SAJAK DARI LANGIT - PART 25

318 54 0
                                    

"Kau yakin ini kantor barunya?" tanya Dinda sesaat turun dari mobil.

Kalani menganggukkan kepalanya. Ia mendapat alamat kantornya dari Langit, jadi kemungkinan salah sangat kecil. Lagipula stasiun radio di depannya cukup besar dan Kalani bisa melihat logo kecil perusahaan Jimi di papan nama di depannya.

Seorang wanita menyambut mereka. Di kartu nama yang tergantung di lehernya bertuliskan Nadia Vanessa. Ia mungkin seumuran dengan Kalani dan Dinda. Rambutnya di kuncir ke belakang. Kacamata tersemat di wajahnya. Ada yang aneh dari wanita di depannya tapi Kalani tidak tahu alasannya.

Dinda menyenggol tangannya. "Ah, Kalani," Kalani memperkenalkan diri.

"Dinda," tambah Dinda juga memperkenalkan diri.

"Nadia," jawabnya. "Ada yang bisa kubantu?"

"Kami ingin mencari Arya, apakah dia ada?"

Nadia terlihat baru menyadari sesuatu. "Arya, ya?" Ia menggaruk kepalanya yang sepertinya tidak gatal. "Sepertinya aku mengenalmu. Kau orang yang dia maksud?"

Kalani semakin bingung. "Aku tidak mengerti maksudmu."

"Ah, tidak. Aku akan segera memanggilnya."

Nadia mempersilahkan Kalani dan Dinda untuk duduk di ruang tunggu. Dinda kembali menyenggol lengan Kalani. Ia berbisik, "Bukan kah wanita itu mirip sekali denganmu?"

"Aku?"

Tak lama Nadia kembali. Di belakangnya muncul Arya yang memasang wajah dingin menatap Kalani. Berkat Dinda, Kalani tidak terlalu menghiraukan tampang penolakan Arya. Ia sibuk memperhatikan Nadia. Kalau dipikir-pikir Nadia memang mirip sekali dengannya, selain kacamata dan ada tahi lalat di sudut bibirnya yang membuat mereka sedikit berbeda.

"Kenapa kau datang?" tanya Arya dingin. Menyadarkan Kalani dari keterpukauannya yang seakan melihat saudara kembarnya sendiri.

"Aku ingin bicara denganmu," kata Kalani pelan.

Arya terlihat menarik Nadia mendekat dengannya. "Tidak ada yang perlu kita bicarakan. Kau datang karena merasa bersalah, bukan? Sekarang kau puas? Pergi lah."

Kalani mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Berusaha mencerna apa yang terjadi di depannya. Ia menatap Arya dan Nadia bergantian. Dinda menarik tangannya untuk segera keluar dari tempat tersebut. Ia bukannya merasa patah hati atau bagaimana, tapi ya ampun. Dia sibuk memikirkan perasaan Arya dan laki-laki itu sudah mendapat penggantinya dalam kurun waktu belum sebulan?

"Kalani," panggil Nadia muncul sebelum mereka naik mobil. "Aku ingin bicara denganmu."

Mereka bertiga memutuskan untuk bicara di salah satu cafe pinggir jalan di dekat stasiun radio. Kalani memesan strawberry tea dingin, sedangkan Dinda dan Nadia memesan es kopi amerikano. Mereka bertiga memilih tempat duduk di lantai 2.

"Kau pasti terkejut melihat wajahku. Kita mirip sekali," ucapnya.

Dinda tertawa kecil. "Aku juga terkejut. Kalian yakin tidak merasa punya kembaran?"

"Arya juga sama terkejutnya saat baru pindah, ia waktu itu terlihat membenciku," katanya mulai menjelaskan. "Aku tak tahu kenapa dia sangat membenciku. Jadi aku terus bertanya padanya. Sekitar tiga hari lalu dia baru menceritakan padaku tentangmu. Dia bilang aku sangat mirip denganmu jadi dia membenciku juga."

Benar rupanya, Arya membenci Kalani. "Apa dia baik-baik saja sekarang?"

"Yah, dia lebih baik dari pertama kali datang. Semua orang dulu mengira dia bos yang galak, tapi akhir-akhir ini dia lebih banyak bercanda dengan yang lain. Dia ramah pada semua orang. Kurasa dia baik-baik saja sekarang, meskipun mungkin agak sulit untukmu menemuinya sekarang. Dia sepertinya terlalu berharap padamu. Dia bilang awalnya sangat yakin kau akan mendukungnya, tapi saat dia tahu kau pergi dengan Jimi beberapa hari setelah ia dipindahkan, dia sangat kecewa."

XAVIERS - BTS FanfictionWhere stories live. Discover now