22• Jadi, siapa?

14 6 0
                                    

Resa sebenarnya berada di Cafe Violet juga, ia tak masuk sekolah karena sekolahnya sedang dipakai lomba untuk beberapa hari ke depan.

Ia berada di meja ujung dan Via tidak menyadari keberadaan Resa. Resa memang sering kesini untuk menenangkan pikiran.

Saat Via masuk cafe, Resa buru-buru menutup wajahnya memakai daftar menu karena ia tak mau Via mengetahui keberadaannya, nanti takut Via pergi terus Resa enggak bisa merhatiin Via, katanya. Sa ae dasar upil semut.

Karena memang cafe tak terlalu ramai, Resa bisa mendengar percakapan Agnes dan Via. Resa juga mendengar quotes Via yang dibacakan Agnes tadi. Kata demi katanya seolah menampar Resa.

"Ternyata Via galau gara-gara gue. Jadi apa yang harus gue lakuin sekarang? Gue berada diantara dua pilihan." Resa bermonolog sambil mengacak rambutnya frustasi.

Hujan, Resa langsung memandang Via. Entah mengapa jika hujan Resa langsung teringat Via. Kenangannya bersama Via ia putar kembali diotaknya. Kok sama kayak Via? Jangan-jangan...

Resa melihat Via yang sedang bersenandung mengikuti lagu di cafe. Half A Heart - One Direction. Resa juga menyukai lagu ini. Cocok sama Via.

"Apa lo lagi ngerasain kayak di lagu ini Vi?" Resa bergumam sambil memperhatikan Via yang sedang menulis.

Resa peka. Ya, Via sedang merasakan seperti isi lagu tersebut.

Resa tak henti-hentinya memperhatikan Via, melihat wajah Via membuat dirinya senang tanpa sebab. Lengkungan kecil di bibirnya terukir saat Via tiba-tiba tertidur diatas meja. Rasanya, Resa ingin memangku Via dan membawa pulang ke rumah Via. Tapi, mengingat Via sudah membencinya jadi ia urungkan niat itu.

Tiba-tiba Resa mempunyai ide dan ia menelpon Bunda nya.

"Halo Assalamu'alaikum?"

"Wa'alaikumsalam Bun, Resa minta nomor telepon Tante Reva, penting. Kirimin ya Bun."

"Memang buat apa?"

"Kirim aja ya Bun, penting banget."

"Iya deh iya."

Lalu tak lama ada notifikasi pesan dan Resa segera menghubungi Reva.

"Assalamu'alaikum, Tan."

"Wa'alaikumsalam, ini siapa ya?"

"Resa, Tan."

"Oh Resa dikira siapa. Tumben nelpon, kenapa?"

"Hm, ini Resa lagi di Cafe Violet terus enggak sengaja liat Via dan Via lagi tidur di Cafe. Tadinya mau Resa antar cuma di luar hujan dan kebetulan Resa bawa motor. Jadi tolong ya Tan Via nya dijemput di Cafe Violet, kasian kayaknya capek banget sampai tertidur."

"Oalah pantesan Via enggak ada di kamar. Ya sudah, kamu tolong jagain Via dulu ya takutnya kenapa-kenapa nanti Tante telpon Ardi dulu supaya jemput Via."

"Oh iya Tan siap."

"Makasih ya Res."

"Iya, sama-sama."

Sambungan pun terputus.

"Sebenernya tanpa Tante Reva suruh buat gue jagain lo juga, gue akan tetep buat jagain lo karena itu udah jadi kayak tanggung jawab gue Vi." Resa bermonolog lagi sambil memandang Via yang terlelap.

30 menit berlalu, tiba-tiba ada Ardi yang datang dengan masih memakai baju kantornya karena memang ia tadi masih di kantor.

"Hai, Om. Via di meja sana."

"Oh oke."

Ardi segera menggendong anak sulungnya tersebut. Sungguh kebo wahai Via, digendong pun ia masih pulas tertidur. Hadeh.

"Om duluan ya, makasih Res."

"Iya, hati-hati Om."

Saat Via dan Ardi sudah keluar, Resa melihat kertas yang isinya banyak quotes yang Via buat. Resa hanya tersenyum membacanya. Resa tau bahwa ini adalah curahan hati Via yang saat ini sedang Via rasakan. Resa jadi semakin merasa bersalah. Tetapi ada perasaan senang di hatinya karena ada tulisan —Viarsa, yang kangen Resa :p

"Jadi, lo kangen sama gue Vi? Gue juga kangen sama lo." Batin Resa sambil memegang kertas tersebut.

Resa berniat untuk pulang, sebelum pulang ia tak lupa membayar pesanannya dan juga pesanan Via. Baik banget deh Resaqu.

Tak terasa, waktu menunjukan pukul 19:00 WIB. Via terbangun dari tidurnya dan ia baru menyadari kenapa bisa ia ada di kamarnya? Padahal tadi ia di cafe.

"Astaghfirullah, kenapa gue bisa disini?"

Via segera turun menemui Reva yang sedang menyiapkan makan malam.

"Ibu, kok Via ada di rumah?" Tanya Via yang masih bingung.

"Lah terus emangnya kamu mau dimana?"

"Ya maksudnya tadi sore Via kan di cafe."

"Kamu kan ketiduran disana terus dipangku sama cowok pas kamu tidur. Makanya kalau tidur jangan kayak kebo yang pules banget sampe enggak kerasa kalau dipangku, untung cowoknya baik mau anterin kamu ke rumah."

"Siapa emang cowoknya?"

"Coba tebak siapa?"

"Re...sa?" Jawab Via ragu.

"Ya ampun, kenapa gue malah jawab Resa? Ini kesannya gue ngarep banget." Batin Via.

"Dih, ngarep banget kamu. Cowok yang pangku kamu itu Ayah, bukan Resa. Giliran bahas cowok pikirannya Resa terus." Jawab Reva sambil tertawa.

"Tuh kan! Ngarep mulu elah." Batin Via dongkol.

"Ya maaf hehe. Kok Ayah bisa tau Via di Cafe Violet?"

"Yang ini baru ada hubungannya sama Resa."

"Hah? Emang kenapa?"

Via merasakan ada getaran yang tiba-tiba jika berhubungan dengan Resa.

"Resa sebenernya ada di Cafe Violet juga, jadi dia telpon Ibu kalau kamu ketiduran disana terus dia minta tolong buat jemput kamu karena tadinya dia mau antar kamu tapi bawa motor dan hujan."

Benar kan firasatnya, hal kecil bagi orang lain entah mengapa itu sangat berarti bagi Via. Resa perhatian kepada dirinya, dan Resa mempunyai cara berbeda dari cowok lain diluar sana.

"Kenapa senyam-senyum gitu? Seneng ya?" Goda Reva.

"Eh? Apa sih Bu, enggak kok." Jawab Via terkekeh.

"Kamu itu enggak jago bohong."

Via hanya tersenyum girang.

"Berarti Ibu punya nomor Resa?"

"Iya ada Ibu simpen."

"Via boleh minta enggak?"

"Buat apa hayo?"

"Ya enggak buat apa-apa sih."

"Ya udah enggak usah, lagian kamu lagi mau jauhin dia kan?"

"Ih Ibu mah gitu."

"Iya deh nanti Ibu kirim."

"Makasih Ibu ku sayang."

Via senang. Entah mengapa sikap Resa yang menyuruh Ibunya untuk menjemputnya seolah itu tanda perhatian Resa kepadanya. Jadi, Via bakal menjauh atau meluluh?











~•~
How was your day? Oh iya, makasih yang udah baca cerita ini. Seenggaknya vote ya jangan jadi sider :) See u!~ 💜
- jodoh wooseok 😚

28 April 2019

Half A HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang