CH.07 : Stay Waiting

8.7K 920 21
                                    

Gadis berambut sebahu itu mengetuk pintu berkali-kali berharap Jungkook membukakan pintu itu. Bel juga sudah ia tekan berkali-kali namun pintu itu tak kunjung terbuka. Ia pun menggedor-gedor pintu itu agar bisa terbuka. Untung saja masih siang. Jika malam, mungkin saja gadis itu sudah ketakutan di kurung di luar.

"Jungkook! Aku mohon buka pintunya! Maaf, kook!" Teriak Eunha memohon-mohon. Namun dari dalam Jungkook sama sekali tidak menggubris. "Jungkook! Jeongsan pasti mencari ku! Jangan seenak jidat mu saja mengurung pengasuhnya!"

Pintu otomatis terbuka. Di hadapan Eunha sudah berdiri Jungkook dengan tatapan tajamnya. Rambutnya yang terlihat basah dan acak-acakan menandakan bahwa ia baru saja mandi.

"Berisik sekali kau. Apa kau tidak tahu aku sedang mandi?" Laki-laki itu mulai memasukkan kedua tangannya di kedua saku celananya.

Eunha membersihkan tampilan nya lalu menatap Jungkook dengan tatapan jengkel. "Mana aku tahu. Kau pikir aku bisa mengintip mu mandi sedangkan aku di luar?"

"Setidaknya kau sabar dulu. Aku juga akan membukakan pintu nanti."

"Kenapa kau tidak menyahuti ku saat aku sudah ribut di depan pintu ini?"

"Karena aku tidak peduli denganmu."

Tangisan Jeongsan tiba-tiba terdengar. Membuat perdebatan antara kedua insan itu terhenti.

Eunha menggeser tubuh kekar Jungkook lalu berlari menuju kamar Jeongsan. Wajahnya berubah sedih saat melihat wajah anak itu. Seperti nya bayi itu sudah merindukannya, pikir Eunha.

"Maafkan Eunha, ya, Jeongsan. Jeongsan pasti rindu pada Eunha, ya? Eunha lama pergi keluar, ya?"

Dicolek nya pipi halus Jeongsan sesekali memegang gemas tangan kecilnya yang dibaluti kain.

"Maafkan Eunha dan Ayahmu itu, ya. Tapi Eunha tidak salah. Ayahmu yang salah. Dia sudah membuat keributan di rumah ini," jelas Eunha menggendong Jeongsan agar berhenti menangis.

"Enak saja. Kau mengadu yang tidak-tidak pada Jeongsan, bukan? Jangan pengaruhi dia. Aku tidak ingin anakku menjadi pribadi yang suka menuduh saat dia sudah besar." Jungkook tiba-tiba masuk ke dalam kamar Jeongsan berniat mengambil sesuatu dari lemari.

"Lupakan. Supaya adil, kita berdua yang salah," ujar Eunha.

"Tidak mau. Kau sendiri yang pertama menggedor-gedor pintu, memencet bel berulang kali dan berteriak. Sudah jelas itu salahmu."

"Terserah."

•••

Jungkook membaca satu-persatu data-data yang bertumpukan di mejanya. Ia sangat sibuk hari ini. Ayahnya baru saja mengatakan padanya bahwa ada urusan ke luar negeri yang membuatnya menyuruh Jungkook untuk menggantikan tugasnya selama satu Minggu.

Karena terlalu sibuk, Jungkook tidak sempat pulang awal. Ia akan sampai di rumah sekitar pukul sepuluh atau setengah sebelas. Pagi saja ia harus berangkat lebih pagi jam enam. Ternyata menjadi pemilik perusahaan seperti Ayah harus sesibuk ini, pikirnya.

Terdengar ketukan pintu. Pandangan Jungkook teralih pada pintu.

"Masuk."

Seorang karyawan dengan seorang laki-laki tampan datang dari pintu. Karyawan itu mengajak laki-laki tampan itu mendekat ke meja Jungkook.

"Permisi, tuan Jungkook, maaf menganggu. Laki-laki ini ingin melamar pekerjaan."

Jungkook menatap tampilan laki-laki itu. Sangat rapi.

"Baiklah, Dongwook. Kau boleh pergi."

"Saya permisi." Setelah itu karyawan yang dipanggil Dongwook itu pergi meninggalkan Jungkook dan laki-laki tampan tadi.

"Duduklah."

"Ah, terima kasih."

Setelah laki-laki itu duduk, Jungkook meletakkan data-data yang barusan ia baca lalu kembali fokus kepada orang yang ada dihadapannya.

"Perkenalkan siapa dirimu," pinta Jungkook.

"Perkenalkan, namaku Park Jimin. Usiaku 23 tahun," jelas laki-laki tampan bernama Park Jimin.

Jungkook mengangguk. "Sebelumnya kau sudah pernah bekerja?"

"Belum."

"Baiklah. Kau diterima," kata Jungkook enteng kembali meraih data-data yang sempat ia tunda tadi.

"Benarkah?"

"Hm. Mana mungkin aku berbohong."

"Terima kasih banyak! Aku tidak tahu harus berterima kasih padamu!" Jimin bangkit dari kursinya lalu membungkuk kepada Jungkook.

"Sudah. Kau lebih tua dari ku. Walaupun hanya satu tahun."

"Aku tidak memandang usia. Yang pasti, aku berterima kasih banyak padamu. Oh iya, namamu siapa?"

"Jeon Jungkook. Sang pewaris pemilik perusahaan Jeon Company ini."

•••

Eunha bergerak gelisah di ranjangnya. Entah kenapa, rasa takut dan cemasnya bertambah saat mengetahui bahwa Jungkook akan pulang larut malam.

Itu disebabkan karena Eunha baru saja menonton film. Dimana ada seorang penculik masuk ke rumah lalu mengambil anak bayi. Karena itu, Eunha memutuskan untuk memindahkan Jeongsan untuk tidur bersamanya.

Padahal di luar ada security yang menjaga, tapi Eunha masih tidak yakin akan itu.

"Apa aku tunggu Jungkook saja, ya?"

Diliriknya jam dinding yang masih menunjukkan pukul sembilan lewat lima.

Ia turun dari ranjang berniat mengambil sesuatu di dalam kopernya. Sebuah buku dongeng. Awalnya Eunha ingin mengambil buku masakan, tapi buku masakan tidak cocok dibaca saat sudah berada di atas ranjang.

Baru beberapa menit membaca, mata Eunha terasa berat. Rasanya ada sesuatu yang berada di atas kelopak matanya sehingga membuat matanya ingin tertutup. Ia mengantuk. Namun ia tidak bisa tidur karena Jungkook belum pulang.

Berkali-kali Eunha mengerjapkan matanya agar rasa kantuknya itu menghilang. Tetap tidak mempan.

"Aku tidak boleh tidur. Tidak boleh."

Akhirnya dirinya memutuskan pergi membasuh wajah. Sesampainya di kamar mandi, ia sempat bercermin memandang wajahnya sekejap. Mata nya terlihat jelas sangat merah.

"Eunha, kenapa aku terlalu mengantuk sekarang?" Tanyanya pada dirinya di pantulan cermin.

"Kau mengantuk, Eunha. Tapi jangan tidur, ya. Jungkook belum pulang," katanya bertingkah seolah-olah ia adalah pantulan dirinya yang menjawab pertanyaannya.

Dibasuhnya wajah cantik nya itu lalu kembali bercermin. Setidaknya rasa kantuknya sudah berkurang walaupun hanya sedikit.

Dengan langkah gontai, ia kembali berjalan menuju kamarnya. Namun langkahnya berbelok saat tiba di depan ambang pintu kamar. Kakinya bergerak melangkah menuju pintu depan.

Ia mengintip di balik jendela. Disana ada security yang tengah duduk santai memainkan ponselnya. Namun tidak ada tanda-tanda mobil Jungkook akan datang.

"Lama sekali laki-laki itu."

Tiba-tiba sebuah cahaya memantul ke arah kaca sehingga membuat Eunha kembali mengintip di arah jendela.

Benar saja. Itu mobil Jungkook. Dari jauh terlihat sang security yang tengah membukakan pagar lebih lebar agar mobil Jungkook lebih leluasa masuk ke dalamnya.

"Dia sudah pulang. Apa aku menunggunya masuk dulu?" Mata bulatnya menatap Jungkook yang keluar dari mobil dan hendak pergi menuju depan pintu. "Aku rasa tidak. Dia tidak perlu disambut, bukan? Lagipula aku sudah mengantuk."

tbc

Young Mom ; Eunkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang