Jimin PoV
Setelah merenung untuk waktu yang lama, kurasa menghindar bukanlah pilihan tepat yang pantas kulakukan. Ia sudah berjalan jauh hingga akhirnya mampu menemukan persembunyianku, maka setidaknya aku tak boleh mundur untuk kembali lari dan menghindar atas segala tanggungjawabku.
Maka, sore ini kuberanikan diri untuk menggiring roda kursiku, menemui suster Kim, memintanya mengantarkanku ke taman belakang rumah sakit--menemui gadis yang dengan segala keberanian nya telah menemukan tempat persembunyian yang kupikir menjadi tempat teraman yang tak mungkin ia temukan.
"Jungkook ada di kursi panjang bersama seorang wanita. Mau kuantar kesana?" tanya suster Kim saat ia menemukan sosok Jungkook yang sejak tadi kujadikan objek pencarian.
Aku menggeleng dengan segaris senyum tipis yang kuberikan pada suster Kim, "tidak usah suster Kim, aku bisa melakukan nya sendiri dari sini," kataku, sambil menggiring kedua tangan untuk menyentuh roda pada kursi rodaku, "terimakasih atas bantuanmu, suster Kim."
"Baiklah Jimin-ssi, kalau begitu aku akan kembali bekerja, ya." Kudengar suster Kim berucap, bersama sebuah usapan lembut pada bahuku-sampai saat keadaan disekitarku terdengar tenang-yang kurasa suster Kim telah meninggalkanku untuk kembali pada pekerjaan nya.
Perlahan aku mendorong roda kursiku. Mengikuti jalan lurus yang sudah begitu kuhapal meski tampa melihat keadaan sekelilingku. ya, aku hanya perlu mendorong kursi rodaku beberapa kali untuk tiba ditempat yang dimaksud suster Kim tadi. Dan saat kurasa hanya tinggal menyisakan jarak sepersekian untuk berada dikursi panjang tempat Jungkook berada, aku bisa mendengar percakapan kecil yang membuatku tanpa sadar mengulum senyum. Bukan sebuah percakapan penting, hanya saja membuatku merasa hangat saat mendengar suara dua orang yang begitu kukenal menjadikanku sebagai objek pembicaraan mereka.
"Hm, aku mengerti," kudengar suara gadis itu terdengar lesu, "ngomong-ngomong sedang apa Jimin sekarang?" kembali suara itu mengawang menuju telingaku. Membuatku spontan memutar roda kursiku untuk mendekat kearah suara itu berasal.
Dengan senyum yang seolah tak mau hilang dari belah bibirku, akhirnya kuberanikan diri untuk turut membuka suara ditengah percakapan keduanya, memotong ucapan Jungkook yang hendak menerawang soal aktivitasku, "sedang mendengar dua orang yang paling kusayangi berbagi cerita." Ucapku sambil mendorong maju kursi rodaku-berhenti tepat saat kurasakan ujung siku kakiku menyentuh sesuatu yang kuyakini adalah bagian belakang kursi panjang yang tengah diduduki oleh Jungkook dan Dana.
"Jimin hyung?"
"Jim?"
Kudengar keduanya berseru dengan nada terkejut. Kalau bisa kulihat, mungkin wajah mereka saat ini tengah menganga dengan mata membulat ketika mendapati kehadiranku dengan senyum penuh dihadapan mereka, "kenapa? Aku tidak boleh bergabung dengan kalian?" tanyaku seolah merajuk, "yasudah," hendak membalikan kursi rodaku untuk memberi sedikit keisengan untuk keduanya-namun segera urung saat kurasa seseorang tengah menahan lenganku dengan genggaman lembutnya.
"Jangan pergi." Katanya berucap-yang kuyakini adalah suara dari Kim Dana yang sepertinya tengah berada dihadapanku, menghalangi jalanku untuk pergi.
"Tapi sepertinya aku mengganggu obrolan seru kalian."
"Siapa bilang? Obrolanku dengan Jungkook sama sekali tidak seru. Jadi bergabung saja dengan kami, atau bagaimana kalau kita berdua saja? Jungkook pergi saja, ya?"
Aku tersenyum saat mendengar Dana berucap demikian. Belum lagi suara decakan Jungkook yang mungkin saja sedang merasa dibuang dan dicampakan, "ya ya ya, bicaralah kalian berdua! Biarkan Jeon Jungkook ini terbebas dari dua manusia menyebalkan yang selalu saja menyita waktuku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way to in Love ✔
Romance🔞🔞🔞 Kim Dana jelas punya mimpi akan kehidupan pernikahan idelanya. menghabiskan sisa hidup dengan pria yang dicintai adalah sesuatu yang ia inginkan. Namun, gadis itu punya takdir sial yang mengharuskan nya menikah dan menghabiskan waktu hidupnya...