65

16.9K 2K 866
                                    

"Selamat pagiiii semuanyaaaa." Nayla turun dari kamarnya menuju meja makan dimana orang tua dan ketiga saudaranya juga sudah ada di sana. 

Erlangga dan Vinna tersenyum menerima ciuman dari anak perempuan satu-satunya ini yang terlihat sangat bahagia. 


"Bahagia banget yang udah punya pacar" Reyvan berkata saat adiknya sudah duduk di sampingnya. 

Nayla mengernyitkan keningnya dan mendengus geli. "siapa yang udah punya pacar? Nggak ada kak. Aku nggak mau LDR. Jadi nggak ada yang jadian"


"Rumit ya kisah cinta lo" Kali ini Kaysan yang bersuara


"Kata ayah nggak boleh dibikin pusing. Kalo jadi ya jadi. Nggak jadi ya diikhlasin. Gitu kan ya yah?" 


Erlangga mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya. "Keren anak ayah mah! tapi kalo kamu akhirnya sama Argi sih ayah bakalan seneng banget kak"


Nayla memicingkan matanya dan menatap ayahnya penuh curiga. "Ayah mau Nay sama Argi bukan karena Argi kaya raya kan yah?"


Erlangga dan Vinna tertawa terbahak. "Kak...Kak... Emang sinetron? Ayah kasih tau ya. Nggak ada orang tua yang mau anaknya sengsara. Ayah cuma yakin kalo Argi bakalan ngebahagiain kamu dengan atau tanpa embel-embel Rafiqy di belakang nama dia"


Vinna mengangguk. "Justru ayah sama bunda khawatir sama lebel yang akan kamu dapat saat beneran nantinya kamu sama Argi. Tante Shinta dulu dituduh banyak orang. Katanya tante Shinta ngedeketin Om Rama karena hartanya Om Rama doang. Padahal Om Rama yang naksir banget sama tante Shinta."


"Naksir banget sampe nggak suka sama yang lain" Ayah Erlangga menambahi


"Pantesan ya bun" Ryan kali ini menyela dengan nasi goreng di mulutnya. 


"Pantesan apa?" Tanya Nayla pada adiknya yang duduk di sampingnya.


"Pantesan nurun ke Argi. Bucin tingkat dewa. Nggak ada lawan"


Erlangga dan Vinna tergelak sementara Nayla hanya melirik adiknya kesal dan melempar tissue ke arah Ryan. "Rese luu"


***

Flashback satu minggu yang lalu....

Argi dan Nayla sampai di cafe yang terlihat cukup homey dan menenangkan. Tidak terlalu banyak pengunjung karena jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Argi membukakan pintu cafe--lagi-lagi tanpa melepaskan genggaman tangan keduanya. Mereka mengambil tempat duduk di ujung ruangan. Setelahnya Argi bergerak menuju meja depan untuk memesan minuman sementara Nayla memperhatikan hal sekitar.

Di area merokok luar, terdapat anak-anak yang terlihat lebih muda dari dirinya sedang bergerombol dan asyik memainkan permainan seperti Uno maupun stack yang sepertinya sudah selesai dimainkan. Sekarang mereka terlihat bermain dengan spin wheel untuk bermain permainan truth or dare.

Nayla tersenyum. Jika dipikir, inner circlenya memang sempit. Sahabat dekatnya hanya Freya. Teman lain yang dekat hanya teman-teman jurusannya. Itupun Nayla jarang ikut nongkrong karena ia memang tidak terlalu suka kegiatan semacam itu. Tapi melihat keakraban meja di sampingnya, Nayla membayangkan jika nanti dia di Ohio, mungkin ia harus terbiasa bersosialisasi. Ia harus berusaha memperluas pertemannya.

The ShefareldhineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang