9

14.9K 2.2K 231
                                    

It was 3 years ago when that nightmare happened. 

Saat itu Nayla duduk di bangku kelas XI SMA jurusan IPS, Ryan duduk di taun yang sama di jurusan IPA dan Kaysan ada di kelas XII pun dijurusan IPA. mereka bertiga terbiasa diantar oleh Erlangga atau Reyvan jika Rey sedang ada kuliah pagi. kemudian pulangnya, biasanya mereka terpisah karena Kaysan harus kumpul osis, Ryan harus main basket dan Nayla yang notabene tidak ikut ekskul apapun, akan menemani either Ryan or Kaysan untuk pulang bersama entah menggunakan bis, angkot atau gocar. 

Nayla tidak diperbolehkan pulang sendiri oleh ayah dan bundanya. Biasanya Ryan dan Kaysan juga mengendarai motor dan Nayla membonceng salah satunya. selalu seperti itu. Jika Nayla sedang sangat bosan, dia akan pesan ojek untuk pulang sendiri. itupun jika memang Ryan dan Kaysan ada agenda yang tidak bisa mereka tinggalkan. 

Masih teringat jelas semua yang terjadi di hari rabu itu. Kaysan masih harus rapat Osis untuk perpisahan kelas XII, sementara Ryan berkumpul dengan ketiga sahabatnya karena ada tugas kelompok yang harus dikerjakan dirumah Argi. Nayla saat itu sedang tidak enak badan sehingga dia memilih untuk pulang terlebih dahulu.

"Lo naik gojek aja" Ryan memperingatkan sebelum masuk ke mobil jemputan Argi. 

"iyaaa"

saat itu sudah sangat mendung. mengabaikan perintah Ry, Nayla  justru masuk ke angkot yang berhenti tepat didepan sekolahnya. saat itu beberapa anak ikut masuk karena hujan mulai turun dan cukup deras. Nayla bukan sekali ini naik angkot hanya saja biasanya dia bersama Ryan atau Kaysan atau Freya jika anak itu sedang ingin nginep dirumah Nayla. tapi baru kali ini Nayla naik angkot seorang diri. 

Nayla pikir angkot akan penuh sampai tempatnya turun, tapi baru setengah jalan, penumpang yang tersisa hanya dirinya. Nayla sudah mulai gugup karena saat itu hujan cukup deras dan lalu lalang mobil dan motor tidak terlalu ramai. hingga sampai Nayla menyadari si supir angkot menatap Nayla berulang kali dari spion depan. Nayla sudah berniat turun dimanapun itu tapi ternyata aksinya diketahui oleh si supir. Tiba - tiba angkot berhenti dipinggir jalan yang tidak akan terlihat mencurigakan bagi orang yang berlalu lalang. ditambah hujan yang cukup lebat. orang tidak akan kepikiran melihat apa yang angkot lakukan di pinggir jalan. Tiba-tiba dengan gerakan cepat, si supir angkot meloncat ke arah belakang. mendekati Nayla.

Nayla sudah merasa cukup kencang berteriak untuk meminta tolong tapi dengan seringai jahat, si supir angkot meraih lengan Nayla. mencumbuinya yang dengan sekuat tenaga dihalangi oleh Nayla. entah sudah seperti apa teriakannya terdengar dan sekuat apa dirinya meronta, yang dia ingat, tiba-tiba terdengar suara umpatan kasar dan Nayla terbebas dari aksi dari yang dilakukan si supir angkot itu.

setelah itu gelap. Nayla tidak ingat apapun. yang dia tau, dia menghubungi Ryan saat kesadarannya masih tersisa sebelumnya..

Saat terbangun, Nayla hanya melihat infus yang tergantung dengan jemarinya yang tergenggam erat oleh Bunda Vina. tenggorokannya seperti menelan bara api. Nayla bahkan tidak bisa mengatakan apapun sampai dia terbangun. Dia bisa melihat seluruh keluarganya berada diruangan yang Nayla sadari adalah kamar rumah sakit.

"sayang..maafin bunda" dengan begitu Nayla teringat semua yang dialaminya beberapa jam sebelumnya. seketika tubuhnya kembali bergetar hebat. Dia menangis hebat yang disaksikan semua anggota keluarganya. 

"aku mau mati aja bun. aku mau mati" itu adalah kalimat pertama yang Nayla ucapkan saat tangisnya mereda. "bunda aku jijik sama diriku sendiri. bunda biarin Nay mati"

terdengar isakan dari ujung ruangan yang Nayla tau adalah milik Ryan. 

"kalo kamu mati, nanti bunda sama siapa Nay?" bunda merengkuh Nayla yang menangis "kamu nggak diapa-apain kak. kamu nggak kenapa-napa" bunda berusaha meyakinkan.

The ShefareldhineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang