64

13.7K 1.8K 403
                                    


Sebenarnya sudah dari minggu kemarin, UAS sudah dimulai. Seperti biasa, jurusan Nayla yang terkenal sebagai jurusan 'santai', lebih banyak melakukan take-home test ketimbang written test di dalam kelas. Jadilah, Nayla lebih sering ada di rumah.

Berbeda dengan UAS semester kemarin yang penuh drama keluarga karena Ryan dan Kaysan selalu menjadikan Nayla sebagai punching bag mereka, kali ini Ryan dan Kaysan berubah menjadi saudara yang jinak. Sangat Jinak. Tidak ada yang namanya meminta Nayla membuatkan coklat tengah malam. Tidak ada yang marah-marah tidak jelas hanya karena letak printer yang berubah sepersekian sentimeter. Dan tidak ada yang meminta Nayla cepat-cepat ke kampus karena mereka berdua setuju untuk mengantar jemput Nayla tanpa protes.

Urusan Visapun sudah selesai diurus dengan dibantu ayahnya. Nayla mempersiapkan keberangkatannya ke Ohio dengan persiapan matang. Seminggu lalu ketika lagi-lagi satu keluarga Shefareldhine keluar untuk berbelanja, Vinna dan Erlangga mengatakan hal yang membuat Nayla sangat terharu.

"Kamu nggak boleh pusing urusan uang selama disana ya kak. Nggak boleh" Erlangga berujar sambil mengusap lembut puncak tangan Nayla sesaat setelah semuanya sampai di rumah

Nayla tersenyum dan meraih tangan Ayahnya erat.

Erlangga menepuk puncak tangan Nayla lembut. "Ayah kerja kaya gini karena ayah pengen semua anak ayah nggak ada yang kesulitan financial. Ayah nggak mau dengan ayah yang udah kerja kaya gini terus anak kesayangan ayah masih pusing mikirin uang. Kamu masih tetap akan jadi tanggungan ayah. Ayah akan berusaha semampu ayah untuk mencukupi semua kebutuhan kamu dan saudara-saudaramu. Jadi kamu kalo abis uangnya selama disana, harus ngabari ya. Ayah Cuma bisa bantu kakak di segi finansial dan emotional support. Sedangkan ayah tau, nanti disana tantangan yang harus kakak takluklan banyak. Entah itu lingkungan, komunikasi atau bahkan study kamu. Jadi, jangan membebani pikiran kamu dengan pemikiran uang ya kak"

Nayla hanya bisa memeluk ayahnya erat sesaat setelah ayahnya menyampaikan pesannya. "Makasih udah jadi ayah terbaik buat Nay ya Yah. Makasiiiiiih banget. Ayah harus tau kalo Nay sayang banget sama ayah. SAYANG BANGET. Ayah harus sehat-sehat selama Nay di Ohio. Ayah nggak boleh sakit. Ya yah?"

"Kalo sama bunda, sayang juga nggak?" Vinna bertanya sekembalinya dari dapur untuk membuatkan minuman

Nayla melepaskan pelukannya pada ayahnya dan segera menghambur memeluk bundanya. "Jangan ditanya lagi bun. Bunda itu cinta ke-nol Nayla karena cinta pertama Nay itu buat ayah. Nay udah sayang sama bunda sejak dari Nay bahkan belum lahir. Makasih juga ya bundaaaa. I love love you much" Ucap Nayla yang diakhiri dengan ciuman di pipi kanan dan kiri bundanya.




Nayla masih berkaca-kaca jika ingat semua yang ayahnya telah lakukan dan perjuangkan. Makanya gadis ini semakin bulat untuk berusaha sembuh.


Ayahnya berhak punya anak perempuan yang sehat mental dan jiwa. Ayahnya berhak punya anak kesayangan yang bisa berhasil mandiri meski dengan semua fasilitas yang tercukupi.


Dan Ayahnya berhak dikenalkan dengan kekasih Nayla nantinya. Dan satu-satunya cara agar Nayla mau membuka sebuah hubungan adalah dengan sembuh terlebih dahulu.



Tiba-tiba Nayla teringat bahwa gadis itu sudah tidak membuka pesan dari Argi sejak 2 minggu lalu. Argi tidak mengirimi pesan secara beruntun sampai ribuan. Nayla tau Argi tidak se-nganggur itu. Tapi Nayla tau bahwa Argi mengirimi penjalasan atas pernyataan yang Nayla lontarkan di sore itu.

The ShefareldhineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang