Andra memasuki rumah bundanya yang terlihat sepi. Kemana semua orang? Kok keadaan rumahnya kayak nggak berpenghuni begini.
"Eh Non Andra."
Kepala Andra menoleh keasal suara. Dia tersenyum dan mendekati wanita parubaya yang tengah menenteng sapu diambang pintu dapur. Itu asisten rumah tangga bundanya. Andra sangat akrab dengan Bi Mir. Dia sudah menganggap wanita itu seperti keluarganya sendiri. Bi Mir tidak mempunyai keluarga dan sudah bersama keluarga bundanya sejak baru menikah dengan ayah. Maka tidak heran jika keluarga ini memperlakukan Bi Mir seperti keluarganya sendiri.
"Bi Mir, kok rumahnya sepi? Pada kemana orang-orang?" tanya Andra.
"Pergi semua, Non. Tuan ke kantor, Nyonya lagi pergi ketemu temannya, kalo Den Dirga kerumah Non Zahra."
"Ampun deh. Giliran Andra kesini pada pergi. Giliran nggak datang diomelin," gerutu Andra.
Bi Mir terkekeh. Wanita itu selalu gemas melihat tingkah ibu satu anak didepannya.
"Den Jack kok nggak ikut, Non?"
Andra menggeleng, "Jack masih sekolah, Bi. Jadi dia nggak ikut."
"Yaudah. Non tunggu aja. Mungkin sebentar lagi mereka pulang. Bibi mau lanjut nyapu."
"Iya, Bi. Aku ke perpustakaan Ayah ya. Nanti bilang kalo mereka udah pulang."
"Siap Non."
Andra melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana ruang perpustakaan ayahnya berada. Ayahnya memang suka membaca. Jadi dia tidak heran jika dirumah ini ada perpustakaan.
Mata Andra meneliti setiap rak buku. Mencari buku yang dirasa menarik perhatiannya. Kenapa ayahnya itu tidak menyediakan novel sih. Banyak buku motivasi dan sejenisnya yang tebalnya bisa bikin orang pingsan seminggu jika kena timpuk. Mana tidak ada gambarnya sama sekali. Andra mendadak pusing jika disuguhi buku seperti itu.
"Nah ini kayaknya menarik," gumam Andra menarik salah satu buku diatas rak.
Sesuatu terjatuh.
Andra menunduk, mendapati album foto yang terjatuh. Mungkin tidak sengaja dia senggol. Andra meraih album foto itu dan mengernyitkan dahinya. Dia duduk disofa terdekat. Kemudian membolak-balik album foto ditangannya.
"Milik keluarga Ayah kali ya?" gumam Andra.
Dia membuka album foto itu.
Halaman pertama, ada Alvaro, Renata dan sepertinya Dirga yang memakai baju TK. Andra nyengir. Kakaknya itu ternyata dulu ompong waktu kecil.
Halaman kedua, ada ketiganya. Tapi yang mengganjal, perut Renata buncit. Andra mengerutkan dahinya. Renata hamil, tapi siapa anaknya. Selama dia bersama Renata, dia tidak tau kalo bundanya itu mempunyai anak lain.
Halaman ketiga, ketiganya berada diranjang rumah sakit dengan bayi mungil digendongan Renata. Kebahagiaan terpancar diwajah mereka membuat Andra tersenyum.
Halaman keempat, Andra membulatkan matanya. Menatap foto itu tidak percaya. Dia mengenal bayi difoto itu. Karena dia juga memilikinya. Itu foto dirinya ketika masih bayi.
"My Daughter? Apa maksudnya ini?" gumam Andra.
Bukan hanya satu fotonya yang masih bayi. Namun lembaran berikutnya banyak fotonya yang masih bayi. Tapi anehnya foto itu hanya waktu dirumah sakit dan di box bayi. Tidak ada foto kelanjutannya waktu beranjak dewasa.
Andra berlari keluar sembari membawa album foto itu. Mengelilingi rumah mencari keberadaan Bi Mir. Wanita parubaya itu tengah berada dibelakang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? [END]
RandomSemua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. Aku pernah mencintainya... Aku pernah merelakan sesuatu yang berharga untuknya... Dan aku mendapatkan...