Axel mengerdipkan mata, memeluk bingkai foto di atas dada.
Dia tertidur.
"25% low battery. 78% mode gravity receiver activated."
Kaki kasur terbuat dari kayu, patah. Bagian tengah saat Axel berbaring, ambruk.
Warna mata kembali merah.
Dia meletakkan kembali bingkai foto Rina di atas meja kecil dengan hati-hati. Sedikit tekanan di ujung jari, membuat kaca bingkai foto retak. Gesekan lantai kayu terdengar keras, kaki kanan Axel jemblos ke lubang lantai buatannya sendiri. Dia buru-buru keluar, memperhatikan lubang di lantai tanpa dasar.Sebelum terlambat, dengan kaku Axel berjalan keluar ruangan.
Dia tak sengaja menjebolkan pintu kamar lepas dari engsel. Axel menaruh pintu di dinding sembarangan.
"16% low battery. 145% mode gravity receiver activated."
Axel terguncang.
Syok, kedua kaki jeblos ke lantai kayu aok sampai dasar lantai (lempengan batu). Kakinya terjebak.
"14% low battery. 189% mode gravity receiver activated."
Axel terdesak.
Dia jatuh ke lantai, retak. Menciptakan kubah besar di sekitarnya. Merapatkan gigi geraham, dia berusaha menggapai ke tempat lebih tinggi.
"8% low battery. 205% mode gravity receiver activated."
Tulang rusuk terasa parah.
Axel menjerit kesakitan, sekali tarikan napas. Dia merangkak, berjalan sempoyongan sepanjang jalan. Jalan pintas menuju kamarnya, melewati dapur lalu menaiki lift. Sayangnya, lift kurang bekerja secara optimal terutama beberapa perangkat bermuatan listrik dan besi seperti Axel.Dia harus menaiki anak tangga evakuasi menuju lantai empat.
Sebelum Axel ke sana, dia mengambil sebagian daya muatan listrik untuk menerangi seluruh ruangan sebesar 1.659 watt. Terjadi hubungan arus listrik membuat stok kontak menghubungkan charger Axel terbakar. Perlahan satu per satu lampu penerangan ruangan meledak atau mati. Axel memperhatikan, di depan lampu menerangi lorong mulai mati secara berurutan.
Semua gelap.
Hanya menyisakan lampu hijau menunjukkan tangga evakuasi di belakangnya.
"65% battery charging successful. 94% mode gravity rejection activated."
Axel bernapas lega.
Dia keluar dari lantai dua menuju lantai empat.
Ruangan terasa pengap, lembab.
Lampu neon menerangi koridor. Di sebelah kiri jendela anti peluru setinggi dua meter sepanjang 70 meter menembus langsung ke arah dalam. Suaka mini, hutan tropis. Tempat Rina melatih fisiknya seharian penuh saat dilanda stress. Terdapat beberapa senjata tersembunyi dibalik pohon, area berbagai jenis olah raga terdapat di sana. Bahkan tersedia kedai kopi ekpreso dan kantin.
"Nona memang hebat. Dapat memanipulasi ruang berukuran 784 x 569 km menjadi sektor cagar alam terbesar urutan ke-12 di Biotopia" takjub Axel.
Dia jarang lewat sini.
Lalu di sebelah kiri terdapat ruangan laboratorium yang sering mereka pakai untuk melakukan tes kesehatan.
Berjalan terus ke depan. Terdapat sebuah pintu menggunakan kartu nama. Tanpa di tempelkan ke sensor digital. Pintu terbuka otomatis. Melangkah masuk, melewati dapur besar ala restoran mewah. Mengabaikan beberapa koki sedang memasak menu andalan yang tersajikan di dalam menu. Membuka pintu lebar-lebar, Axel memasuki tempat orang sedang makan. Yap! Dia berada di restoran mewah salah satu terkenal di Negeri Biotopia.
Seorang wanita berjabat asisten management mendekati Axel.
"Pak. Aku butuh tanda tangan Nyonya. Rina segera."
"Aku mewakili mengelola tempat ini. Biar aku menandatangani dokumen ini" tegas Axel.
"B-baik," gagap Silia. Dia memberikan sebuah dokumen di tanda tangani oleh menteri 14 Biotopia dan sebuah pulpen bertinta khusus tinta seekor gurita berusia 1.000 tahun.
Dengan cepat, Axel menanda tangan persis tanda tangan Rina.
Setelah selesai, Axel bergegas pergi. Menaiki limusin hitam tanpa roda sudah disiapkan. Segera menembus keramaian di jalan raya. Kurang dari 17 km, mobil itu melesat jauh memasuki jalan tol. Perjalanan memakan waktu kurang dari 20 menit.
"35% low battery."
Peringatan lampu merah dinyalakan di atas dada. Cahaya lampu merembes lembut di balik jas.
Mobil berbelok ke kanan, menerobos jalan sepi di sekitar hutan. Saat memasuki kawasan perumahan bercat putih. Axel merasa tenang. Menaiki jalan berliku-liku dan menanjak. Akhirnya, Axel sampai di salah satu rumah villa paling pojok.
"Berhenti di sini" perintah Axel.
"Baik, Tuan" ucap pengemudi.
Axel keluar, mobil limusin pergi meninggalkan tempat.
'29% low battery."
Dengan cepat Axel membuka gerbang, melewati halaman depan, masuk ke dalam rumah.
Ruangan tamu atau ruang utama terlihat lenggang.
Melangkah cepat dia berbelok ke ruangan perpustakaan, memasuki ruang kantor Rina menuju ke salah satu ruangan paling sempit; lemari.
Dia masuk, menutup pintu.
Loft berukuran sesuai badannya melesat turun ke bawah.
Hitungan detik, dia sampai berada di kamar yang sebenarnya. Ruangan berukuran 4x4 tampak lenggang.
Tembok kokoh dan kuat. Permukaannya halus membuat sulit dipijak. Axel sempat berpikir memanjati tembok ini, namun ia mengurungkan niatnya. Lampu tipis mirip kabel terpasang rapih di sekitar ruangan, menerangi sebagian besar ruangan. Axel membaringkan diri di atas meja batu beralas kaca. Pantulan ratusan miliar lampu LED di balik kaca, mengisi daya Axel.
"
100% battery charging successful. 100% gravity adjustment activated. 100% repairs damage to the activated body system. 100% human protection mapping disabled. 100% crushing mode activated. 100% dehumanity and morality are deactivated. 100% red standby mode activated. Human target: Rina. Mission: go home."
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho In Love
Vampire[Mengandung unsur kekerasan, sara, adegan dewasa 18+] -_-_-_-_-_-⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠!!!!!!!!warning!!!!!!!!⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠-_-_-_-_-_-_-_- ⚠⚠⚠Plagiat dilarang mendekat⚠⚠⚠ Simon adalah seorang vampire muda membenci manusia. Lalu Rian adalah seorang manusia yang berseko...