Epilog (End)

2.1K 36 1
                                    

"Assalamualikum," ucap Revan sambil melangkah memasuki rumah pacarnya—Vanda.

"Waalaikumsalam," mama Vanda yang sedang menyiapkan sarapan lantas sedikit berlari menuju depan rumahnya untuk melihat siapa yang datang sepagi ini. Anaknya saja sepertinya belum bangun. Padahal ini sudah jam enam pagi.

"Pagi tante," sapa Revan dengan senyuman yang menghiasi wajahnya yang sedang terlihat bahagia.

"Loh? Revan? Masuk dulu yuk!" mama Vanda menyuruh Revan masuk ke dalam rumahnya dan mempersilahkan cowok yang sudah rapi memakai seragam sekolah itu untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Mau jemput Vanda nih?"

"Iyaa tan. Vanda belum bangun ya?" tanya Revan dengan sopan.

"Belum deh kayaknya. Soalnya tante belum ngecek ke kamarnya. Coba deh kamu aja yang cek ya? Tante mau buat sarapan dulu. Kamu udah sarapan?"

"Hehehe belum sih tante. Rencananya mau sarapan di kantin sekolah. Ehh... Vanda belum bangun." Revan menyengir malu.

"Yaudah, Revan ke kamar Vanda dulu mau ngecek Vandanya udah bangun apa belum." lanjut Revan.

"Iya sana. Nanti kalian telat lagi, kebiasaan emang Vanda itu bangunnya siang-siang." setelah obrolan singkat tadi, Revan menaiki tangga lalu menuju kamar Vanda. Saat sudah di depan pintu kamar Vanda, Revan memandang sebentar pintu itu lalu mengetuknya pelan.

*tok tok tok

"Van! Vanda!" tidak ada jawaban. Tetapi, Revan mendengar suara alarm. Tak lama, alarm itu mati seperti emang sengaja dimatikan. 'Mungkin Vanda udah bangun' pikir Revan.

Revan mengetuk kembali pintu kamar Vanda.

*tok tok tok

Tak lama terdengar kunci yang terbuka.

*cklek

"Loh? Revan? Kok elo udah disini?" tanya Vanda lemas karena baru bangun dari tidurnya.

"Sengaja," Revan tersenyum sekilas. Melihat Vanda dengan rambut berantakannya tetap membuat cewek itu terlihat cantik.

"Udah buruan mandi sana!" titah Revan membalikkan tubuh Vanda dan mendorong bahu Vanda dari belakang menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar cewek itu.

"Ck! Iya iya!" Vanda mengambil handuknya dan masuk kedalam kamar mandi. Sedangkan Revan keluar kamar meninggalkan Vanda dan menunggu di ruang tengah yang berada di lantai dua.

Dua puluh menit kemudian, Vanda keluar dari kamarnya dengan menggendong tas sekolahnya di bahunya.

"Ayo berangkat!" Vanda berjalan mendahului Revan dan turun menuruni tangga. Revan pun mengikutinya dari belakang.

"Berangkat bareng Revan?" sebuah suara membuat keduanya memberhentikan langkah. Baru satu tangga yang Vanda turuni, ia pun menghadap ke sumber suara.

"Iyaa bang,"

"Udah gede ya ternyata adik abang," ucap Laskar dengan senyuman hangat di wajahnya.

"Iyaa dong! Masa Vanda kecil-kecil terus?" ucap Vanda dengan nada yang diimutkan membuat Laskar tertawa sekilas. Laskar menghampiri Revan dan Vanda. Tangannya terulur untuk mengacak puncak kepala sang adik.

"Ihh abang! Berantakan ihh!" Vanda merapikan beberapa helaian rambutnya yang keluar akibat acakan Laskar tadi.

"Maap deh,"

"Jagain adik gue yaa, Rev. Gue yakin sama lo, kalau lo bakal buat adik gue bahagia," Laskar menepuk bahu Revan beberapa kali.

"Siaap bang!" ucap Revan tegas dengan raut wajah yang serius. Ia berjanji akan membahagiakan pacarnya itu.

Revanda (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang