Chapter 5

1.5K 61 0
                                    

Vanda's POV

Alarm berbunyi dan sinar matahari menembus jendela kamar gue, memaksa gue untuk membuka mata.

"Woaaahemm...udah pagi aja, padahal pingin tidur lagi nih. Tapi apa boleh buat?" kata gue dan langsung beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

Tak lama, gue pun keluar dari kamar mandi dan segera memakai seragam gue. Dan mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Lalu, gue bercermin dan lengkap sudah persiapan gue untuk ke sekolah.

"Seragam udah, dasi udah, sabuk udah, kaos kaki udah, tas udah, rambut udah rapi, muka okee udah cantik, siip tinggal sarapan." ngecek semua kelengkapan sekolah gue.

Lalu gue turun buat sarapan sama keluarga gue.

"Hai semuaa!! Vanda udah siap buat berangkat sekolah!!" teriak gue yang menjadi pusat perhatian.

"Sarapan dulu sini, Van," kata papa.

"Iya pah, ini lagi mau sarapan." jelas gue ke papa.

"Gue ngerasa ada benda hilang nih disini," gerutu gue sambil menyelidik semua benda di ruang makan.

"Kenapa, Van? Kok kayak bingung gitu?" tanya mama.

"Hmm, kayak nya ada yang hilang ini ma, pa. Tapi apa ya? Ohh iya, bang Laskar!!" teriak gue membuat semua orang disitu kaget.

"Kenapa lo nyari gue, hah? Kangen lo?" ucap bang Laskar datar.

"Lah, ini lo, bang. Kemana aja lo? Tumben telat lo." kata gue sambil memakan roti coklat gue.

"Masih siap siap gue, Van." jawab bang Laskar sambil mengambil selembar roti dan mengoleskan selai coklat di rotinya.

Gue hanya mengangguk paham dan meneguk segelas susu coklat.

"Udah bang, cus lah. Keburu siang nanti. Mah, pah, Vanda berangkat sekolah dulu yaa," pamit gue sambil mencium punggung tangan kedua orang tua gue.

"Sabar napa, Van. Ini gue masih makan roti nih." kata bang Laskar masih mengunyah roti di mulutnya.

"Yaudah hati hati ya, Van." kata mama sambil mencium kening gue.

"Belajar yang rajin ya, Van." lanjut papa dan mengusap puncak kepala gue.

"Iya pah, mah. Ayok bang! Gue tunggu di depan ya," ucap gue semangat 45.

Tak lama bang Laskar pun menyusul dan dia sudah berada di atas motornya.

"Cepetan naik," suruh bang Laskar.

"Iye iye abang ku, sabar napa? Ini juga udah mau naik." kata gue dan segera naik ke motor bang Laskar.

"Bawel deh lo." kata bang Laskar datar.

Gue hanya bisa cemberut mendengarkan kata bang Laskar.

*****

Sampai di depan sekolah, gue langsung mencium punggung tangan bang Laskar.

"Gue masuk dulu bang," kata gue ke bang Laskar sambil ngelus puncak rambut gue.

Setelah itu, gue segera masuk ke sekolah dan berjalan menuju kekelas.

"Hai, Van." suara cowok terdengar di kuping gue.

"Ehh, elo ternyata. Ngagetin ya?" kata gue ke Revan sambil menjambak rambutnya.

"Sakit, Van." keluh Revan dan gue pun melepas jambakan dari rambutnya.

"Elo sih ngagetin. Kalau gue kenapa napa gimana?"dibalas senyuman manis oleh Revan, dan kita berdua juga sudah sampai di kelas.

"Hehehehe, sorry Van. Kalau lo kenapa napa yang gue bantuin."

Revanda (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang