat saat jatuh terperangkap ke dalam sorot tajam Pria itu. Ia tidak tahu, kenapa jantungnya menjadi sulit untuk diajak kompromi? Apa ia terkena sakit Jantung mendadak? Tapi mustahil. Nyatanya jantung itu hanya berdetak cepat saat dia menatap mata ini.

"Hei!"

Lamunan Yerim tersadar setelah Jungkook melambaikan tangan didepan wajahnya berulangkali.

"Kamu kenapa?" tanya Jungkook.

Yerim menggeleng, "Aku hanya berpikir sangat beruntung," ucapnya menatap lurus ke depan.

"Kenapa bisa begitu?" Jungkook menoleh menatap ke arah Yerim.

"Jika aku bisa memutar kembali waktu, maka orang pertama yang ingin aku temui adalah Hera-" ucap Yerim menjeda, "aku ingin berterimakasih padanya, karena Dia. Untuk pertama kalinya aku bisa merasakan keluarga yang utuh."

"Jadi kamu?"

"Ibuku sudah lama pergi meninggalkanku. Mungkin hal itu cukup membuat Ayahku tertekan dan pada akhirnya ikut menyusul Ibuku," ungkap Yerim. Kedua mata Gadis itu mulai berkaca-kaca, pertahanannya runtuh. Sekuat apapun ia untuk tidak menangis tapi air mata itu tetap terjatuh. Yerim terisak disana sembari meluapkan semua beban yang ada pada dirinya. Bahkan dia tidak peduli Jungkook masih berada disana, dia juga tidak peduli jika Pria itu berpikiran aneh tentangnya.

"Apa sekarang kamu menyesal?" tanya Jungkook.

Yerim mengelap kasar air matanya begitu mendengar sebuah pertanyaan dari Jungkook namun dia enggan menjawab pertanyaan itu.

"Tenanglah ada aku disini." Jungkook merengkuh tubuh Yerim, kembali mendekap sesekali mengusap pelan rambut Gadis itu.

Yerim terus terisak dipelukan Jungkook. Dia tidak bermaksud untuk bersikap cengeng seperti ini didepan Pria itu.  Terlalu banyak kisah kelam dalam hidupnya tapi sungguh dia tidak berniat untuk mengingat kisah itu kembali.

Tuhan siapapun Gadis ini aku berjanji akan selalu melindunginya, batin Jungkook.

Tangisan Yerim sudah mereda. Dengan cepat ia menjauh beberapa senti dari Pria itu. Wajahnya terlihat kacau, mata sembab, hidung merah sesekali menyeka ingusnya. Yerim terdiam saat Jungkook mengulurkan sebuah sapuh tangan disana. Ia kembali menatap opsidian Pria itu, Jungkook memberi isyarat agar Yerim menerima saputangannya.

"Terimakasih dan juga maaf. Hari ini aku terlihat kacau didepanmu," ucap Yerim.

"Tidak masalah Yerim," jawab Jungkook.

Yerim tersenyum, dia tidak menyangka ada sisi lembut dari Jungkook. Ia kira Pria itu akan tetap bersikap dingin seperti kemarin namun ternyata salah. Jungkook sangat baik meski dia tidak tau apakah itu wujud dari tanda belas kasihnya, apapun itu Yerim tidak ingin membahasnya.

"Sudah mau sore, kamu tidak pulang?" tanya Jungkook.

Astaga Yerim sampai lupa menghubungi Sang Ibu.

"Kenapa?" tanya Jungkook lagi.

"Aku lupa menelepon Ibuku. Bagaimana ini," panik Yerim disana.

Untuk pertama kalinya Jungkook tertawa dan ini cukup membuat Yerim melongo tidak percaya dengan apa yang dilihat olehnya. Ayolah, Gadis mana yang tidak akan luluh setelah melihat Pria tampan didepannya ini tertawa? Yerim tidak cukup bodoh tentang hal itu. Aku pikir setelah ini harus mengontrol keadaan Jantungku ke Dokter, batinnya.

"Tenanglah, ayo aku akan mengantarmu."

"Tapi_"

"Kamu tahu aku tidak suka penolakan." Jungkook memotong ucapan Yerim.

Yerim berdesis pelan, tetap saja sikapnya yang menyebalkan ini masih ada. Jungkook kembali ke sifatnya yang semula, wajah datar itu membuat tangan Yerim sangat gatal serasa ingin mencakarnya.


____

Mobil Jungkook tiba di Rumah Yerim setelah cukup lama akibat kemacetan. Yerim mencoba membuka sabuk pengamannya tapi nihil, sabuk itu tetap saja tidak mau lepas dari tubuhnya.

"Kamu mau apa?" Gugup Yerim saat menyadari wajah Jungkook mulai mendekatinya. Oh Tuhan! Yerim tidak mengerti tapi saat melihat Jungkook sudah berada didekatnya cukup membuatnya merasa gugup. Ia berharap jantungnya tidak jatuh ke perut.

Takk!!

"Jangan berpikir macam-macam, aku hanya membantumu membuka sabuk pengaman ini," ketus Jungkook.

Yerim mengusap pelan dahinya sembari menunduk malu saat mendengar penjelasan Jungkook. Pria itu benar, sekarang sabuk menyebalkan itu sudah terlepas dari tubuhnya.

Jungkook melihat setiap pergerakan Yerim dalam diam. Bahkan setelah Gadis itu semakin jauh dari radarnya dan mulai hilang dibalik pintu Rumah.

TBC!!

Innocent Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang