27

7.7K 498 38
                                    

Bagian keduapuluhtujuh dari cerita.
Sekali lagi,ini hanya FANFICTION.
Happy Reading!

***

Jongin menggoyang-goyangkan gelas kaca yang kini berada dihadapannya. Isi gelas tersebut sedikit tumpah ke lantai akibat goyangan tersebut. Pria tersebut memilih untuk tetap mempertahankan kedua matanya terbuka, sembari menatap fokus kearah gelas berisi bir ditangannya.
Matanya tetap fokus pada gelas tersebut, tetapi lain dari pikirannya.

"Aku cukup terkejut. Kau minta maaf pada kami." Jongin berbicara sembari menatap wanita dihadapannya itu.
"Ya..memangnya kenapa?" Tanya Jennie sembari balas menatap Jongin, menusuk tepat di kedua bola mata milik pria tersebut.
Jongin terkekeh. "Kau lupa kalau aku sangat mengenalmu."
"Apa sebenarnya maksudmu?"
"Kau tidak semudah itu minta maaf. Ada apa sebenarnya? Kau tidak akan tunduk secepat itu, Jennie."
Jennie mendengus. "Lihat, siapa yang egois disini. Kau sangat tidak terima jika aku tulus minta maaf kali ini. Kau tidak ingin melihat aku terlihat tulus didepan sahabat-sahabatmu itu, begitu?"
"Berhenti!" Seru Jongin lalu tanpa sadar mencengkram lengan Jennie dengan kencang, membuat wanita itu sedikit meringis kesakitan.
"Aku tahu kau ada maksud dibalik ini semua. Dan apapun alasanmu itu, hentikan semua ini, Jennie. Kau tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tetap melanjutkan ini semua. Aku mengingatkanmu karena aku tidak ingin kau mengalami hal yang sama untuk kali keduanya. Kau tidak perlu untuk mengulangi kesalahan yang sama."
Jennie dengan kencang menepis cengkraman Jongin di lengannya. "Kenapa kau berkata seperti itu? Apa sebenarnya yang kau tahu? Tidak perlu bertindak seperti kau peduli padaku. Lagipula, aku maupun kau bukan siapa-siapa lagi. Kita sudah tidak ada hubungan apapun. Berhenti mengurusi hidupku."
"Aku mengatakan ini semua karena aku ingin melindungimu. Berhenti, karena kali ini kau melibatkan sahabat-sahabatmu sendiri."
Jennie menunduk. "Aku tahu. Tapi mereka akan mengerti. Aku melakukan ini semua dengan tulus agar mereka bahagia."
"Tapi tidak dengan dirimu." Jongin menyela segera. "Berhenti menjadi pendendam. Kau pikir aku tidak tahu apa yang akan kaulakukan? Kau pernah melakukannya sebelumnya, kalau kau lupa. Dan dulu, aku memang membantumu. Tapi tidak kali ini."
Jennie memilih diam, sembari mengelus lengannya yang tadi dicengkram oleh Jongin. Jongin yang melihat hal tersebut segera menarik lengan wanita itu lalu mengelus bekas kemerahan dilengannya.
"Aku mengatakan ini semua karena aku yang mencintaimu. Aku ingin melindungimu. Katakan padaku. Apa lagi yang dia inginkan? Apa dia mengancammu? Setelah yang dulu, apa kali ini dia ingin kau kembali melakukan hal yang sama? Apa aku perlu datang secara langsung dan menghajarnya sekarang?"
Jennie melepas pegangan Jongin. "Kau..hanya tidak mengerti, Jongin-ah. Aku melakukan ini semua karena dia adalah orang yang berarti bagiku. Dia yang membuat aku seperti sekarang ini. Kau hanya tidak tahu, dia baik dengan caranya sendiri. Harusnya kau sadar sendiri apa yang telah wanita itu lakukan. Wanita itu telah menyakitinya, dan aku tidak akan membiarkan orang yang berarti bagiku tersakiti begitu saja."
"Maksudmu, kau menyalahkannya? Kau masih menganggap dia berarti bagimu?"
"Kalau iya, kenapa?" Jennie kemudian terkekeh. "Kau akan memanggilku wanita murahan lagi?"
Jongin seketika terdiam. Jennie sendiri memilih memejamkan matanya, berusaha menahan air mata yang akan mengalir mulus dipipinya.
"Aku pikir, kau sudah berubah. Nyatanya tidak. Jongin-ah, berhenti menganggap aku egois. Karena pada nyatanya, kau lebih egois dariku. Kita tidak bisa bersama. Kau benar. Karena  seringnya perbedaan pendapat diantara kita. Berhenti bilang kau ingin melindungiku dan mencintaiku, kalau pada akhirnya saja kau masih tetap bersama dan peduli dengan wanita itu."

Jongin menegak kembali bir dalam gelas tersebut, membuatnya merasakan sensasi dalam lidahnya. Kejadian tersebut terus terngiang dalam pikirannya, membuatnya berniat melupakan itu semua. Tapi nyatanya dirinya tidak bisa. Jongin tidak bisa melupakan Jennie, dan memilih menyerah untuk melakukan berbagai usaha untuk melupakan wanita itu.

dating √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang