Barang kali ini tak hanya jadi hari terbutuk untuk Kim Dana seorang—Kim Namjoon nampaknya merasakan hal serupa, meski bukan untuk sesuatu yang sama. Pria yang terpaut usia dua tahun dari sang adik itu rasanya begitu ingin merutuki diri sendiri, mencaci diri sendiri atasa segala kebodohan yang ia lakukan menyangkut sang adik.
Jika harus melakukan kilas balik atas segala yang telah ia lakukan untuk mati-matian membodohi sang adik demi kelangsungan perusahaan keluarga mereka, Namjoon jelas ingin sekali memaki diri sendiri, kalau bisa menenggelamkan diri saja kedalam kerak bumi—saking merasa bersalah pada Dana.
"Aku bingung harus menceritakan semua ini dari mana, Dan. Rasanya aku tidak punya hak untuk membongkar semua ini, ada orang yang lebih mengerti soal apa yang terjadi."
Dana mendecih. Wanita itu benar-benar muak terhadap semua orang yang terlibat dalam kebohongan busuk ini. rasanya kalau boleh, Dana ingin sekali menjambak rambut orang-orang yang terlibat dalam dusta ini sampai hatinya merasa lega, "kenapa kalian merasa tak punya hak untuk memberiku penjelasa? Lantas kau pikir kalian punya hak untuk melakukan semua kebohongan ini padaku? Apa begitu, kak?"
Namjoon lekas menggeleng, "bukan seperti itu, Dan. Aku hanya takut jika apa yang aku jelaskan nanti ternyata tidak seperti apa yang sebenarnya terjadi. Aku takut kita hanya salah menafsirkan segala peristiwa ini."
Dana mendesah berat. Wanita itu lantas menatap tajam ke arah Namjoon dengan mata terlukanya, "lantas siapa yang paling berhak menjelaskan semua ini padaku, kak? Kau tahu, aku benar-benar sudah lelah dilempar kesana kemari hanya untuk mendapat penjelasan atas semua ini."
Namjoon menundukan wajahnya sesaat. Jika boleh jujur, hatinya pun ikut terluka tak kala dirinya harus melihat dengan jelas bagaimana wanita yang ia sayangi nampak begitu terluka, dan semua luka yang tergambar dari kilat matanya itu ia yang ciptakan sendiri, "oke," Namjoon kembali menegakan kepalanya, "aku ceritakan segala yang aku ketahui. Tapi berjanjilah padaku, Dan—kau harus meminta penjelasan pada orang yang tepat, karena meskipun ini semua adalah sebuah kesalahan besar—tapi aku yakin, orang dibalik semua kejadian ini memiliki alasan yang tepat. Mau berjanji?"
"Ceritakan saja dulu padaku! Aku tidak ingin menjanjikan apapun padamu."
Namjoon memberi sebuah gelengan, menatap Dana dengan lamat agar adik kecilnya itu mau menyetujui syarat yang ia ajukan untuk sebuah penjelasan panjang nya.
Karena ditatap begitu intens, pun Dana sudah terlampau lelah dengan segala drama yang ia hadapi—berharap segera mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan rumit dalam benaknya, ia pun mengangguk—menyetujui satu sayarat yang diberikan sang kakak, "sekarang jelaskan padaku."
Hari itu Namjoon mendapat panggilan di ponselnya, menyebutkan nama Park Jimin dan rumah sakit Min Hospital. Seseorang di ponselnya mengatakan jika nomor ponsel Namjoon adalah nomor terakhir yang dihubungi Jimin sebelum pria itu dikatakan mengalami sebuah kecelakan hebat di jalanan sekitar Hongdae, dan bisa saja itu memang benar—jika Namjoon menjadi orang terakhir yang dihubungi Jimin, karena keduanya memang sempat bertukar cakap sekitar satu jam sebelum Namjoon mendapatkan panggilan tersebut.
Pria dengan stelan jas hitam itu turun dari mobil mewahnya. Melemparkan kunci kepada seorang petugas vallet untuk mengambil alih mobilnya. Sedangakan Namjoon bergegas masuk kedalam bangunan mewah dari Min Hospital.
Ia sempat bingung dan berakhir berdiri mematung ditengah lobi rumah sakit dengan wajah penuh kecemasan—sampai pada saat seorang wanita berseragam serba hijau menghampirinya, "permisi tuan, anda terlihat kebingungan. Apa anda mencari seseorang?" tanya si wanita yang diyakini Namjoon sebagai perawat ataupun pegawai dirumah sakit tersebut.
"Ya, saya mencari korban kecelakan bernama Park Jimin. Tadi, seseorang dari rumah sakit ini menghubungi saya dan mengatakan bahwa ia mengalami kecelakan." Jelas Namjoon dengan raut berbaur kekhawatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way to in Love ✔
Romance🔞🔞🔞 Kim Dana jelas punya mimpi akan kehidupan pernikahan idelanya. menghabiskan sisa hidup dengan pria yang dicintai adalah sesuatu yang ia inginkan. Namun, gadis itu punya takdir sial yang mengharuskan nya menikah dan menghabiskan waktu hidupnya...