#15. Lou & Flast

92 8 0
                                    

Langit lemayung berwarna keemasan memancarkan sinar di belahan dunia, malam ini adalah hari paling saklar dalam sejarah untuk menyatukan dua insan yang berbeda. Pada pernikahan Bibi Lou dan mempelai pria ke-17 berjalan lancar, Simon terasa jijik melihat mereka saling berciuman di depan para hadirin yang hadir untuk menyaksikan upacara suci.

Nikah? Ciuman? Pikir Simon.

Tidak adakah cara lain? Selain ciuman.

Menyatakan cinta paling sulit. Apa lagi pernihan adalah acara untuk sekali seumur hidup.

Bibi Lou tipe wanita berumur empat ratus tahun, cantik dan mempesona. Pria tampan adalah incaran utama Bibi Lou, terutama manusia. Mantan suami Bibi Lou merupakan seorang manusia, wanita itu memberikan sebuah harapan dalam cinta lalu menjatuhkan mereka ke dalam jurang yang dasar. Simon tidak membenci prinsip Bibi Lou bahkan itu suatu rencana yang bagus untuk memanfaatkan sebuah kata "cinta".

"Simon... My baby. Why are you so thin?"

"Bibi Lou. Selamat atas pernikahanmu. Semoga hubungan kalian langgeung."

Kecupan manis Bibi Lou menghiasi pipi kiri Simon.

"Sayang, kapan ayahmu datang? Aku ingin pergi ke Eropa" keluh Bibi Lou.

"Tunggu dulu, dia pasti datang."

Pengantin pria itu bernama Flast. Berkali-kali ia melirik pergelangan tangan, lalu sesekali melakukan panggilan. Untuk pengantin pria satu ini sungguh aneh, seharusnya semua anggota keluarga hadir dalam prosesi pernikahan. Simon abaikan dengan segelas wine—penasaran.

Tak lama lima mobil limusin melintas, terparkir rapih di pinggir jalan. Flast segera menghampiri seseorang yang keluar dari mobil limusin yang pertama. Mungkin, ayah Flast. Simon tak pedulikan setidaknya Bibi Lou tidak perlu membuang waktu cukup lama di sini menunggu calon mertua. Pada saat Flast berbarengan dengan ayahnya. Simon melotot, seakan tak percaya dengan pengelihatannya sendiri.

Beberapa hari tidak mendengarkan kehadiran Rian di sekolah, Simon bertemu Rian di acara pernikahan Bibi Lou?!

"Rian?" umpat Simon.

"My dady. Kau begitu lama? Aku sedih. Kukira kau tidak akan datang."

Simon menoleh, "kalian saling kenal?"

"Iya. Dia adalah ayah Flast. Kenalkan young boy ini adalah Simon. Simon, dia adalah mertuaku, Rian."

Rian mengangkat tangan. "Senang bertemu denganmu."

Namun Simon berlalu enggan jabat tangan. "Iya. Aku tau."

"Simon..." Bibi Lou memanggil.

Simon berpura-pura tak mendengarkan.

"Maafkan, Simon. Terkadang, dia selalu menjengkelkan." Bibi Lou kecewa.

Rian berkata, "tak apa. Dia membenciku" melempar seutas senyum. "Nikmati bulan madu kalian." Dia berlalu diikuti seorang butler di belakang.

Hembusan angin menerpa wajah Simon, gumpalan ombak bergulung-gulung menciptakan sebuah dentuman besar yang menghantam tebing batu runcing. Rasa penasaran berubah kebencian. Ayah Flast. Simon tertawa mengingat kembali ayah Flast sebenarnya teman sekelasnya.

"Apa yang lucu?"

Simon sontak, terkejut. Teman sekelasnya berdiri di balik pagar, tersenyum sinis.

"Pergilah!!!" Simon menahan kesal, melemparkan batu kearahnya.

Simon kira akan mengenai wajah Rian sekali tembak, tapi perkiraannya salah besar. Butler yang mengikuti Rian menangkis serangan Simon, nampak marah sebab hampir mengenai mata kiri Rian.

"Tenanglah, Axel. Biarkan dia sendiri dulu. Ikuti aku" Rian berlalu dan Butler menuruti perintahnya.

Bulan sabit pembawa kesialan, malam panjang menghantui Simon waktu tidur. Setelah pernikahan Bibi Lou selesai, Simon masih tak terima semuanya bahwa Rian menjadi anggota keluarga vampire bangsawan. Foto keluarga yang baru dicetak terpajang rapih di meja belajar, masing-masing anggota keluarga memiliki satu foto pernikahan Bibi Lou termasuk Simon. Para vampire sulit mendapatkan bayangan saat mengambil gambar, sering kali Jack mengejek Simon karena tidak memiliki bayangan ketika acara pengambilan foto kelulusan TK, SD, SMP dan tahun depan....

Mungkin akan sama. Tidak punya bayangan, tidak bisa melihat ekspresi lucu yang Simon buat. Kemarin adalah acara yang luar biasa setidaknya dia bertemu Rian sudah cukup senang, dan kejadian itu...

"Apa dia ingat?" umpat Simon sembari menyentuh lembut bibirnya.

Psycho In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang