"NJACKKK!!!"
Jackson menoleh, mendapati kedua temannya yang berlari kearahnya. Dia mengerjapkan mata bulat menggemaskannya, kemudian nyengir lebar hingga matanya menyipit. Ketiganya langsung berpelukan ala teletubis.
"Njack dianterin siapa?" tanya Dizza setelah melepas pelukan mereka.
"Dianterin mom."
"Yaudah yuk, kita kekelas."
Jackson, Jesper, dan Dizza berjalan bergandengan menuju kelas mereka dan langsung duduk dibangku mereka. Kebetulan mereka sebangku, satu meja dengan tiga buah kursi. Jackson mengeluarkan buku gambar miliknya.
"Jadi gimana Njack?"
"Apanya yang gimana?"
"Uncle Arkan maksudnya," sahut Dizza gemas.
Jackson menggeleng. Wajahnya mendadak keruh dengan bibir mengerucut hingga membuat bocah itu terlihat sangat menggemaskan.
"Seminggu ini Njack belum ketemu uncle Arkan. Uncle Arkan nggak pernah datang ke restoran lagi," sahutnya murung.
Dizza mengusap lengan Jackson menenangkan. Sedangkan Jesper? Putra dari Gabriel itu sibuk mengipasi Jackson dengan buku tulis miliknya.
"Kemarin Njes nemuin majalah diruang kerja daddy Iel," ujar Jesper tiba-tiba.
Jackson dan Dizza serentak memandang Jesper yang sibuk mengobrak abrik isi tasnya.
"Majalah apa? Jangan-jangan kayak majalah uncle Dirga yang ada gambar laki-laki sama perempuan nggak pakai baju sama celana," celetuk Jackson.
"APAA??"
Jackson mengerjap, menatap heran kedua temannya yang menganga lebar.
"Ada apa? Kenapa kalian kaget begitu?" tanya Jackson polos.
"Njack ngapain ngeliat majalah begituan. Dulu Dizza pernah lihat, tapi ketahuan daddy terus daddy bilang jangan lihat majalah itu. Katanya nggak baik dilihat anak kecil."
"Njack cuma lihat sebentar kok, habis itu Njack kembaliin."
"Bagus."
Jesper yang sedari tadi diam membuka suaranya, "Memangnya itu majalah apa?" tanyanya penasaran.
"Dizza nggak tau."
"Ah ini,, bukannya ini uncle Arkan yang ada dimajalah?" tunjuk Jesper.
Jackson memandang gambar pria berjas yang menjadi cover majalah itu. Membaca nama yang tertera disana sebelum akhirnya mengangguk semangat.
"Iya ini uncle Arkan.. Wahh disini uncle Arkan sangat tampan," puji Jackson.
"Disini tertulis kalo rumah uncle Arkan di Jakarta.. Itu artinya kesini cuma buat liburan aja," gumam Dizza.
"Jangan-jangan uncle Arkan sudah kembali ke Jakarta makanya dia nggak kelihatan lagi," tebak Jesper.
Jackson termenung. Bocah itu terlihat berpikir keras. Entah apa yang dia pikirkan. Dizza membolak-balik majalah ditangannya. Jesper menopang dagu memandang majalah yang setiap detik membalik itu.
"Apakah dari Bandung ke Jakarta itu jauh?"
Dizza menggeleng, "Dizza tidak tau.. Njack nggak berpikir mau ke Jakarta kan? Kita masih kecil Njack. Kalo diculik bisa bahaya."
"Njack tau."
"Njack kenapa ingin sekali tau siapa uncle Arkan?" tanya Jesper.
"Entahlah. Njack hanya terlalu yakin kalo dia daddy Njack."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? [END]
RandomSemua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. Aku pernah mencintainya... Aku pernah merelakan sesuatu yang berharga untuknya... Dan aku mendapatkan...