Suara-suara aneh yang berasal dari kamar tamu dirumahnya membuat Andra berpikiran yang tidak-tidak. Tidak heran sih, pikiran dia kan selalu kotor dan menjadi semakin kotor mendengar suara aneh yang memasuki indra pendengarannya itu.
Dia menempelkan telinganya pada daun pintu. Berusaha memperjelas pendengarannya.
"Sial! Bisa pelan nggak sih. Lo kira nggak sakit apa?" Terdengar suara Gabriel yang mengumpat.
"Diem aja. Susah ini, sempit sialan!" Kali ini suara Nathan yang terdengar.
"Lo nggak bisa nyantai apa, Nath? Gue tabok juga lo."
"Berapa kali gue bilang. Jangan teriak-teriak. Berisik tau nggak."
"Gue teriak karna sakit bego."
"Anjirr! Pake ngatain bego lagi. Udah nikmatin aja."
"Nikmat kepala lo peyang."
Andra bernafas dengan susah payah. Dia sudah terlihat seperti orang yang hampir merenggang nyawa. Bahkan Andra tidak sadar darah mengalir dari lubang hidungnya dan menetes hingga membasahi lantai.
Dalam pikirannya sudah ada bayangan-bayangan yang membuat jiwanya terguncang. Andra menggeram kesal dan langsung mendobrak pintu yang ternyata tidak dikunci itu.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?" teriak Andra nyaring.
Hening.
Andra melongo. Begitu juga Gabriel dan Nathan yang terkejut atas kedatangan Andra secara tiba-tiba dan sangat tidak santai itu.
Mata Andra berkedip lucu, dia memiringkan kepalanya, "Eh? Kalian berdua ngapain?" tanya Andra.
"Gali kubur. Lo ngapain sih, An? Ngagetin aja. Untung kita nggak punya penyakit jantung," gerutu Gabriel.
"Sorry deh. Habis ucapan kalian tadi ambigu banget. Kan gue jadi mikir yang nggak-nggak," sahut Andra dan nyengir kuda saat mendapati pelototan tajam Gabriel dan Nathan.
"Itu sih otak lo aja yang nggak pernah beres. Lo ngira kita berbuat macam-macam. Gue masih doyan melon cewek kalo lo lupa."
"Nggak usah diperjelas kali melonnya," gerutu Andra yang dibalas cengiran Gabriel.
"Terus itu mimisan kenapa? Hidung lo lagi datang bulan?" tunjuk Nathan.
"Eh? Mimisan?" tanya Andra dan langsung meraba hidungnya. Dia nyengir saat melihat noda merah dijarinya, "Gue nggak sadar kalo mimisan," lanjutnya sembari membersihkan hidungnya dengan tisu.
"Makanya punya otak tuh bersihin setiap hari. Biar suci," sindir Gabriel.
Andra merengut. Dia mendekati kedua temannya itu. Nathan sudah kembali pada kegiatan awalnya. Menarik sepatu dari kaki Gabriel. Ternyata yang dimaksud sempit itu sepatu yang dipakai Gabriel. Andra merutuk didalam hati, makin lama otak mesumnya semakin menyebar saja.
"Lagian kurang kerjaan banget lo. Ngapain pake sepatu kekecilan begitu?"
Gabriel menghela nafas, "Tadi Njes yang ngambilin sepatu. Karena nggak mau ngecewain dia gue pake aja. Eh nggak taunya bisa masuk tapi nggak bisa keluar," jelasnya.
"Seriusan, Gab. Ini kayaknya harus digunting. Nggak bisa dicopot beneran."
"Terserah deh. Asal kaki gue bisa keluar."
"Lo ambilin gunting diatas meja itu, An."
Andra mengangguk. Dia mengambil gunting yang langsung digunakan untuk menggunting sepatu dikaki Gabriel. Satu sudah terlepas dari kakinya.
"Merah banget kali lo. Ini tadi habis buat tarik tambang beneran ya," gumam Andra.
"Nathan nariknya nggak nyantai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? [END]
RandomSemua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. Aku pernah mencintainya... Aku pernah merelakan sesuatu yang berharga untuknya... Dan aku mendapatkan...