SAJAK DARI LANGIT - PART 26

271 48 2
                                    

"Kau masih cemburu dengannya?"

Kalani diam yang berarti iya. "Aku akan pergi denganmu, sayang. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

Kalani tetap diam. "Baiklah, aku tidak ingin bertengkar lagi denganmu. Kalau begitu kau juga tidak perlu temui dia. Kalani, aku mengatakannya untuk kebaikanmu."

Jimi telah menyelidiki beberapa hal tentang Queisha dan ayahnya. Mereka bukan berasal dari keluarga yang baik. Sekarang bahkan perusahaannya sedang mempertimbangkan kembali mengenai kejersama yang sedang terjalin. Perusahaan ayahnya terlibat suatu konflik panas yang bersangkutan dengan politik dan ada kecendrungan penggelapan uang negara. Xavier Group perusahaan yang jauh dari dunia politik dan suatu bentuk penggelapan bukan lah hal yang bisa ditolerir.

Lebih lagi Queisha terlibat beberapa kasus di luar negeri. Termasuk penggunaan obat terlarang. Dia juga pernah menginap di salah satu penjara di Amerika karena menabrak seseorang saat mengumudi dalam kondisi mabuk. Jimi tidak akan membiarkan Kalani berhadapan dengan orang berbahaya seperti itu.

"Jim, kau tidak sedang merahasiakan sesuatu lagi dariku, bukan?" nada suara Kalani terdengar kembali berubah seperti saat dia menuduh Jimi selingkuh.

Jimi gelagapan mendengar nada suara Kalani. "Astaga, tidak. kau harus percaya padaku. Pokoknya jangan temui Queisha. Aku akan menjelaskannya padamu nanti saat bertemu."

"Kau dengar aku, bukan?" tanya Jimi saat Kalani tidak menjawab. "Kau tidak boleh menemuinya, bukan karena aku merahasiakan sesuatu padamu. Dia bukan orang baik untuk kau temui. Kau percaya padaku, kan?"

"Baiklah, Jim."

***

Temui aku di rumahku malam ini. Queisha akhirnya membalas pesannya ketika ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Kalani menimbang-nimbang untuk mengatakannya pada Jimi, tapi ia mengingat pesan Jimi tadi pagi. Kemungkinan Jimi akan keberatan membiarkannya pergi, sedangkan Kalani merasa benar-benar harus menemui Queisha. Ia tidak ingin suatu saat permasalahan seperti ini akan mengganggu hubungannya kembali dengan Jimi.

"Dinda, kau sibuk malam ini?"

Dinda menganggukkan kepalanya. "Hari ini ulang tahun mama, papa membuat kejutan untuknya. Ada apa?"

"Tidak, aku hanya bertanya."

Dinda melirik jam tangannya. "Astaga! Sekarang jam 6?" Ia segera membereskan barangnya. "Maaf, Kalani. Aku pulang duluan, aku harus mengambil kue. Papa akan mengomel bila kuenya terlambat."

"Oke, sampaikan salamku untuk keluargamu."

Kalani menggigit bibirnya. Dinda harapan satu-satunya orang yang bisa ia mintai tolong untuk menemaninya. Mau tidak mau ia harus pergi sendirian. Rumah Queisha terletak di Jalan Senopati di daerah Jakarta Selatan, kurang lebih 30 menit dari rumah Jimi yang berada di daerah Bintaro. Ia bisa menemui Jimi dan bicara padanya setelah bertemu Queisha. Begitu lah akhirnya Kalani mengambil keputusan. Ia segera membereskan barang-barangnya dan menuju parkiran kantor.

Rumah Queisha berada di lingkungan elite. Memiliki 2 lantai dan halaman yang sangat luas. Kalani turun dari mobil untuk menekan bel yang ada di gerbang. Tetapi, tiba-tiba seseorang menghalangi jalannya. Seorang laki-laki bertubuh besar. Ia mengenakan setelan jas resmi.

"Maaf, Nona Kalani. Rumah ini salah satu daerah larangan untuk Anda."

Kalani terkejut. Tak salah lagi, pria di depannya adalah bodyguard yang selama ini disewa Jimi diam-diam. Ia terkadang sadar melihatnya tapi berusaha mengabaikannya. Kadang Kalani juga merasa tak melihatnya sama sekali seakan dia benar-benar tidak ada, seperti saat ini dia baru menyadari telah diikuti.

