Chapter 34

817 31 0
                                    

"Revan tunggu!!" Vanda berlari mengejar Revan yang sudah berada di koridor. Banyak siswa siswi yang berlalu lalang melihat kearah mereka berdua. Tapi Revan bersikap tidak peduli, begitu juga dengan Vanda. Bel pertanda jam pelajaran sudah selesai pun baru berbunyi beberapa menit yang lalu.

Revan pun menghentikan langkahnya saat seseorang meneriakkan namanya. Dan ia sudah tau siapa orang itu.

"Apalagi?" tanya Revan cuek tanpa melihat kearah Vanda. Sekarang Vanda sudah berada dihadapan Revan. "Lo harus jelasin semuanya ke gue sekarang! Jelasin alasan kenapa lo ngehindar dari gue!!" Vanda menatap manik mata Revan tajam.

"Harus ya gue ngejelasin?" tanya Revan santai dengan tak niat ia menatap Vanda didepannya.Revan menggeser badannya dan mulai berjalan menjauh dari Vanda. Tapi Vanda langsung mencekal pergelangan tangan Revan membuat empunya menghentikan langkahnya.

Revan kembali menghadap kearah Vanda dengan tatapan yang maksudnya 'Mau apa lagi sih?'

Dengan cepat, Vanda menarik pergelangan tangan Revan dengan sekuat tenaga. Revan yang ditarik pun menahan dirinya agar tidak mengikuti langkah Vanda. "Ikut gue bentar!" Akhirnya Revan mengikuti langkah Vanda yang menariknya entah kemana.

***

Sekarang mereka berdua sudah berada di bangku di pinggir lapangan dibawah pohon. Mungkin biar gak kepanasan kali ya. Ditambah dengan angin sepoi yang menyejukkan menyebabkan rambut Vanda berterbangan kesana kemari.

"Ngapain kesini?" tanya Revan saat mereka berdua sudah duduk di bangku pinggir lapangan sambil melihat lapangan yang sepi karena sudah banyak murid yang pulang.

"Jelasin sekarang semuanya ke gue!" perintah Vanda. Karena dia masih kesel jadi omongannya agak ngegas.

"Emang gak papa nih gue ngomong sama pacar orang?" tanya Revan lagi sambil menaikkan satu alisnya. Kalimat tersebut membuat Vanda menatap Revan bingung.

"Maksud lo?" tanya Vanda pelan.

"Iyaa. Lo udah ada yang punya kan?" tanya Revan.

"Punya apa?" tanya Vanda lagi. Pasalnya sekarang ia tambah bingung.

"Gausah sok gak tau deh, lo!" ucap Revan tidak santai.

"Please, deh! Sumpah gue ga ngerti!Maksud lo apa sih?!" tanya Vanda lagi dengan nada yang agak meninggi karena kesal dengan Revan yang menurutnya bertambah aneh. Ucapannya terlalu berbelit.

"Lo pacaran kan sama Nata?" tanya Revan sambil memutarkan badannya menghadap Vanda sepenuhnya.

"H—hah?!" tanya Vanda pelan dengan kedua mata yang sudah melotot sedikit dengan dahi yang berkerut.

"Gue pacaran sama Nata?! Gak mungkin lah!" Vanda melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Revan dengan pandangan yang menghadap ke arah depan.

"Bentar deh," Vanda melihat ke arah Revan dengan kerutan di dahinya.

"Kok lo bisa nanya gue pacaran sama Nata?"

"Gue kemarin liat l— eh gak papa sih cuma nanya doang," ucap Revan sedikit gugup dan diakhiri dengan muka datarnya. Hampir saja ia keceplosan mengatakan bahwa ia mengikuti Vanda dan Nata pergi.

"Hmmm?" Vanda mengerutkan dahinya bingung. Sedikit curiga dengan kelakuan Revan yang sedikit berbeda menurutnya.

"Iy—yaa gitu," Revan mencoba memastikan.

"Aneh banget sih. Gue kan belum ada cerita sama yang lain kalau kemarin gue habis ditembak sama Nata. Terutama sama lo," terang Vanda sambil menatap lapangan didepannya yang sepi.

Revanda (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang