20

2.1K 224 21
                                    

Taksi itu berhenti di kawasan Apartemen elit di daerah Gangnam, Jennie menunggu pergerakan Hanbin, saat si pria sudah turun dari taksi Jennie masih duduk diam sambil memandangi Hanbin.

Pria itu mendengus "Ayo turun!"

Jennie terkesiap sedetik kemudian ia turun dari taksi dan berdiri di samping Hanbin "Kau tinggal disini?"

"Mana mungkin kita bisa berada disini jika aku tak tinggal disini?"

'Lagi-lagi seperti ini' batin Jennie

Mengusap wajahnya kasar lalu berujar "Mau ikut masuk?"

Jennie diam sebentar lalu mengangguk.

Hanbin memberanikan diri untuk menggenggam tangan Jennie berusaha mengusir suasana canggung diantara mereka, walaupun jantungnya harus berdebar kencang saat baru menggenggam tangan Jennie, namun ia berusaha menutupinya dengan berdehem kecil.

Gadis itu terkesima saat Hanbin meraih tangannya untuk berada dalam genggamannya. Kim Hanbin berhasil membuat pipi Jennie memerah hanya dengan genggaman hangatnya itu.

Dengan sedikit keraguan Hanbin mengajak Jennie masuk ke Apartemen yang ia beli secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ibunya.

Berdehem kecil untuk menyadarkan Kim Hanbin yang masih menggenggam tangannya bahkan saat mereka sudah berada dalam Apartemen Hanbin yang pastinya mahal itu.

Hanbin melepaskan genggamannya menggaruk tengkuknya lalu berakhir menatap mata kucing gadis itu.

"Kau tinggal seorang diri?"

"Tidak juga...aku membeli Apartemen ini tanpa sepengetahuan orang tuaku"

Bocah nakal!! Hanbin benar-benar tak bisa lepas dari kata itu.

"Bagaimana luka di perutmu, sudah merasa lebih baik?"

"Sedikit hanya saja perawat belum mengganti perbannya"

Menghembuskan nafas kasar lalu mengomeli Hanbin panjang lebar "Yak!!! Kenapa kau tak meminta perawatnya untuk mengganti perbannya sebelum pulang, jika infeksi kau mau apa? Kau tak benar-benar kaburkan dari rumah sakit" Ucap Jennie dengan penuh kecurigaan

"Untuk apa aku kabur?"

"Punya cadangan obat atau perban misalnya...ada tidak?"

"Entahlah mungkin masih ada"

"Dimana kau menyimpannya?"

"Mungkin ada di kamar mandi"

Setelah membawa sekotak obat itu Jennie meminta Hanbin berbaring di sofa agar mempermudah Jennie untuk mengganti perban di perut Hanbin.

Saat pria itu menyingkap bajunya ke atas memperlihatkan otot-otot perutnya dan juga tato yang berada di panggul kanannya sebagian tulisan  tato itu tertutupi oleh celana yang dikenakan Kim Hanbin, Jennie benar-benar tidak ingin memikirkan sampai di mana tulisan tato itu berakhir.

Dengan hati-hati Jennie mulai membuka perban yang menempel di perut sebelah kiri Hanbin namun matanya harus kembali salah fokus karena tato sialan itu, kepalanya pening secara tiba-tiba ketika dengan kurang ajarnya otaknya  membayangkan sampai dimana tulisan tato itu pada tubuh Hanbin.

Jennie menghela nafas beberapa kali lalu mulai fokus mengganti perban pada perut Hanbin dengan yang baru, walaupun otaknya masih menggila membayangkan tato sialan Kim Hanbin yang begitu menyita perhatiannya.

"Selesai"

Hanbin menarik turun kembali bajunya untuk menutupi otot-otot perutnya dan juga tato yang melekat pada tubuhnya. Menegakkan badannya agar sejajar dengan Kim Jennie saling beradu pandang, sampai suara notifikasi pesan mengganggu aktivitas mereka, Jennie merogoh saku Hoodienya untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan.

ADORE YOU (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang