Sudah berulang kali aku mencoba menepis segala kegelisahan yang sedari tadi terus menginfansi pikiran malamku. Mencoba untuk terus berpikir positif dengan mensugestikan diri bahwa semuanya baik-baik saja dan akan terus baik-baik saja. Ya, semuanya memang baik-baik saja, disini hanya aku yang tengah dirundung gelisah yang sebenarnya bukan tanpa alasan.
Siang tadi aku berpikir bahwa semuanya baik-baik saja. Semuanya berjalan seperti apa yang kubayangkan. Dana yang melakukan perjalanan bersama Seokjin dalam rangka mengurus pekerjaan, lalu pulang dalam keadaan yang menurutku nampak normal. Masih memberi balasan saat aku memeluk erat tubuh mungilnya. Bahkan masih lugas menyampaikan permintaan maaf dikala aku menghujaninya dengan ocehan penuh kekhawatiran tentang keadaan nya. Kemudian segalanya masih berlanjut normal ketika Dana masih mejalankan tanggungjawabnya untuk urusan perutku. Membuat masakan sederhana untuk menjadi santap malam kami, bertukar konversasi ringan yang sesekali mengundang tawanya yang nampak sedikit tak lepas—namun masih secerah biasanya.
Hingga pada akhirnya ketenangan dan situasi normal itu mulai luruh saat kami berada diatas tempat tidur. Berniat untuk mengakhiri hari dengan kembali bertukar perbincangan ringan sebelum terlelap, aku justru berakhir dengan sebuah kecemasan dan kegelisahan tentang pertanyaan dan ucapan terakhir Dana sebelum ia memejam dan jatuh tertidur.
“Yoon, apa kau benar-benar mencintaiku?”
Yoongi yang sedikitnya terkejut dengan pertanyaan Dana yang tiba-tiba itu menoleh pada gadis yang tengah terbaring di sisinya, “kenapa bertanya seperti itu?”
“Jawab saja. Apa dihatimu, aku benar-benar punya tempat yang istimewa?”
“Kau masih meragukan perasaanku?”
Dana menggeleng, “aku yang meragukan perasaanku sendiri.”
“Kan sudah pernah kubilang, kau hanya perlu lakukan tugasmu untuk belajar mencintaiku. Tak perlu terburu-buru, kita punya banyak waktu untuk sama-sama belajar saling mencintai.”
“Tapi bagaimana jika aku tidak bisa bersamamu sampai akhir?”
Yoongi mengerutkan keningnya. Pria yang semula sudah berada diujung kantuk itu akhirnya bergerak untuk tertidur miring sambil menatap sang istri, “maksudmu?”
Dana tak lantas menjawab. Terdiam untuk beberapa saat sambil terus menatap presensi tampan dihadapan nya, “beberapa waktu ini aku merasa perasaanku padamu mulai berubah. Rasanya seperti kau sudah menjadi bagian dari diriku. Aku sering merindukanmu, semakin membutuhkanmu, banyak memikirkanmu. Rasanya seperti duniaku telah terisi penuh dengan kehadiranmu,” Dana menghela sejenak, “dan semua itu dengan sederhana kudeskripsikan sebagai cinta.” Mengulur tangan nya—Dana menyentuh sisi wajah Yoongi, “apa menurutmu aku keliru?”
“Kenapa bertanya padaku? Kau adalah orang yang paling tahu, apakah perasaan yang kau rasakan itu adalah cinta, karena setiap orang punya devinisinya sendiri soal cinta, Dan.”
“Tapi kalau apa yang aku rasakan padamu adalah cinta, aku takut, Yoon.”
“Takut?”
Dana mengangguk lemah bersama satu kerjapan lamat pada dua kelopaknya. Sampai saat maniknya kembali nampak dan kembali menatap dalam pada manik Yoongi, “bagaiaman jika perasaanku ini tiba-tiba saja berubah? Bagaimana jika pada akhirnya aku memilih untuk pergi dan meninggalkanmu, Yoon?”
Yoongi mengerjap sambil menggeleng cepat. Menepis semua kemelut pikiran nya, lantas memilih untuk kembali berbaring. Menatap prensensi cantik disisinya yang kini tengah dibawa mimpi dalam lelapnya.
Pria itu memberi satu usapan lembut pada kening sang istri. Berlanjut dengan menelusuri setiap sisi wajahnya dengan teramat lembut. Usapan-usapan penuh ketenangan sesekali ia berikan saat melihat kening Dana tiba-tiba mengkerut—terbawa mimpi yang munkin kurang menyenangkan dialam bawah sadarnya. Dan saat jemari pria itu kembali pada sisi kiri pipi mulus sang istri, Yoongi mengusapnya lebih lama. Merasakan bagaimana kulit lembut sang istri seolah membelai jari-jarinya bak disayup lembaran halus sutra, “kalau begitu jangan berubah, Dan. Jangan pergi dan jangan tinggalkan aku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way to in Love ✔
Romance🔞🔞🔞 Kim Dana jelas punya mimpi akan kehidupan pernikahan idelanya. menghabiskan sisa hidup dengan pria yang dicintai adalah sesuatu yang ia inginkan. Namun, gadis itu punya takdir sial yang mengharuskan nya menikah dan menghabiskan waktu hidupnya...