"Aku harus bertemu dengan temanku di dalam."

Ponsel Kalani yang ada di kantong celananya berbunyi. Ia segera menerimanya. "Ya, Queisha?"

"Aku melihatmu bersama seorang bodyguard? Apa kau menganggapku benar-benar jahat sampai perlu membawa pengawal?" katanya.

Kalani menarik napas dalam. Berusaha bersabar. "Aku akan masuk sendiri. Biarkan ia menunggu di luar."

"Baiklah, gerbang akan dibuka sebentar lagi."

Setelah Kalani menutup ponselnya, ia menatap pria di depannya. "Siapa namamu?"

"Danis."

"Baiklah, Danis. Aku akan masuk sebentar saja. Jadi tunggu lah di sini," ucap Kalani. Ia segera buru-buru ingin masuk ke dalam mobilnya ketika pintu gerbang terbuka.

Danis menghalangi Kalani menutup pintu. "Tapi, Anda dilarang masuk ke dalam rumah tersebut oleh Tuan Jimi."

Kalani menatap Danis dengan marah. "Kau berani menentangku? Bukan kah Jimi membayarmu untuk menjagaku dari jauh? Jadi tunggu lah di sini."

Danis akhirnya mengalah. Ia membiarkan Kalani masuk ke dalam rumah. Gerbang segera tertutup kembali setelah mobil Kalani masuk.

Bagian dalam dibalik gerbang, banyak sekali mobil terparkir di halaman. Sepertinya sedang ada acara di rumah tersebut. Kalani melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan enggan setelah dipersilahkan seorang pelayan rumah. Benar saja, ada banyak sekali orang sedang berkumpul. Mereka mengenakan gaun pesta dan jas. Berbanding terbalik dengan Kalani yang mengenakan pakaian kantornya, sebuah kemeja berwarna putih dan rok sependek lutut berwarna merah muda, rambutnya dikuncir kuda, dan sepatu yang ia kenakan heels pendek berwarna cokelat muda. Bukan tampilan yang cocok untuk datang ke suatu pesta.

"Hai, Kalani," sapa Queisha. Ia sedang duduk di pangkuan seorang pria saat Kalani menemukannya. "Baby, can you wait for a moment?" katanya pada pria di sampingnya yang langsung disetujui.

Kalani dengan tak nyaman duduk di samping Queisha. "Kenapa kau menyuruhku datang di saat seperti ini?"

Queisha tertawa kecil, ia menghirup minumannya yang berisi wine. "Bukan kah kau yang meminta untuk bertemu? Kebetulan aku sibuk hari ini, tapi karena kau sahabatku tentu saja aku harus memenuhi permintaanmu."

Tiba-tiba suasana menjadi lebih remang. Orang-orang terdengar bersorak. "Kau datang tepat waktu sekali, Kalani. Pesta baru saja dimulai."

Sebelum sempat Kalani menanggapinya, Queisha telah lebih dulu meloncat ke kerumunan orang yang berkumpul di dekat tangga. Di tengah-tengah sana ada pangggung kecil seseorang yang sedang mulai memainkan musik dengan keras. Orang-orang menikmati musik berdentum. Bersama-sama menari dan tertawa. Kalani menunggu beberapa waktu, sekitar dua lagu berganti ia mulai tidak sabar karena Queisha tidak menunjukkan tanda-tanda menemuinya. Ia memutuskan menarik Queisha dari kerumunan.

"Sha, kita perlu bicara!"

Queisha lagi-lagi tertawa. "Maaf, aku membuatmu menunggu lama. Baiklah, kita akan bicara."

Mereka akhirnya ke bagian lain yang lebih sepi. Bagian dapur rumah yang letaknya di bagian belakang. Tidak terlalu sepi karena bagian tersebut juga dibuat seperti bar kecil dan beberapa orang duduk di sekitar sana sambil mengobrol.

"Jadi apa yang kau ingin bicarakan?" tanya Queisha sembari meminta pelayan memberikannya minuman. Ia menyerahkan satu kepada Kalani. "Ini wine, kau tidak akan mabuk dalam sekejap karena meminumnya."

Kalani mengabaikannya. "Queisha, jauhi Jimi dari sekarang. Aku akan menikah dengannya."

"Ah, kau ingin membahas soal Jimi. Aku melihatnya, kau tidak menyerah, ya?"

"Queisha, aku serius."

XAVIERS - BTS FanfictionWhere stories live. Discover now