Part.02

4.9K 476 4
                                    

Bandara Incheon.

Satu jam lalu Choo Yerim tiba di Seoul. Gadis itu terlihat kebingungan mengingat begitu banyak orang yang berlalu-lalang disana. Ia bergerak melangkah menuju arah pintu keluar dengan satu tangan digunakan untuk mengambil secarik kertas yang sempat diberikan oleh Bibi Jo.

Duk!

"Aww." Ringis Yerim kesakitan saat kepalanya tidak sengaja menabrak seseorang disana.

"Hera?"

"Iya?" Yerim mendongak, entah sejak kapan seorang Pria asing berdiri dihadapannya.

"Maafkan kecerobohan saya tadi Tuan," Yerim membungkuk sopan kemudian berjalan pergi dari sana.

Di sepanjang perjalanan, Yerim sesekali berdesis kesal saat melihat tidak ada satupun kendaraan umum yang bisa dia naiki seperti saat berada di Busan. Ah iya Gadis itu lupa kalau disini Seoul, bukan lagi tempatnya yang dulu. Yerim mengeluarkan Earphone miliknya sembari menunggu Bus datang di Halte tempat dia bersinggah sesekali menyanyikan barisan lagu dalam setiap liriknya.

Bus datang dan kembali membuat Yerim merasa gugup. Gadis itu kembali bertanya-tanya, apakah ia sudah mengambil keputusan yang benar? Disini Seoul bukan Busan, bagi Yerim semuanya jelas terlihat berbeda.

___

Yerim menghentikan langkah kakinya sesekali mencocokkan alamat yang dia pegang sembari menelusuri kompleks Rumah satu persatu. Terdengar kampungan memang, mengingat Gadis itu hanya bermodalkan secarik kertas demi mencari Rumah yang dimaksud oleh Bibi Jo.

Kehidupan di Seoul itu kejam. Yerim tidak bisa percaya apapun dengan ucapan orang asing disekitarnya. Seperti saat ini, Gadis itu malah teringat akan sosok Bibi Jo. Kenapa waktunya tidak tepat? sekarang dia malah merindukan sosok Wanita paruh baya itu.

"170660." Yerim mengecek kembali kertas yang ada ditangannya. Alamat ini yang sejak tadi dia cari-cari. Gadis itu akhirnya bisa bernapas lega, setidaknya dia tidak perlu lagi berkeliling kompleks.

Tin! Tin!
Bunyi klakson Mobil tentu membuat Gadis itu sedikit terlonjak.

"Hei Nona bisa menyingkir?" seru seseorang disana.

Yerim menurut membiarkan dirinya melangkah mundur dan memberi akses Pemuda didalam Mobil itu masuk ke dalam. Netranya secara tidak sadar melihat sebuah Rumah dan membuatnya merasa takjub dengan apa yang baru saja ditangkap oleh radarnya itu. Menakjubkan, pikirnya.

Gadis itu tersadar kemudian kembali merasa bimbang. Gerbang disana tetap terbuka dan tidak ada tanda-tanda untuk kembali tertutup. Yerim melihat pemuda tadi keluar dari Mobil mewah-nya. Tampan memang, tapi entahlah Yerim tidak tau siapa gerangan Pemuda asing disana.

Yerim mulai memberanikan diri melangkah memasuki pekarangan Rumah. Baru dua langkah masuk, dia mendengar bunyi keras cukup menggema masuk ke dalam gendang telinganya hingga membuatnya terkejut dan cepat berbalik. Astaga, hanya bunyi gerbang tertutup dia kira apa, pikirnya.

Yerim meneguk susah ludahnya. Apa yang akan dia katakan jika sudah bertemu dengan pemilik dari Rumah besar ini? Apa dia akan menyapa pemilik Rumah sama seperti saat ia menyapa Bibi Jo? Tapi mereka berdua berbeda, Batinnya. Gadis itu sedikit merasa takut, apa dia urungkan saja niatnya untuk bertemu sang pemilik Rumah dan memilih pulang kembali ke Busan?

"Hera?"

Di tengah lamunannya, Gadis itu tersadar sepenuhnya setelah melihat sosok Wanita paruh baya memanggil nama yang terdengar cukup asing. Yerim kembali mengamati Wanita didepannya itu dengan cermat. Wanita berpenampilan anggun dan cantik ini sungguh membuatnya merasa tidak nyaman.

Innocent Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang