12

26.6K 684 14
                                    

Tubuh mungil itu bergulingan dilantai beralaskan karpet putih berbulu. Entah sudah berapa kali berguling kesana kemari. Rupanya pemilik tubuh mungil yang tidak lain adalah Jackson itu sudah nyaman dengan aksinya.

"Kamu ngapain sih, Jack? Awas nanti terbentur sofa dan juga nanti badan kamu sakit," tegur Dirga.

Jackson berhenti, memandang Dirga dengan bibir mengerucut.

"Njack itu lagi kesal Uncle," sahutnya.

"Iya Uncle tau. Tapi jangan begitu, mending sini duduk disamping Uncle."

Jackson menggeleng. Dia meraih remote televisi yang ada didepannya. Dirga menggeleng pelan. Bibirnya mengulas senyuman tipis memandang keponakannya itu.

"Jack kesal kenapa memangnya?" tanya Dirga.

"Itu Mom sama Dad masa pergi tidak ngajakin Njack sih. Kan Njack sebal," adunya.

Dirga mengangguk, "Jadi itu, kan Mom nemenin Nenek sama Aunty Zahra. Dad juga kerja di kantornya."

"Njack kan mau ikut Daddy."

"Jack mau? Disana akan lebih membosankan. Jack cuma duduk diam melihat Dad bekerja. Enak dirumah, bisa nonton televisi."

Mata Jackson mengerjap polos, "Emang gitu ya, Uncle?"

Dirga mengangguk pasti. Pria itu sibuk menguyah pilus milik Jackson yang terabaikan. Jackson tidak peduli. Lagian stok pilusnya masih banyak. Kalo habis nanti tinggal bilang Daddynya. Pasti Daddynya akan bilang--

"Ayo kita beli. Sepabriknya pun akan Daddy belikan."

Orang kaya mah bebas.

Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah. Jackson dan Dirga menoleh bersamaan. Andra masuk kedalam rumah. Dia mencium pipi Jackson dengan kilat.

"Uh kesayangan Mom ini kenapa? Kok cemberut gitu?"

"Njack kenapa tidak diajak Mom?"

Andra tersenyum, membawa tubuh Jackson kepangkuannya, "Maafin Mom ya sayang. Tadinya mau Mom ajak. Tapi Jack tidur pulas banget. Jadi Mom tidak tega banguninnya," ujar Andra sembari mengusap pipi Jackson.

Jackson menggeleng dan tersenyum lebar, "Tidak apa-apa, Mom. Lagian Uncle Dirga tidak ada yang nemenin. Uncle Dirga kesepian kan kasian Mom."

Andra menahan tawanya. Dirga cemberut. Entahlah kenapa rasanya kurang mengenakan mendengar kata-kata kesepian yang dilontarkan Jackson. Kayak ada pahit-pahitnya gitu.

"Iya. Kasian kalo Uncle Dirga kesepian," celetuk Andra yang langsung mendapat delikan dari sang kakak.

"Bunda sama Zahra mana, An? Kok nggak ada?"

Andra menunjuk keluar dengan dagunya, "Masih diluar. Mungkin masih sibuk sama belanjaan mereka yang seabrek."

"Terus? Punya lo mana?"

"Gue kan bukan shopaholic, Bang. Jadi cuma nemenin mereka. Bolak balik kesana kemari. Dari toko satu ketoko lainnya."

Dirga terkikik geli, "Salah lo sendiri mau-mau aja diajak."

"Dipaksa tepatnya," sungut Andra.

Pintu utama terbuka. Renata masuk bersama Zahra dengan kantong belanjaan dikedua tangan mereka.

"Anak nakal! Bukannya bantuin Bunda bawa ini barang-barang malah ngeloyor aja," omel Renata.

Andra nyengir, "Lagian Bunda kalo belanja tidak kira-kira sih."

Daddy? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang