#30. Keanehan dari Rian

79 5 0
                                    

"Ekspedisi pertama, di sekolah mengerikan beserta murid yang aneh berkumpul di sebuah ruangan. Saya pembawa acara melapor untuk bertugas. Kau merekamnya, Jack?"

"Iya. Dan kenapa kita harus memata-matainya?" heran Jack.

Simon menepuk jidat, "dia itu aneh".

Jack melirik, Rian terlihat diam padahal dia selalu diam tak mengobrol dengan banyak orang termasuk dirinya.

"Yang kulihat. Rian adalah seorang kutu buku."

"Itulah, keanehan yang dimilikinya. Aku sudah cerita padamu. Dia punya kekuatan teleportasi yang belum kita lihat sebelumnya" jelas Simon, berbisik.

Jack mengangkat alis, "aku tak percaya."

Dia melemparkan hp miliknya pada Simon. "Cepat kembalikan. Aku harus pulang sekarang."

Tanpa basa - basi, dia pulang meninggalkan Simon penuh penasaran.

....

"Hari ke-2, dia tetap mencurigakan. Dia manusia aneh belum pernah kutemui. Rian selalu diam, tak melihat dia makan sesendok spageti bau jengkol di kantin, atau mendapatinya sedang c***i di toilet bersama trio gay. Aku penasaran. Apa dia pernah merasakan penisnya dihisap oleh pria lain?" Simon menjelas penuh antusias di belakang Rian.

Pada saat Rian berbalik, Simon menyembunyikan hp Jack di saku jas.

"Kau merekamku?" tanya Rian.

"Tidak."

Tanpa bicara dia kembali memainkan spageti baso sapi dengan menghela napas panjang. Mengerutkan alisnya, dia mengunyah satu baso dengan lambat. Bersamaan itu juga, dia merekam Simon seperti mata-mata sungguhan. Hanya beberapa foto kilat dia berhasil menangkap basah Simon.

"Aku tau. Kau merekamku dari belakang" ucap Rian. Melemparkan foto ke meja Simon.

Simon yang tengah menguap langsung terkejut. Namun dengan pikiran cerdiknya, dia berusahan mengalihkan pembicaraan lain.

"Kau salah orang."

"Bohong. Jelas-jelas itu kamu!!!."

"Mana buktinya?" tanya Simon, mengambil satu foto. "Lihat, wajahnya saja buram. Berarti bukan aku pelakunya."

"Udah tau, itu kamu. Jangan coba-coba mengelak dari bukti kebenaran."

"Bukti kebenaran?"

"Iya."

"Baiklah, aku menantangmu untuk... Membawa satu bukti kebenaran padaku kalau aku memata-mataimu-"

"Baiklah."

"Padahal aku belum beres bicaranya."

"Tak masalah. Lagian aku tau tantanganmu. Jadi, gak usah buang-buang oksigen."

Rian pergi. Sementara itu, Simon merasa senang.

Psycho In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang