48

11.7K 1.7K 178
                                    

Argi dan Trian berbicara agak jauh dari keberadaan Nayla dan Freya. Nayla bisa melihat Argi menatap Trian dengan tajam, dengan tangan yang ia lipat didepan dada.Nayla tidak tau apa yang mereka bicarakan. 10 menit berlalu dan Argi berjalan ke arah Nayla. 

"mau ngomong sama dia?" tanya Argi sambil menatap mata teduh "kalo lo nggak mau, gue nggak akan maksa."

Nayla terlihat ragu dan Argi tau itu. "kita bahas ini kapan-kapan aja. nggak usah sekarang. lo ke mobil aja. I'll handle this first"


Baru saja Argi akan melangkah, Nayla terlebih dahulu memegang ujung jaket denim milik Argi. "gue tetep mau ngomong sama Trian tapi boleh, cuma berdua aja?"

Argi mengerutkan keningnya, "are you sure?"

Nayla mengangguk. "boleh?"




"boleh. tapi cuma jarak 5 meter dari gue"ucap Argi protektif




Nayla tersenyum dan mengangguk. Kemudian Argi berjalan kedepan dengan Nayla dibelakangnya. 

"do not even dare to touch her. I warn you" Setelah memperingatkan Trian, Argi berbalik dan mengambil 5 langkah dibelakang Nayla. Benar-benar hanya 5 langkah.




"sorry" Nayla mendengar Trian mengucapkan satu kata itu. Nayla tidak menatap Trian sama sekali. Ia masih ingat senyum evil yang Trian perlihatkan kemarin. Rasanya masih traumatis.


"gue minta maaf"


"kenapa tiba-tiba minta maaf?" Akhirnya Nayla bertanya "ini tulus? atau karena orang-orang lihat?karena ancaman yang mungkin lo denger? atau karena apa?"


Trian merubah posisinya, menjadi memunggungi kantin, berdiri disamping Nayla dengan masih memberi jarak sehingga Argi tidak bereaksi dan siapapun tidak bisa melihat ekspresi Trian kecuali Nayla.


Laki-laki itu tersenyum. "lets finish this thing as soon as possible, can we?"

Nayla mengerutkan keningnya "maksud lo?"

"lets say I am sorry and you accept it. and that's it. gue nggak akan ketemu lo lagi. begitupula gue"


Nayla tertegun dengan kalimat yang baru saja ia dengar. Trian tidak sedang benar-benar meminta maaf. Ia hanya sedang melakukan adegan layaknya gentleman di sebuah panggung. He acts. Bukan karena dia mau benar-benar mengakui kesalahannya. 


Ada rasa sakit yang kembali hadir. Lagi-lagi, ia merasa orang-orang meremehkan sakit hatinya. Lagi-lagi ia harus berpikir bahwa orang jahat memang ada disaat ia sedang berusaha berbaik hati pada dunia dan mulai berpikiran positif. 


Nayla menatap Trian "gue anggap kita nggak pernah kenal sebelumnya. gue nggak akan mendoakan lo yang jelek-jelek. gue cuma berharap, suatu hari nanti lo akan tau bahwa menjadi manusia baik itu sebuah pilihan. dan gue harap lo menuju pilihan itu."

The ShefareldhineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang