Yang kupahami saat ini; perihal keadaan yang seolah tengah membalaskan dendamnya pada kegegabahanku. membalikan keadaan hingga kini aku yang merasa seperti menjadi si tokoh antagonis dalam cerita. Iya, aku tahu jika kekacauan ini menjadi semakin kacau karena ke egoisanku.
Pemikiran jika diriku adalah si pihak yang paling tersakiti, rupanya telah membuat egoku menjadi-jadi. Bersikukuh pada apa yang menurutka benar. Tutup telinga ketika ia hendak berbagi penjelasan. Memejam mata saat ia mencoba memberi penjelasan lewat mimik—padaku yang enggan untuk mendengarkan nya. Bahkan kututup rapat hatiku saat dengan segala lirih yang penuh dengan ketulusan ia berucap "ampuni aku, Dan." Namun aku malah menghempas kesungguhan nya. Memilih melangkah pergi bahkan membubuhkan kalimat kejam jika dirinya bukanlah takdir baik untuk ku.
Aku mungkin terlalu mencoba melampaui Tuhan. Aku yang takabur pada ketetapan Nya dengan membenarkan apa yang menurutku benar, padahal Tuhan bilang jika masih ada episode lain yang kusiapkan untukmu. Aku agaknya terlalu angkuh, berlagak bak si falsafah mahir yang begitu mengerti soal takdir. Padahal aku saja masih belajar dari ibu, bahkan lebih mirisnya ketika takdirku saja dikendalikan oleh Tuhan. Mungkin agaknya Tuhan mulai jengah melihat keangkuhanku. Ia mungkin sedang menegurku untuk sesekali menyempatkan diri mengampu doa padanya, atau mungkin mengharap sedikit pengampuna untuk segala kekeliruanku.
Dan malam itu, aku menguatkan diri. Langkahku yang terseok tak membuatku urung untuk lekas mempertemukan diri ini dengan seseorang yang begitu kurindukan. Disepanjang koridor ini aku tak henti merapal harap, memanjatkan doa agar seseorang yang ingin kutemui masih dan akan selalu dalam keadaan baik-baik saja. Tak perduli meski petang tadi kak Namjoon memberikan sebuah kabar yang membuatku nyaris kehilangan napas saat mendengarnya. Tapi aku yakin, Tuhan pasti masih akan berbaik hati padaku. Aku masih harus mendengar suara lembutnya menyapa namaku. Aku juga masih harus melihat mata teduh itu memandangku dengan segaris senyum paling menawan yang pernah kutemui. Dan yang terpenting adalah; aku masih berhutang maaf padanya –juga pernyataan cinta yang belum pernah sekalipun ku utarakan padanya.
Bersama dengan napas yang terengah, juga tungkaiku yang terasa mulai melemah karena terlalu lama berjalan, pun yang terutama adalah ketika mataku mulai mendapati dua orang sosok familiar yang tengah berdiri risau didepan sebuah ruangan bertuliskan ruang operasi.
Lewat mataku yang mulai berembun, aku masih bisa menangkap gelagat risau dari sosok kak Namjoon, juga Seokjin sunbae yang nampak mencoba memberi kekuatan juga ketenangan pada kakak ku. Dan selang beberapa detik saja, aku juga bisa melihat kedatangan ayah dan ibu mertuaku dari arah lain rumah sakit.
Kudapati dua orang paruh baya itu bergerak risau. Bahkan ibu mertuaku sudah nampak berurai air mata dalam dekapan ayah mertuaku yang tak henti menepuk lebut punggu wanita kesayangan Min Yoongi itu. Membuatku semakin sesak saat harus membayangkan situasai apa yang sebenarnya berada ditengah mereka. Ditengah raut cemas juga ketegangan yang bahkan dapat kurasakan dari jarak sejauh ini.
Aku berjalan perlahan menuju tempa orang-orang yang kukenali itu berkumpu. Menarik napas panjang sebelum mulutku terbuka dan memanggil nama kak Namjoon—yang sontak saja mengalihkan perhatian semua orang yang berada disana.
Kak Namjoon yang lantas mendekat padaku, menangkup wajahku dengan kedua tangan besarnya sambil dengan lekat memperhatikan penampakanku yang mungkin terlihat sangat kacau. Tanpa kata, ia pun membawa tubuhku kedalam dekapan nya. Memberi pelukan erat sambil sesekali dapat kurasakan ia mengecup puncak kepalaku dengan hangat. Sedangkan kedua telapaknya memberi usapan teramat lembut pada punggungku—yang justru membuat hatiku semakin merasa gelisah juga takut disaat yang bersamaan.
"Dana."
Aku melonggarkan pelukan kak Namjoon saat mendengar suara lirih seorang wanita memanggil namaku. Mendongakan wajah, aku mendapati nyonya Min—ibu mertuaku tengah menatpku dengan mata sayu yang dibanjiri oleh air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way to in Love ✔
Romance🔞🔞🔞 Kim Dana jelas punya mimpi akan kehidupan pernikahan idelanya. menghabiskan sisa hidup dengan pria yang dicintai adalah sesuatu yang ia inginkan. Namun, gadis itu punya takdir sial yang mengharuskan nya menikah dan menghabiskan waktu hidupnya...