Part.22

1.9K 267 8
                                    

Percayalah mengarang cerita itu tidak segampang saat akan menulisnya:( so hargai karya aku ya😭 vomment juseyo T_T

_________

"Bangunlah! Apa yang kamu lakukan disini?" ucap seseorang.

Yerim menghentikan tangisnya seraya menatap ke arah si pembicara, kali ini orang itu membantunya untuk berdiri dari posisinya yang semula. Ia hanya menggerjap kala tangan laki-laki di depannya itu tengah mengelap bekas air matanya. Yerim langsung berhambur masuk ke dalam pelukannya, mencoba mencari ketenangan pada laki-laki yang sudah dikenalnya sejak kecil.

"Hei ada apa? Kenapa menangis? Kamu terluka?"

Namun tak ada tanggapan dari Gadis yang tengah memeluknya saat ini, ia lebih memilih bungkam. Sungguh kejadian tadi cukup membuat hatinya merasa sesak.

"Jae," panggilnya.

Yang dipanggil mulai melepas pelan pelukannya dan menatap ke mata sembab milik Yerim. "Ada apa? Kamu ada masalah?" tanya Jae Hyun sesekali membenarkan anak rambut Yerim yang beterbangan.

Masih tidak ada jawaban, Yerim tetap pada posisinya tanpa berniat menjawab pertanyaan Jae Hyun membuat ia menghela napas pelan, "Tenanglah ada aku disini." Jae Hyun kembali meneluk Yerim.

____

"Kamu datang?" senyum Hana merekah saat menyadari Pintu Ruangan terbuka lebar dan memperlihatkan sosok Jungkook disana. Laki-laki itu tidak menjawab, wajahnya seperti dikelilingi oleh aura menakutkan.

"Kamu kenapa? Apa sesuatu yang buruk terjadi?" heran Hana, jujur ia belum pernah melihat ekspresi Jungkook yang seperti ini.

"Kamu benar Yerim pelakunya?"

Suara berat Jungkook berhasil membuat Hana menoleh, "Kamu bertemu dengannya? Perempuam tidak tau malu itu?" desis Hana tidak suka.

"Aku tidak minta sindiranmu Hana! Jawab, apa benar Yerim pelakunya?" gertak Jungkook berhasil membuat Gadis itu bungkam, ia sedikit takut saat mendengar gertakan keras dari Jungkook.

"Kamu masih tidak percaya padaku?"

Jungkook mengelap kasar wajahnya, sepertinya akan percuma.

"Hei kamu mau kemana? Ya! Jungkook?" teriak Hana saat melihat Jungkook langsung pergi padahal dia baru saja datang.

Hana mendengus ditempatnya, "Sial," ujarnya sembari menarik selang infus bohongan yang dipakai ditangannya seraya menatap kesal kepergian Jungkook. Pria itu meskipun dia sudah lama mengenalnya tapi tetap saja sangat sulit ditaklukkan. Gadis itu lantas mengambil ponselnya disamping meja tempatnya, "Siapkan rencana selanjutnya," ujarnya.

"Kamu gila? Bagaimana yang sekarang?" ucap Seseorang di seberang sana

Hana berdecak, "Jangan banyak membantah cepat turuti saja ucapanku, mengerti!" Dia mematikan sepihak teleponnya dan melihat keruangan sekitar, "cih aku sudah muak bau obat menyengat seperti ini," desisnya.

____

"Sudah lebih membaik?"

Yerim mengangguk, sekarang tangisannya mulai menghilang meski sesegukannya belum juga mereda. Gadis itu menatap iba ke Jae Hyun, tidak, lebih tepatnya pada baju yang di kenakan oleh Pria itu sekarang jadi basah dan lusuh karenanya. "Maaf aku sudah merepotkanmu Jae."

Tangan Jae Hyun terangkat, "Tidak masalah," ucapnya.

Senyum Yerim mengembang, ia bersyukur disaat-saat seperti ini masih ada Jae Hyun disisinya. Namun ada sedikit yang aneh, "Kenapa?"

"Kamu masih tidak mau cerita padaku?"

Yerim sedikit bungkam, mungkin bukan saatnya. Ia dan Jae Hyun bukan lagi anak kecil lagi, tidak selamanya ia harus berbagi, "maaf."

Jae Hyun mengangguk mengerti sesekali mengecek ke arah jam tangannya, "Sudah mulai sore, kamu mau ikut denganku?"

Yerim menoleh menatap ke arah Jae Hyun, "Kemana?"

"Kemanapun untuk menyenangkanmu." Yerim terkekeh mendengarnya, sudah beberapa menit yang lalu mereka berjalan menelusuri jalanan Kota. "Kamu selalu bisa membuat moodku lebih baik Jae," kekeh Yerim.

Jae Hyun tersenyum sesekali melirik sebentar ke arah Yerim, ia ikut tersenyum meski ada sedikit kecemasan diwajahnya.

"Jae!" panggil Yerim membuat yang dipanggil menoleh, "Apa?"

"Terimakasih."

Jae Hyun sedikit tersentak saat menyadari lengan Yerim saat ini tengah merangkulnya, rasa gugup kini mulai menjalar diseluruh tubuhnya, "Tidak masalah, bagiku kamu yang paling penting," kekehnya.

"Cih dari dulu selalu saja begini," cibir Yerim kembali membuat Jae Hyun tertawa disana.

Mereka terus tertawa bersama di sepanjang jalan yang mereka lewati, terus seperti itu dengan tangan mereka yang masih bergandengan disana.

"Kenapa?" bingung Yerim saat Jae Hyun tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Jae Hyun menatap ke arah lengannya, disana tangan Yerim masih setia merangkulnya membuat sang Gadis disampingnya itu tersadar dan mulai melepaskan rangkulannya, "Maaf." Yerim merasa kikuk saat ini.

Jae Hyun malah tertawa, "Kenapa dilepas?"

Yerim mengangkat kepalanya, "Apa maksudmu?"

Tangan Jae Hyun terangkat, ia arahkan untuk mengusak pelan rambut Yerim, "Kamu tau? Kalau kamu terus seperti ini mungkin aku bisa berubah pikiran," kekehnya. Sejak tadi senyum Jae Hyun tidak juga menghilang.

TBC!!


Vomment juseyo 😆

Innocent Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang