"Astaga! Kau harus liat apa yang terjadi di luar!" serunya. Ia meraih tangan Kalani.
Kalani malas berdiri. Biasanya kalau terjadi kehebohan semacam itu berarti Langit muncul di stasiun, padahal kini hampir setahun Langit menjadi atasannya dan semua orang masih belum terbiasa. Kalani sendiri tidak menyalahkan mereka mengingat ia dulu juga pernah memandangi wajah Langit tanpa berkedip.
"Kalani, ini beda dari biasanya! Kau harus liat!"
Dinda terus memaksanya untuk bangkit. Akhirnya Kalani berdiri dan membuka pintu. Di depannya langsung muncul wajah Jimi yang tersenyum sumringah dan di sampingnya ada Langit yang tak kalah sumringah. Pantas saja Dinda sangat ribut, dia bahkan merasa ingin pingsan setiap kali melihat wajah Jimi di artikel atau berita yang memuat tentang keluarga Xavier.
"Ck," tanpa sadar Kalani berdecak.
Jimi mendekat dan berbisik pelan, "Apa kau berdecak di depan sepupunya bosmu? Tidak sopan."
Kalani langsung menggigit bibirnya. Ia mundur untuk mempersilahkan mereka berdua masuk. Sementara Dinda sudah benar-benar hampir pingsan melihat keduanya di dalam ruangan siaran.
"Ada apa?" tanya Kalani berusaha senetral mungkin.
"Jimi diminta eyang untuk memonitor beberapa anak cabang perusahaan yang baru. Jadi aku memutuskan mengajaknya menonton siaranmu berhubung siaranmu cukup terkenal."
Kalani berusaha menahan diri karena di sampingnya ada Dinda yang juga menahan diri. Bedanya ia menahan diri untuk tidak mengusir keduanya dari ruangan. Beberapa saat setelah Bimo datang, siaran dimulai.
"Di satu drama berkata, 'tersenyumlah selagi bisa'
Di satu drama lain, 'jangan tertawa bila tidak lucu'
Bagi sebagian orang, gunung adalah tempat persinggahan terakhir
Bagi yang lain, laut menjadi tempat terbaik untuk mengalunkan kisah
Beberapa orang mencintai, semburat jingga matahari yang dimakan malam
Beberapa orang lagi menyukai, warna jingga yang mengintip di kesubuhan
Dunia bisa seacak itu, tapi Tuhan telah menyatukannya
Kita tidak sempurna, tapi aku dan kamu
Bisa menjadi kita yang saling melengkapi
Dan memotret kenangan yang indah.
Sampai jumpa di Sajak dari Langit besok hari."
Kalani melepaskan headset yang ia kenakan. Ia bersyukur siaran telah berlalu. Sepanjang ia siaran, Jimi tak henti menatapnya. Ia sampai takut Dinda dan Bimo menyadarinya. Untungnya Bimo sangat fokus dengan pesan-pesan dari penggemar, sedangkan Dinda lebih fokus lagi menatap Jimi.
"Jimi, kau sudah puas?"
Jimi mengangukkan kepalanya. Langit merangkul bahunya. Ia lalu berkata pada Kalani, "Kalani, Arya sedang kuminta mengurus sesuatu di luar. Dia bilang maaf tidak membaca pesanmu, kau boleh izin setelah siaran."
Dasar pembohong, batin Kalani. Ia pastinya akan mengomel begitu tiba di mobil. Langit pasti melakukannya juga karena ingin mengakhiri kecemburuan Jimi tadi malam.
"Kau mau kemana?" tanya Dinda.
Kalani memegangi telinganya, berpikir keras mencari alasan. "Aku akan pergi bersama dengan temanku."
"Teman?"
Kalani tidak banyak memiliki teman dan sepertinya hampir semua teman Kalani sudah ia kenalkan pada Dinda. Kecuali fakta bahwa Kalani memiliki hubungan erat dengan keluarga Xavier.

YOU ARE READING
XAVIERS - BTS Fanfiction
RomanceCast Jimi Xavier - Jimin BTS Binar Xavier - SUGA BTS Rayi Xavier - RM BTS Zeno Xavier - Jungkook BTS Dean Xavier - J-Hope BTS Erlangga Xavier - Jin BTS Langit Xavier - V BTS Xavier Universe, dimana 7 orang rupawan hidup dan dalam pencarian menemuka...