Decision

3.5K 397 6
                                    

Barang kali jika harus kuibaratkan seorang Park Jimin dalam kehidupanku---ia adalah sebuah sejarah indah yang pernah ku ukir dalam kehidupan. Masa lalu kekal yang punya tempat tersendiri dalam ingatanku. Ia yang terkadang sejenak terlupakan---termakan kesibukan, namun selalu punya cara untuk kembali mendominasi dalam siklus memoriku.

Mungkin banyak orang yang dengan mudah melupakan masa lalunya, pun sebaliknya---ada orang yang hidupnya terikat dan terbelit dalam sebuah ingatan masa lalu yang membuat jalan panjang yang dilaluinya senantiasa berputar pada ingatan lampau. Terjebak dalam ke-engganan untuk memulai kehidupan baru dalam langkah maju bersama masa depan nya.

Dan mungkin aku akan menempatkan diriku sebagai si opsi kedua dalam pilihan perihal melupakan. Karena sejatinya ingatanku soal Park Jimin terasa kekal. Pria itu jelas bukanlah seseorang yang mudah kutinggalkan kenangan nya bersama raga yang kini tak mungkin lagi mengisi pengelihatanku. Pria itu terlalu banyak mengisi ruang kehidupanku dengan kehadiran nya. Memberiku banyak sekali pelajaran hidup, menjadi tempatku bergantung akan banyak hal, menyandarkan diri ketika dirundung sulit, pun menjadi tempat terbaik untuk menceritakan segala keluh kesah---hingga nantinya ia yang akan membagi pendapatnya tanpa memihak, tanpa menghakimi. Ia yang dalam kurun waktu tiga tahun mengajarkanku bagaimana berjuang tanpa harus menyakiti. Dan sosok yang membuatku mengerti bagaimana rasanya mencintai dan di cintai dalam cara yang tulus. Hingga sampai pada akhirnya---ia yang pula mengajrkanku bagaimana menyiksanya hidup dalam keterpurukan karena kehilangan sosoknya, namun ia pula yang membuatku belajar tenang bagaimana artinya merelakan.

Park Jimin benar-benar telah merubah banyak hal dalam hidupku, menjadikan seorang Kim Dana sosok yang jauh lebih baik. Maka atas segala kenangan indah dan perjuangan nya mengubah hidupku lebih baik---aku kemudian berakhir pada sebuah kesimpulan; bahwa nyatanya seorang Park Jimin adalah sosok yang tak akan pernah mungkin terlupakan. Ya, kehadiran nya dalam tiga tahun hidupku telah membuatnya memiliki tempat tersendiri dalam ingatanku. Dan untuk itu telah kutetapkan bahwa ingatan tentangnya akan selalu kusimpan apik disudut ruang memoriku. Sesekali akan kembali kuputar untuk kembali mengingat betapa banyak kenangan indah yang telah ia ciptakan untuk ku.

Namun, meski ia adalah seseorang yang tak akan pernah kulupakan, aku sepenuhnya telah merelakan. Mengikhlaskan segala suratan hidup yang telah Tuhan gariskan, karena sejatinya kehidupan ini hanyalah sebuah panggung yang telah Tuhan tentukan dramanya. Maka aku hanya bisa mengikuti, kemudian merelakan kepergian pria yang begitu kucintai.

Dan bersama takdir Tuhan tentang Jimin---ada satu takdir lain yang kuyakini telah Tuhan rancang untuk kehidupanku. Aku percaya bahwa kehadiran seorang Min Yoongi adalah sebuah garis takdir yang telah Tuhan tetapkan dalam catatan mutlaknya. Tuhan barangkali berniat memberikan kebahagian lain untuk ku melalui pria yang dihadirkan Nya sebagai seorang suami. Ya, untuk ku, Min Yoongi adalah sebuah takdir lain yang harus bisa kuterima. Untuk itu, belajar menerima kehadiran nya adalah sesuatu yang harus kulakukan. Berusaha menjadi sosok istri terbaik untuknya, hingga mungkin pada waktunya nanti aku bisa memberikan rasa cinta yang pasti, tanpa ada lagi kebimbangan pada sosok yang kini telah Tuhan gariskan sebagai pasangan hidupku---Min Yoongi.

"Wah lihat, rupanya pengantin baru sudah mulai kembali ke kantor," aku mendongak. Lamunanku hancur tak kala suara berat seorang pria dengan sangat telah memekakan telingaku. Mendapati Kim Taehyung menyembulkan kepalanya dari balik pintu, "memikirkan suamimu, nyonya Min?" pria itu tersenyum kotak seraya membawa tubuh tegapnya berjalan kearahku.

Aku mendecih singkat. Kembali menjatuhkan kepala pada permukaan meja kaca---kemudian disusul Taehyung yang memposisikan dirinya sama denganku. Bertukar tatap dengan segaris senyum tipisnya, "kau kenapa? Sesuatu mengganggu pikiranmu?" tanya Taehyung, "apa soal suamimu?"

Aku mendesah berat. Memejamkan mata sejenak untuk kemudian kembali menatap presensi tampan dihadapanku, "ternyata dia terlalu baik untuk ku, Tae. Lebih baik dari dugaanku."

The Way to in Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang