6

30K 783 4
                                    

Jackson bersama kedua temannya tengah berada ditaman. Tangannya menggenggam selembar kertas yang berisi coretan tangan dan noda merah mengering disekitarnya.

"Ini yang Njack temuin dikamar Mom," ujar Jackson.

Dizza mengamati noda merah itu dengan intens.

"Ini kayak darah kering."

Jackson dan Jesper saling berpandangan. Keduanya terlihat tidak mengerti.

"Ini noda darah. Mungkin punya Aunty Andra.. Intinya ini darah Aunty Andra saat nulis surat ini," jelas Dizza saat menyadari kebingungan kedua temannya.

"Memang isi suratnya apa?" tanya Jesper.

"Kalo kesimpulannya yang Dizza pahami, Aunty Andra mencintai seseorang dan orang itu tidak akan bisa dia miliki. Selanjutnya nggak bisa kebaca, tulisannya kena darah."

"Nggak ada keterangan namanya dibawah? Biasanya kalo surat pasti ada namanya?"

Dizza menyipitkan matanya, lalu mengangguk pelan, "Ada.. Tapi nama pertama tidak kelihatan, kelanjutannya Keenandra. Jadi intinya nama pria yang dicintai Aunty Andra itu nama akhirnya Keenandra."

"Nama Uncle Arkan siapa, Njack?" tanya Jesper.

Jackson menggeleng, "Njack tidak tau," jawabnya pelan.

"Ini simpan. Nanti kalo ketemu Uncle Arkan kita tanyain nama aslinya."

Jackson mengangguk dan memasukan kertas yang sudah dilipat rapi itu kedalam tasnya. Dia menatap kedua temannya dan nyengir.

"Ayo ke restoran itu. Kita beli minum, biar Njack yang traktir kalian," ujar Jackson.

"Beneran Njack?"

"Iya, ayoo."

Ketiganya menuju salah satu restoran yang ada disana. Mata Jackson mengedar keseluruh tempat. Semua meja hampir penuh. Dia menarik Dizza dan Jesper menuju meja paling pojok. Menghiraukan semua mata yang memandang gemas kearah mereka. Siapa yang tidak gemas jika melihat tiga bocah imut berkeliaran.

"Jackson."

Jackson menoleh. Wajahnya menekuk melihat Arkan yang ada dimeja sampingnya. Bocah itu melengos, memilih mengabaikan panggilan Arkan. Ingatkan Jackson yang masih sakit hati mendengar pria itu akan bertunangan. Mata bulat Jackson memelototi buku menu ditangannya.

"Halo Uncle Arkan," sapa Dizza, menyadari jika Jackson tidak menggubris pria itu.

"Halo Dizza.. Kalian mau makan?"

Dizza mengangguk, "Iya Uncle.. Kita ditraktir sama Njack."

Jesper mencolek lengan Jackson. Bocah bermata sipit itu melongokan kepalanya ikut membaca buku menu. Jackson menggesernya agar Jesper bisa membaca dengan mudah.

"Mereka siapa, Kan?"

Jackson menoleh. Baru menyadari jika Arkan tidak sendiri. Ada dua orang dewasa didepannya. Kedua orang dewasa itu menatapnya kaget. Jackson mengerjapkan matanya polos dan kembali acuh.

"Nama Njes Jesper," sahut Jesper setengah berteriak.

Dizza melotot kearah bocah itu, "Njes yang sopan dong. Sama orang tua juga," omelnya.

"Iya, iya. Njes minta maaf."

Arkan beranjak dari duduknya dan mendekat kemeja mereka, "Uncle boleh duduk disini?"

Dizza dan Jesper saling berpandangan. Mereka beralih memandang Jackson yang tidak peduli. Seolah teringat sesuatu, Jesper menganggukan kepalanya cepat.

Daddy? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang