23 : Jealous

3.3K 353 48
                                    

(Edisi Update di luar jadwal Update)

________________________





















Chu...





















"Oppa..."






































Dalam waktu sedetik Jongin kembali dari lamunan gilanya.

Iya gila. Gila, karena Jongin melamun membayangkan kalau dia mencium gadis yang ada di dekapannya saat ini.
"Heih... Ah, ya... Ayo kita keluar." kata Jongin seraya melepaskan pelukan dan ganti menggandeng tangan Jennie dengan erat. Jongin tidak tau kalau Jennie takut dengan kegelapan. Dan Jongin juga tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya sendiri.

Hei.

Dia pria yang sudah memiliki kekasih. Bagaimana bisa dia berfantasi hal yang tidak-tidak dengan gadis yang lain.

Saat pintu ruangan dance terbuka, Jennie melepaskan tautan tangan mereka.

"Ah, tas ku masih di dalam..." ucap Jennie yang lupa soal tasnya.

Jongin lalu menengok kedalam ruangan. "Biar aku yang ambilkan." putusnya dan kemudian masuk kedalam, di terangi dengan cahaya lampu flash. Tetapi lelaki itu tidak lantas langsung keluar.

Dia terdiam sejenak. Berusaha menghilangkan rona memerah di pipinya dengan tepukan-tepukan kecil telapak tangan yang mengenai pipinya.

Setelah dirasa cukup sadar, Jongin akhirnya keluar sembari membawa tasnya dan tas milik Jennie.

"Maaf ya... Lampu itu memang belakangan ini sedang rusak, aku yang sering latihan di ruangan ini sudah sering mengajukan protes. Tapi masih belum juga diperbaiki." jelas Jongin seraya memberikan tas milik Jennie ke yang si punya.

Jennie lalu balas tersenyum lembut. "Ah, ya.. Aku juga minta maaf karena tadi main asal memeluk Oppa."

Namun permintaan maaf Jennie justru malahan membuat Jongin tertawa. "Kenapa minta maaf? Itukan refleks, lagi pula kau boleh memeluk ku sesuka mu_"

'Eh? Aku bisa memeluknya sesuka ku?'.

Oke, ini membuat Jennie tidak paham.

"_karna kau sudah ku anggap sebagai adik ku."

Oh ayolah Jennie... Bagaimana bisa kamu berfikir hal yang lebih.

'Sebagai adik Jennie... Sebagai adik...' hardik Jennie dalam hati.

Jennie justru tersenyum canggung. "Nde Oppa, maaf juga hari ini aku tidak bisa fokus untuk latihan. Besok kita latihan lagi dan aku janji akan fokus." kata Jennie seraya mengacungkan jari kelingkingnya.

Jongin menatap heran sejenak kearah jari kelingking yang mungil itu. Dengan kekehan kecil, akhirnya Jongin menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Jennie.

Tepat saat kedua jari itu bertautan. Kedua manusia itu seperti merasa ada sebuah aliran listrik yang langsung menyambar tubuh mereka. Tetapi mereka berdua tetap bersikap biasa saja. Menutupi apa yang mereka rasakan.

Hingga Jennie akhirnya yang terlebih dahulu memutuskan tautan jari itu. "Baiklah... Aku pamit pulang." pamit Jennie seraya sedikit membungkuk.

Jongin tersenyum kikuk. "Nde... Hati-hati di jalan."

Gadis itu kemudian melangkah pergi, dan Jongin menatap lekat kearah Jennie sampai anak itu menghilang dari pandangannya. Kini pandangan Jongin teralihkan ke jari kelingkingnya.

There's No Way ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang