Andra menuruni tangga sembari bersenandung kecil. Pandangannya melihat kesana kemari. Dia mengerutkan dahinya. Kenapa rumahnya sepi? Kemana perginya Arkan dan Jackson?
"Jack. Kamu dimana?" panggil Andra.
Tidak ada sahutan. Andra menuju belakang rumah. Ditaman belakang dia juga tidak mendapati keduanya. Kalo mereka pergi kenapa tidak pamit? Sedari tadi dia ada diruang kerja tidak tidur sama sekali?
"Pada kemana sih nih orang? Yakali pergi nggak ngajak gue?" gerutu Andra.
Andra mendengus. Dia akan kembali kekamarnya jika saja telinganya tidak menangkap suara samar-samar dari depan rumah. Andra perlahan melangkah keluar. Hingga matanya menangkap sosok Jackson dan Arkan yang tengah memegang sesuatu. Andra menyerngit heran. Hanya sesaat. Karna setelahnya dia terbelalak lebar.
"JACK. ARKAN. APA YANG KALIAN PEGANG ITU?" Andra berkacak pinggang diambang pintu. Matanya melotot tajam menatap keduanya.
Jackson dan Arkan menoleh horor pada Andra. Tangan mereka sibuk menyembunyikan sesuatu dibelakang tubuh mereka. Andra mendekat, mengulurkan tangannya.
"Ayo. Berikan sama Mom."
Jackson mengerjap polos, "Apa Mom? Njack tidak pegang apa-apa kok."
"Jack jangan bohongin Mom ya. Ayo cepat siniin. Kalo tidak Mom akan marah."
Jackson dan Arkan saling berpandangan. Keduanya menyerahkan apa yang mereka pegang. Andra menatap horor beberapa petasan yang ada ditangannya. Sedangkan kedua tersangka cengengesan tidak jelas.
"Kalian dapat dari mana petasan ini? Petasan itu bahaya. Kamu juga Ar, kamu udah tua masih aja seperti anak kecil. Kalau kalian kenapa-kenapa gimana?" omel Andra.
Keduanya menunduk takut.
"Maafin Njack Mom. Daddy yang ngajak Njack beli petasan," ujar Jackson.
Arkan mendelik, "Jack gimana sih? Tadi katanya kalo ketahuan Mom kita berdua yang tanggung jawab. Kok sekarang jadi Dad yang disalahin?"
"Maafin Njack ya Dad. Njack takut sama Mom. Mom kalo marah kayak singa sih," bisik Jackson.
"Apa Jack bilang?"
Jackson nyengir dan menggelengkan kepalanya cepat.
"Tidak Mom. Njack tidak bilang apa-apa."
Andra mendengus, "Nih kalian buang petasannya. Mom tidak mau tau. Jika kalian tidak menurut, jangan harap Mom mau bicara sama kalian."
Andra segera beranjak meninggalkan kedua orang itu. Dia menuju kamarnya. Sebenarnya Andra tidak marah sih. Dia cuma lagi dalam mode malas jadi enggan mengomel panjang lebar yang akan membuatnya semakin badmood nanti. Lebih baik dia menenangkan dirinya.
Andra yang akan membanting tubuhnya diranjang terhenti. Dia menuju balkon kamarnya. Sepertinya dia tadi sekilas melihat seseorang yang memperhatikannya. Andra memandang sekitarnya. Tidak ada siapapun. Namun akhir-akhir ini dia memang merasa ada yang mengintainya. Entah apa tujuan orang itu. Andra tidak peduli. Asal tidak mengusik anggota keluarganya.
Sebuah tangan yang memeluknya dari belakang membuat Andra sedikit tersentak kaget. Dia menoleh. Arkan menyandarkan dagunya dibahu Andra. Sesekali mengecup leher jenjang Andra.
"Maaf ya. Aku cuma menuruti keinginan Jack buat beli petasan," gumam Arkan.
Andra melirik Arkan. Tangannya mengusap rambut pria itu. Pria yang hari demi hari membuatnya semakin jatuh cinta.
"Nggak apa-apa. Tapi jangan diulangi. Kalo mau membelikan Jack mainan boleh, asal nggak berbahaya. Selama ini aku nggak pernah membelikan dia petasan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? [END]
RandomSemua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. Aku pernah mencintainya... Aku pernah merelakan sesuatu yang berharga untuknya... Dan aku mendapatkan...