#5. Godaan

243 12 0
                                    

Hari senin terlihat cerah, Rian duduk di bangkunya sambil membaca buku misterius.

Jam istirahat lebih dari satu jam dari biasanya, Rian tidak bergeming untuk keluar dari kelas menuju kantin, atau menghabiskan hari yang cerah di dunia para monster bersama siswa yang berstatus sama dengan Rian.

Dia lebih memilih diam, membaca buku, dan tetap tinggal di kelas hingga jam istirahat berakhir.

“Kapan streaming lagi ke pulau tengkorak?” tanya Jack.

Tiga-empat teman Simon berkumpul di tempat Simon. Rian berhenti membaca tanpa memperhatikan mereka. Seorang siswi terkenal tepat berada di sebelah Simon, dia memeluk lengan kiri Simon dengan manja.

“Ayang! Kapan kita jalan-jalan lagi ke taman bunga jeritan?” mohon Kagome, rambut panjang sepinggang terurai menutupi batang leher, mata berwarna merah menambah tatapan yang menggoda jadi liar. Kagome memanyunkan bibir, agar Simon menjawab permintaannya. “Iya,” jawab Simon, lalu main game di smartphone sambil pake headset. Jari jemari kurus Simon, lihai memainkan game RPG dengan mudah.

“Kapan kita pergi ke sana?” tanya Kagome, tetap menunggu jawab Simon.

Pasangan serasi. Rian beranjak dari bangku, lalu pergi meninggalkan kelas.

“Simon ditanyain tuh! Kapan kamu mau jalan-jalan sama Kagome?” celetuk Jack.

“Gak tau. Yang penting sudah bilang I-Y-A” jawab Simon, menekankan kata terakhir.

“Lagi pula di sana aku hanya mendengarkan bunga-bunga penuh jeritan kematian. Kagome! Kamu serius mau pergi ke tempat jelek itu. Kenapa gak bilang, kalau mau ke bioskop atau beli pakaian dalam ke pusat perbelanjaan saja.”

Pipi Kagome berwarna merah-dadu, “pakaian dalam” kaget Kagome, dia tidak khawatir Simon bilang begitu. Kagome sudah terbiasa dengan perkataan kotor Simon, dan menambah rasa suka kepada Simon. Kagome lebih suka pria dewasa dan agresif.

“Kamu mesum Simon,” goda Kagome, lalu mencubit pipi Simon sampai merah, “Kagome, sakit tau” kesal Simon kesal.

“Cieee… yang baru pacaran tiga bulan, dekat banget kayak suami-istri. Kagome, kalian sudah bercinta belum di hotel melati, belum?” ejek Jack, sekaligus memberi pertanyaan kepada Kagome.

Tiga-empat siswa ikut mengobrol mulai tertawa dan menggoda Simon lagi. Sementara Kagome merangkul bahu Simon, mencium pipi Simon dengan gemas.

Rian kembali ke dalam kelas, menuju bangku. Warna kegembiraan mereka langsung reda. Simon menoleh ke belakang, senyum kecut seperti mengejek Rian, lalu menatap Kagome sambil mengusap rambutnya yang hitam.

“Mungkin, perkataan Jack benar juga. Aku ingin berhubungan intim denganmu, lalu kita ceritakan kepada semua temanku dengan pengalaman kita. Bagaimana denganmu Honey? Kau setuju dengan rencanaku?” ucap Simon, dia semakin mendekat.

Wajah Kagome semakin dekat, pupil mata Kagome semakin lebar menatap mata Simon berwarna biru bagaikan laut biru yang menjelang sore hari. Hanya sejengkal saja, bibir Simon menempel lembut ke bibir Kagome. Detak jantung Jack berdegup kencang, dia baru pertama kali melihat Simon mempunyai keberanian yang besar. Salah satu teman Simon mulai mempersiapkan kamera digital.

Namun Jack mencegah perbuatannya dengan meninju pipinya sampai pingsan.

“Tu-tunggu dulu, Simon aku belum siap” malu Kagome, memalingkan wajah dari Simon.

Jari yang dingin menyentuh lembut pipi Kagome, dia mengangkat dagu Kagome. “Bukannya kamu menantikan momen ini, untuk berciuman denganku, Kagome. Oh sayang, tidak ada yang bisa mencegah kita, mereka hanya makhluk rendahan tidak tau malu. Kecantikanmu akan abadi, tubuhmu yang seksi aku selalu kukenang. Aroma di tubuhmu, membuat pikiranku gila.”

Simon memegang tangan kanan Kagome, lalu menempelkannya ke dada sebelah kiri, tepat jantung. “Kematian akan selalu menghantuiku, jantungku berdetak semakin kencang. Bila mengingat sentuhan darimu, seakan aku terlahir ke dunia ini lagi. Puisi yang kutulis tidak cukup, untuk mengucapkan cintaku kepadamu. Merindukanmu saat bulan purnama, atau menghisap darahmu yang menggoda.”

Gigi taring Simon mulai tajam, dia berusaha memeluk Kagome. Menjilat batang leher siswi terkenal di sekolah ini. Kagome merasakan getaran, dia menjerit penuh kenikmatan. Kagome tidak bisa berhenti, atau mencegah Simon untuk menjauhi darinya. Simon menguasai gerakan dan pikiran Kagome.

Tiba-tiba beberapa pesawat kertas, terbang bebas diangkasa, dan salah satu pesawat kertas mengenai kepala Simon. Simon memulai kembali kesadarannya, melepaskan pelukannya dari Kagome dan menutup mulutnya dengan tangan.

Apa yang aku lakukan? pikir Simon, jika sedetik saja aku terlambat. Dia benar-benar akan menggigit leher Kagome, Rian memukul meja dengan keras.

Simon menoleh ke arah Rian, Rian mendeham dan mengambil beberapa kertas yang berserakan di lantai. Semenit kemudian, Rian beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan kelas, beserta membawa tong sampah yang penuh.

Psycho In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang