Andra memandang keluar dari kaca jendela ruang tamu rumah Sophia. Hujan deras masih mengguyur sejak sore tadi dan sekarang belum reda. Hujannya malah bertambah deras. Andra bosan. Dia ingin pulang. Tapi kalo hujan deras begini sangat tidak memungkinkan dia untuk menerebos hujan. Jadi mau tidak mau dia harus menunggu hujannya reda. Entah sampai kapan dia harus menunggu. Uwooo~
"Kapan nih hujan bakalan berhenti. Gue pengen balik," gerutu Bianca.
Sedari tadi dia berjalan mondar-mandir membuat Sophia yang ada didepannya kesal setengah mati.
"Duduk aja kenapa sih, Bi. Lo mondar mandir begitu bikin rusak pemandangan di depan gue tau nggak? Pusing gue ngeliatnya," ujar Sophia kesal.
"Please lah Soph. Gue pengen balik. Ngantuk parah ini."
"Yaudah balik aja. Tapi kalo nanti terjadi sesuatu jangan nyari gue."
"Doa lo jelek banget. Nanti kalo gue mati, lo nangis-nangis lagi."
"Ngapain nangis? Yang ada gue ketawa sampai terkencing-kencing dicelana."
Bianca mendengus dan mendudukkan diri disamping Sophia. Ketiganya diam. Suara hujan mengiringi keterdiaman mereka. Entah kenapa mendadak rumah Sophia terasa horor.
"Ini beneran rumah lo kan, Soph?" tanya Bianca.
Sophia memutar bola matanya malas, "Iyalah rumah gue. Emang lo kira ini rumah siapa? Rumah setan?"
"Tapi kok suasananya jadi horor gini. Laki lo kemana Soph? Sumpah ini nyeremin."
"Dia udah tidur. Udahlah, perasaan lo aja kali. Lo kan penakut, dikit-dikit pasti terasa horor."
Bianca melotot, "Sialan lo!" ujarnya menjitak kepala Sophia.
Andra melihat kedua temannya itu sebelum menguap lebar. Dia mengantuk. Matanya melirik jam yang ada disana. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Bisa-bisa nanti dia baliknya jam 12 malam.
"Kalian nginep disini aja deh. Kayaknya hujan nggak bakalan berhenti sampai besok pagi."
"Nggak deh. Gue nggak mau Jack khawatir dirumah kalo gue nggak balik," sahut Andra.
"Sama. Gue juga nggak mau puppy khawatir sama gue."
Sophia tergelak kencang, "Keliatan banget kalo nggak ada yang khawatirin lo sampai-sampai anjing hitam itu lo bawa-bawa. Kasian banget sih."
"Dari tadi nistain gue mulu sih. Awas lo digentayangin setan," kesal Bianca.
"Iya kan lo setannya."
"Bodo amat. Gue nggak peduli."
"Baperan deh nih orang," goda Sophia.
Bianca tidak menyahut. Dia lebih memilih memainkan ponselnya membuat Sophia terkekeh geli.
"An, lihat noh. Bianca chattingan sama gebetannya," seru Sophia yang belum mau berhenti menggoda Bianca.
Sophia benar-benar tidak ingat umur.
Andra menoleh dengan sebelah alis terangkat, "Siapa? Lo bukannya pacar kakak gue ya, Bi?"
"Enak aja," ujar Bianca, "Kakak lo kan udah nikah, masa gue jadi pelakor. Itu bukan gue banget kali," lanjutnya.
"Emang siapa yang bilang Bang Dirga?"
"Loh? Bukan Bang Dirga yang lo maksud? Terus siapa dong?"
"Kak Lintar."
Bianca melotot dan segera memalingkan wajahnya yang memerah. Andra dan Sophia seketika tertawa kencang melihat wajah blushing Bianca. Bianca melirik tajam kedua orang itu yang malah mengencangkan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? [END]
RandomSemua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. Aku pernah mencintainya... Aku pernah merelakan sesuatu yang berharga untuknya... Dan aku mendapatkan...