Andra celingukan. Matanya menatap setiap penjuru restoran miliknya yang hari ini sangat ramai. Namun dia tetap tidak menemukan apa yang dicarinya.
Dia mendekati Revan yang duduk setengah mengantuk dimeja kasir.
"Rev, anak gue mana?" tanya Andra.
Revan menggeleng sebelum akhirnya menguap lebar, "Nggak tau. Tadi gue lihat dia main sama Dizza. Mungkin didalam."
Andra manggut-manggut. Mengambil posisi duduk disamping Revan dan menopang dagunya. Mata coklat Andra meneliti seisi restoran. Pelanggannya kebanyakan berpasangan. Restoran milik Andra ini memang bernuansa romantis. Tidak heran jika hanya 1 atau 2 orang yang datang dalam keadaan jones alias jomblo ngenes.
"An, gue boleh nanya nggak?"
Kepala Andra menoleh kesamping. Revan tersenyum tipis. Sepertinya pria itu ragu untuk bertanya.
Sebelah alis Andra terangkat, "Nanya apa?" tanya Andra.
Revan merogoh sakunya dan mengeluarkan selembar foto. Andra terbelalak lebar melihat foto itu. Matanya menatap Revan yang masih mengulas senyuman tipis. Andra menghela nafas. Dia menatap foto itu dan tersenyum simpul.
"Kemarin waktu lo mindahin barang bekas ke gudang. Foto itu jatuh," ujar Revan.
"Apa yang lo pikirin waktu ngeliat foto ini?" tanya Andra.
Revan menghela nafas, "Dia mempunyai wajah yang mirip Jackson terutama mata bulatnya," gumam Revan.
"Lo benar. Dia memang ayah kandung Jackson."
Revan tersentak kaget. Matanya memandang Andra tidak percaya. Andra tersenyum tipis dan mulai menerawang.
"Gue yakin lo pengen tau. Gue bakal cerita asal lo bisa jaga rahasia ini?"
"Gue nggak maksa, An."
Andra menggeleng, "Dia pria yang dijodohin sama kakak angkat gue. Tapi gue dengan bodohnya mencintai calon kakak ipar gue. Sampai akhirnya gue frustasi saat mereka bertunangan, gue dengan gilanya merayu dia dan nyerahin mahkota gue dengan suka rela. Lo bayangin seberapa gilanya gue waktu itu. Sampai akhirnya gue berjanji nggak akan menganggunya lagi. Sebulan kemudian gue hamil, gue nggak minta tanggung jawab ataupun memberi taunya. Gue kabur dari rumah yang bagi gue seperti neraka itu. Lo tau kenapa gue nyuruh dia ngeluarin didalam?" Andra memandang Revan. Tidak ada air mata. Namun Revan bisa melihat seberapa dalam luka itu.
Revan menggeleng pelan.
"Karena gue pengen punya sesuatu yang berharga dari dia. Setidaknya gue punya Jackson biarpun nggak bisa bersama dia. Jackson malaikat kecil gue."
"Lalu? Sekarang dia bagaimana?"
"Mungkin udah bahagia sama kakak angkat gue. Loe tau Rev? Gue anak yang nggak pernah diinginkan orang tua gue."
Andra tersenyum miris. Dengan sigap Revan mengusap punggung Andra.
"Dari kecil gue nggak pernah mendapat kasih sayang mereka. Dari kecil cuma Kak Kiran yang menjadi prioritas mereka. Bahkan gue merasa kalo yang anak pungut mereka itu gue. Lo tau Rev? Saat gue minta diceritain dongeng waktu mau tidur. Nyokab gue bahkan nggak pernah mau. Saat Kak Kiran meminta ditemani, dengan senang hati nyokab gue menuruti. Apa gue salah, Rev?"
"Nggak, An. Sudah nggak usah dilanjutin kalo itu membuka luka lama lo," ujar Revan.
Andra menggeleng, "Nggak Rev, sampai akhirnya kemarin nyokab gue berkata menyesal udah ngelahirin gue."
"Kemarin?"
"Iya. Waktu ditaman bermain gue ketemu mereka dan dia. Gue bahkan berpura-pura nggak mengenal mereka. Beruntung Bunda datang tepat waktu, jadi mereka mungkin nggak bakalan percaya kalo itu gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? [END]
RandomSemua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. Aku pernah mencintainya... Aku pernah merelakan sesuatu yang berharga untuknya... Dan aku mendapatkan...