Tak menunggu lama Kalani dapat merasakan pipinya yang menghangat. Dia hanya pernah mengatakannya pada Jimi. Dengan malu-malu ia mengangguk.
Dia lalu mengangguk-ngangguk seperti mengerti akan sesuatu. "Lalu, apa kau tahu Jimi sangat tergila-gila padamu?"
"Tidak mungkin."
"Kalau kau tak percaya, coba tanyakan pada Erlangga," katanya sambil menunjukkan dagunya.
Kalani berbalik dan melihat Erlangga Xavier yang berdiri di depan pintu. Ia juga baru selesai dengan klub fotografi-nya, terlihat dari kamera yang menggantung di lehernya. Dia terlihat heran karena namanya disebut.
"Jimi menyukainya, bukan?"
Erlangga tertawa kecil. "Aku tidak akan menjawab pertanyaan itu, lebih baik kau tanyakan langsung pada orangnya. Hanya saja aku perlu memberikan sedikit bocoran, Jimi membicarakanmu 24 jam x 7 hari. Bukan kah itu berarti ia selalu membicarakan tentangmu?"
20 Juli 2010
Lemparan batu di jendela kamarnya membuat Kalani terkejut. Ia sedang menulis sajak puisi yang sejak tadi gagal. Segera ia melihat siapa yang melakukannya. Di kegelapan malam, di bawah lampu jalan remang, Jimi berdiri dengan jaket bertudung hitam. Kalani segera keluar dari kamarnya dengan diam-diam. Hari sudah sangat larut dan ia tidak ingin membangunkan orang rumah.
Kalani segera memeluknya erat. "Kau darimana saja, kenapa tidak menjawab pesanku?"
Jimi tersenyum kecil. Dia menyerahkan buket bunga yang ia bawa. "Selamat ulang tahun," bisiknya. "Maaf mengabaikanmu."
"Aku senang kau datang," ucap Kalani tiba-tiba menjadi canggung.
"Hmm, soal pesanmu – " Jimi membasahi bibirnya. Ia tampak gugup.
Kalani terus mengiriminya pesan sejak bulan lalu. Sehari mungkin lebih dari 10 pesan. Jimi mengabaikannya karena ia merasa tidak dalam kondisi baik untuk bertemu Kalani. Ia tidak dapat membohongi perasaannya. Ia begitu sakit hati saat Kalani menghabiskan waktu bersama Langit di hari ulang tahunnya, meskipun itu terjadi karena dirinya. Saat ia harus kembali ke sekolah dan bertemu dengan Kalani, ia terus mengingat malam itu. Karenanya dia ingin menjauhkan diri sebisanya. Hanya saja tiba-tiba Kalani mengiriminya pesan yang membuat jantungnya akan meledak. Isi pesan yang ditulis dengan hurup besar tersebut berisi: JIMI, AKU SUDAH TAHU. AKU TAHU! KENAPA KAU TIDAK MENGATAKANNYA SENDIRI PADAKU?
"Aku tahu aku seperti seorang pengecut. Alasan kenapa aku tidak memberi tahu perasaanku, karena aku tahu kau sangat menyukai Langit. Aku juga berjanji untuk membantumu, tapi akhir-akhir ini aku menyadari aku sangat menyukaimu Aku selalu mendengar siaran radio sekolah untuk mendengar suaramu. Aku membaca puisi-puisi yang kau tulis untuk mading sekolah. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Zeno berkata itulah ciri-ciri saat aku menyukai seseorang. Saat aku sadar, aku tidak tahan melihatmu dengan Langit. Hanya saja mengatakan hal ini padamu secara langsung bagiku lebih sulit lagi, karena aku sudah tahu jawabanmu pada perasaanku."
"Jim, kau tahu?"
"Apa?"
"Aku juga menyukaimu."
Jimi terdiam sesaat. "Jangan bohong, jangan mengatakannya karena kau kasihan padaku atau karena kau merasa aku sudah terlalu baik padamu."
"Aku tidak bohong. Aku memang kasihan padamu, kasihan karena kau sampai harus terluka seperti ini. Kau juga memang terlalu baik padaku, tapi bukan karena itu aku menyukaimu."
Jimi terlihat tersenyum kecil. "Kau tahu?"
"Apa?"
"Aku mulai percaya denganmu. Jantungku berdetak sangat keras sekarang."

YOU ARE READING
XAVIERS - BTS Fanfiction
Roman d'amourCast Jimi Xavier - Jimin BTS Binar Xavier - SUGA BTS Rayi Xavier - RM BTS Zeno Xavier - Jungkook BTS Dean Xavier - J-Hope BTS Erlangga Xavier - Jin BTS Langit Xavier - V BTS Xavier Universe, dimana 7 orang rupawan hidup dan dalam pencarian menemuka...