#31. Nirai

40 7 0
                                    

Di hari berikutnya, Simon berusaha membutiti Rian dari belakang. Tampaknya Rian menuju ke ruang UKS.

"Oke, ini dia" ucap Simon. Dia menyalakan rekaman. "Rekaman ke-356, saya reporter Simon. Melapor untuk bertugas. Saya akan menuju lokasi."

Perlahan dia menggeser pintu, membuat celah sedikit agar bisa mengintip. Setelah beberapa detik yang menegangkan. Simon tak percaya. Di balik tirai di depan sana, terdapat dua orang bayangan sedang melakukan sesuatu.

"Aaah~"

Simon melesat cepat ke TKP, langsung membuka tirai. Terlihat Rian berusaha menahan seorang gadia siluman hendak memakannya.

"Apa yang kau lakukan?! Bantu aku menyingkirkannya" desak Rian sekuat tenaga.

Keliatan Simon sedang bingung.

Melihat Bu. Perawat terkapar di lantai yang selalu melayani murid dengan pijatan plus-plus. Mau tak mau Simon harus membantu Rian.

"Pegang tangannya!!"

"Iya!!"

Simon menahan Nirai dari belakang sekuat tenaga. Emang siluman jepang berkekuatan tenaga super. Dilihat dari badannya dia mampu berubah tubuh aslinya menjadi wanita dewasa.

Jack di luar ruang UKS, mendengar keributan di dalam ruangan.

"Ada apa didalam? Coba aku ngintip, ah!"

Dia memasang kuping lebar-lebar.

"Pegang dia. Jangan sampai lolos!!"

Jack mendengarkan suara Rian, lalu disusul Simon.

"Arg-! Rian, tahan dia. Aku mau ikat dia."

Tiba-tiba muncul suara desahan panjang dan nikmat keluar dari mulut seorang gadis. Pipi jack langsung memerah. Dan berpikiran yang tidak-tidak.

"Woi, woi! Mereka sedang lakukan sesuatu? Aku penasaran. Apa yang mereka lakukan?"

Jack menggeser pintu sedikit.

Dengan cepat kerangka kasur besi melayang jauh mengenai pintu. Buru-buru Jack menghindar, terduduk di lantai.

"Mereka menahan gadis itu sampai lempar kasur segala. Aku iri" gumam Jack.

Dua pelajar siswi berteriak kencang. Jack menoleh, raut wajah mereka seolah terkejut dengan yang ada dihadapannya. Ternyata k*ntol Jack ngaceng ke atas; berurat, besar, dan cokelat. Jack benar-benar malu. Dia lupa meresleting celananya setelah kencing. Jack lari terbirit-birit sambil menutupi kemaluannya dengan kedua tangannya.

"A. Jack-sempai!" Panggil salah satu teman.

Sementara itu, di dalam ruang UKS.

Nirai memanjang kuku tangan sampai runcing. Kemudian meninju dagu Rian hingga terjungkur ke sakitan. Dia mencakar punggung Rian sampai terluka, Rian mengaduh kesakitan. Rian putar badan, menendang perut Nirai ke belakang. Dengan cekatan Rian berdiri, tak lama Nirai mengejarnya dari belakang. Kalau diperhatikan, Nirai mengincar Rian bukan Simon.

Lalu dipihak lain.

Dua pelajar siswi menyusul Jack. Sampai di gedung tua tak terpakai. Jack duduk, punggungnya menempel di dinding. Merapat gigi geraham dengan rapat, merasakan sensasi luar biasa dari jari-jemari lentik sedang mengocok-ngocok penisnya. Mereka mengulum penis Jack seperti permen.

"K*ntol Jack-sempai besar sekali" puji gadis yang bernama Lulu. Kemudian mengulum penisnya lagi.

"Jack-sempai, kapan masukkan aku? Aku pengen" pinta Lala. Sejak tadi dia meremas payudaranya, mencolo-colok vaginanya.

Ah! Begini rasanya hidup, pikir Jack. Berkat Simon, aku bisa sange dengan dua cewek cantik dan bohay. Aku ingin mencrot ke dalam mereka berdua sampai hamil.

...

"Simon!! Bantu aku." Teriak Rian. Nirai berhasil menangkap Rian. Gadis itu berhasil memperdaya Rian.

Nirai menjulurkan lidah, menjilat batang leher Rian lamat-lamat. Dilihat-lihat dengan baik, Simon pengen melakukannya juga.

