58

10.8K 1.7K 156
                                    

Argi
Gue selesai sama Nayla
Dia minta gue pergi
This is final

Argi menghilang setelah mengirim pesan itu di grup 4L. Ryan - Aksa dan Naren mengumpat bersamaan di tiga tempat berbeda setelah membaca pesan dari Argi. Ryan segera pamit setelah mengantar Freya sampai depan kost. Aksa segera melajukan motornya menuju rumah Argi dan Naren meminta time out pada eyangnya di video call karena harus menemui Argi.

Tapi Argi tidak ada di rumah. Tidak pula di kedai-kedai kopi yang biasanya Argi kunjungi. Tidak di tempat Gym, tidak di tempat memanah maupun menembak. Tidak dimanapun tempat yang biasanya Argi kunjungi untuk melepaskan suntuknya. 

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Telepon Argi tidak aktif. Aksa sudah menelpon teman-temannya yang biasa pergi ke club untuk memberi kabar jika mereka melihat Argi disana tapi tidak ada pesan apapun yang berarti Argi tidak ada disana.

Ketiganya sedang berada di rumah Aksa sekarang. Orang tua Argi masih di Surabaya. Mas Devan juga sedang ada di Bandung. Semuanya sudah dihubungi dan mereka bilang Argi tidak ada di sana. 

"Kak Nay gimana, Ry?" Aksa bertanya saat membawakan teh hangat untuk mereka semua. 

Ryan mengusak rambutnya kasar dan menjatuhkan punggungnya kasar pada sandaran sofa. "Sama ancurnya. Pingsan di depan kamar dan sekarang cuma mau tidur di kamar. nggak mau makan malam. nggak mau ngapa-ngapain." Ucap laki-laki ini sambil menghembuskan nafasnya berat.

Sejurus kemudian Ryan menutup matanya dengan lengannya. Ada air mata yang luruh. Naren dan Aksa tidak menanyakan apapun. Mereka tau, yang sekarang merasa paling sesak adalah Ryan. Dua orang yang ia sayangi, mengalami sakit disaat bersamaan. 

"Kalo  gue boleh minta ke Tuhan, gue akan ganti semua kebahagiaan gue buat mengobati luka kakak gue" 



Masih dengan air mata yang tidak terbendung, Ryan melajutkan kegusarannya. "semua ini berawal dari gue yang terlalu bego karena nggak nganterin Nayla pulang siang itu. Andai pas itu gue nggak egois buat ngajakin kalian main di rumah Argi, andai pas itu gue anterin Nayla balik dulu, andai gue--"

"Ry" Naren akhirnya menginterupsi. Baik Naren dan Aksa sudah beberapa kali melihat Ryan selalu menyalahkan diri atas semua yang terjadi pada Nayla. Berulang kali mereka meyakinkan bahwa ini semua garis takdir Tuhan tapi tetap tidak bisa membuat Ryan benar-benar "sembuh". Ryan akan selalu menjadi orang yang paling jatuh saat kakaknya kambuh. Saat kakaknya terluka karena trauma yang ia alami. 

Ryan akan selalu menjadi manusia yang merasa paling bersalah. Seperti malam ini. 

"gue nggak tau harus gimana buat bikin Nayla lepas dari traumanya." Laki-laki ini menangis di depan 2 sahabatnya. 

Baik Argi, Ryan, Aksa dan Naren bukan laki-laki yang anti menangis. Mereka menganggap bahwa semua manusia berhak menangis. Crying doesn't mean a weak. Sekalipun itu sebuah kelemahan, maka mereka tetap menganggap itu sebuah kewajaran. Mereka tidak pernah menganggap saat salah satu diantara keempatnya menangis sebagai sebuah sinyal ketidak laki-laki-an mereka. 



Laki-laki boleh menangis. Laki-laki juga manusia. 

drrrtt! drrt!

Handphone Ryan bergetar. 

"Ry, dari kak Nay" Naren berkata sambil memberikan iphone Ryan pada pemiliknya

Nayla
Argi di rumah kakek neneknya
Di Diamond Residence
Kalau udah sampe, Bilang aja sama satpamnya
Kalo kalian mau ketemu Argi
Nanti diantar sama satpamnya



The ShefareldhineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang