Andra, Sophia, Gabriel dan Nathan tengah nongkrong disalah satu cafe. Mereka menyempatkan waktu untuk berkumpul ditengah kesibukan mereka masing-masing. Belum lagi mereka yang juga mengurus anak kecil. Kecuali Nathan sih. Andra heran, kenapa temannya yang satu itu tidak pernah deket dengan siapa pun. Seingat Andra, Nathan terakhir pacaran waktu masih duduk dibangku kuliah dulu.
"Udah lama ya kita nggak nongkrong berempat," ujar Sophia.
Andra menyesap minumannya dan mengangguk pelan, "Iya. Kita terlalu sibuk kerja dan mengurus anak. Wajar sih kita udah jadi orang tua."
"Gue nggak," celetuk Nathan.
"Makanya cepat nyari istri. Lo terlalu sibuk sama kerjaan sampai nggak peduli sama percintaan lo. Nggak semua cewek itu sama kok, Nath," ujar Gabriel menepuk bahu sahabatnya itu.
Nathan menghela nafas. Alasan kenapa dia belum juga mencari pasangan karena trauma. Dia pernah diselingkuhin. Cewek yang menjadi cinta pertamanya dan sangat dia cintai tega selingkuh dibelakangnya. Itu yang membuat Nathan menutup diri dari para wanita yang menyukainya.
Nathan melirik Gabriel yang menyesap kopinya. Gabriel memandang Nathan dengan sebelah alis terangkat.
"Apa?"
"Lo juga nggak punya pasangan. Cepat cari istri biar Jesper ngerasain punya Mama."
Gabriel menggaruk tengkuk, "Gue mau nyari yang cocok dulu. Nggak cuma sayang sama gue, tapi juga sayang sama Jesper. Gue mau dia nerima gue dan Jesper."
"Gue setuju sama lo, Gab. Gue nggak mau sampai Jesper nggak ngerasain kasih sayang seorang Ibu."
Ketiganya memandang Andra. Sophia mengusap bahu sahabatnya itu. Sementara Andra hanya terkekeh geli.
"Udahlah. Gue nggak apa-apa. Lagian sekarang gue udah ngerasain yang namanya kasih sayang seorang Bunda."
Sophia mengangguk dan nyengir menyebalkan sembari memandang Nathan serta Gabriel bergantian. Nathan dan Gabriel saling melirik dengan heran. Mereka berdua merasa ada yang tidak beres saat melihat cengiran Sophia.
"Kenapa lo? Kena sawan?" tanya Nathan.
Sophia mengacungkan jarinya, menunjuk Gabriel dan Nathan, "Kenapa kalian nggak nikah aja. Kalian cocok loh," ujarnya geli.
Mata Andra bersinar, seolah mengeluarkan ribuan bintang didalamnya. Sedangkan Nathan serta Gabriel masih terdiam. Shock dengan pemikiran tidak terduga Sophia.
"Bangke! Biarpun gue belum punya pasangan. Tapi gue masih suka perempuan kali. Yang benar aja gue sama Gabriel," sewot Nathan.
Andra dan Sophia cengengesan.
"Tau nih. Dasar fujo gila. Setelah sekian lama kenapa harus nongol lagi sih kegilaan kalian."
Sophia mengangkat bahunya acuh, "Mana gue tau. Orang gue cuma ngomongin apa yang gue lihat melalui mata batin gue kok."
"Mata batin jidat lo lebar."
"Nggak usah bawa-bawa jidat kali," ketus Sophia.
"Udah nggak usah debat. Tapi yang diomongin Sophia bener juga sih," ujar Andra.
"Apa?"
Andra nyengir, "Kalian cocok," sahutnya.
Seketika dua buah sedotan melayang kearah Andra. Andra tertawa sembari mengusap wajahnya yang basah akibat terkena cipratan minuman.
"Kapan Arkan ngelamar lo, An? Kalian udah tinggal serumah lagi. Kenapa dia nggak langsung nikahin lo aja?"
Andra menggeleng, "Nggak tau gue. Dia nggak ngomongin apa-apa sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? [END]
RandomSemua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. Aku pernah mencintainya... Aku pernah merelakan sesuatu yang berharga untuknya... Dan aku mendapatkan...