Gigi taring mulai tajam, Simon membuka mulut lebar-lebar. Ingin mengincar Rian. Melesat dengan cepat, Simon mencengkram wajah Nirai lalu menghantamkan kepalanya ke tembok hingga retak. Nirai tak sadarkan diri.

Rian bernapas lega untuk waktu tidak lama.

Simon memeluk Rian dari belakang. Memegang kepalanya, kemudian Simon menggigit leher Rian sangat kuat. Darah segar mengalir, Simon dapat menghisap darah Rian beberapa tegukan.

Rasanya nikmat, menurut Simon. Manis, aku belum pernah menghisap darah sebanyak ini.

Simon memejam mata, melepaskan gigitannya. Menjilati bekas luka gigitannya, kemudian mengigit kembali. Rian berontak, pikirannya mulai pusing. Jari kurus Simon meraba dada Rian lalu menjalar ke leher. Mulai mencekiknya, lalu melemaskan cengkramannya. Rian berkeringat dingin, ingin berteriak namun tangan Simon menutupi mulut Rian rapat-rapat. Tak sampai disitu. Simon sengaja merobek kerah kemeja putih Rian. Dia ingin menggigitnya di tempat lain. Mengecup tengkuk leher Rian hingga ke bibir.

Ah! Manusia jahanam, desak Simon. Apa yang sudah kau perbuat padaku? Aku ingin memilikimu.

Rian terpedaya, Simon terus mencium Rian. Menjulurkan lidah ke dalam mulut, merasakan bibir mereka saling beradu. Simon tak sengaja memeras tengkuk leher belakang Rian membuatnya mendesah kegilaan.

"Kau... kau ingin aku memperkosamu?"

Geram Simon.

Sorot mata yang tajam mengarah padanya. Tersenyum lebar, senang. Nadanya seakan mengancam namun dibalik itu terdapat kesenangan penuh hasrat.

Rian diam.

Lagi-lagi tubuhnya sulit digerakan.

Dia melirik mata ke samping, tangannya berusaha mengambil suntikan serum di kolong meja.

Posisi sempurna.

Simom menjadi gila. Telinganya makin runcing. Dia di atas Rian, menatap wajahnya yang putus asa.

Memiringkan kepala, terlihat terdapat bekas luka gigitannya tempo hari itu.

Simon merebahkan kepalanya, menjulurkan lidah, menjilat leher Rian. Kemudian dia mengecup sampai berwarna merah-kehitaman. Pikiran Simon kalut, dia mencium bibir Rian lamat-lamat. Dengan cepat dia melepaskan jas sekolahnya, lalu melempar sembarangan. Tanpa disadari Rian menjulurkan tangan kirinya ke kolong meja, meraih suntikan miliknya.

Dengan cekatan Rian memegang kepala Simon kuat-kuat. Langsung meninju wajah Simon. Rian bergegas berdiri, langsung menyuntikkan serum itu ke lehernya, seharuanya ditengkuk belakang lehernya.

Simon bangkit, mengusap bibirnya. Berlumuran darah.

"Kau kuat juga" sindir Simon.

Rian berhasil melukai mulut Simon.

"Jack saja, tidam berani melukaiku."

Wajah Simon berubah; kulitnya pucat, mulutnya menganga lebar, serta kedua tangannya menjadi hitam. Dia merangkak, Rian beranjak berlari hendak keluar. Namun Simon berhasil menghadangnya, merangkak cepat di permukaan pintu. Tanpa pikir panjang Rian memilih berlari berlawanan, menghancurkan jendela, meloncat dari gedung tingkat tiga. Sayangnya dia tersangkut dari dahan pohon, lalu terjatuh dengan pendaratan kurang lancar. Kaki kirinya terkilir. Itu belum cukup untuk membuatnya terus berlari.

Sebelum menengok ke atas, Simon menyusulnya. Mendarat tepat di belakangnya.

Rian berlari sempoyongan. Menembus kegelapan bayang pohon menuju cahaya matahari mulai senja.

Simon tak beranjak dari tempatnya berdiri.

Raut wajah Simon menunjukkan tanda marah dan kesal.

Dia ingin menyusul Rian akan tetapi Simon terhalangi cahaya matahari.

"Tunggu saja, Rian. Aku pasti mendapatkamu" Simon berbicara dengan nada mengancam.

Rian melangkah mundur, meninggalkan Simon.

"Kamu bisa lari. Tapi, kau tidak bisa bersembunyi dariku. RIAN!!! Aku pasti akan jadi bagian mimpi burukmu..!"

Psycho In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang