16

5.2K 812 30
                                    

Pukul 10.56 emosi taehyung sudah berada di ubun ubun melihat kesayangannya tertawa dengan Irene, tutor menyebalkan yang dengan mudahnya merebut jungkook. Bubu belum teratasi sekarang nenek lampir pun datang. Malang sekali nasib dio.

"Sabar yo. Ini ujian." jimin mengusap punggung taehyung dan menatapnya prihatin.

Jimin jelas tau jungkook ini cinta pertamanya taehyung. Berani sumpah semua mantan taehyung itu bukan taehyung yang menyatakan perasaanya. Melainkan mereka sendiri. Jelas sekali taehyung tidak pernah menyimpan rasa secuil pun kepada barisan para mantannya. Hal ini bisa diliat bahwa mantannya memutuskan taehyung setelah beberapa hari karena terlampau jengah dengan sikap dingin dan acuhnya.

Pemuda Wijaya ini bukan tipe orang yang sabar, setelah melihat athala bersama orang lain dengan sigap dio ke sana untuk mengambil athala kembali.

"Ayo la kita pulang." taehyung menarik tangan jungkook lalu menatap sinis irene.

Tau apa yang bikin taehyung makin kesal?

Senyum remeh irene.

Wah berani sekali perempuan satu ini. Jika tidak ada athala dio tak segan segan menyelakai perempuan ular itu.

Langkah taehyung berhenti. Ada seseorang yang menahan jungkook untuk tidak pergi. Siapa lagi jika bukan irene. Kini taehyung menatap tajam irene. Tak peduli jika irene jauh lebih tua dibandingkan dirinya. Keberadaan irene membuat dirinya terusik. Dan itu tidak bisa dibiarkan.

"Athala ga bisa pulang sekarang dio, athala masih ada urusan sama kaka." irene menatap tajam taehyung dengan wajah menyebalkannya.

Kejadian tak terduga pun terjadi. Jungkook melepaskan tangan taehyung dan berjalan mendekati irene. Taehyung tidak paham mengapa kejadian sekecil ini membuat dadanya sesak.

"Pulang duluan aja dio, gue masih ada urusan sama Ka Oliv."

Tanpa menjawab, taehyung berjalan meninggalkan jungkook dengan kekecewaan. Ternyata tuan muda ivander straight. Tapi bukankah bubunya jungkook itu lelaki?

Ah sudahlah. Taehyung lebih baik mengalihkan pikirannya dengan merokok atau mungkin minum minum. Pupus sudah harapannya membawa jungkook untuk menemui orang tuanya. Usahanya untuk mendapatkan jungkook ternyata belum cukup. Apakah ia harus menyerah?

Jimin yang melihat kejadian itu melihat jungkook seolah olah berkata 'lo utang cerita sama gue' dan mengikuti taehyung.

"Makasih van udah nemenin gue. Maaf ganggu date lo sama avisha." kata taehyung lalu berjalan ke arah mobilnya.

Evan tau sahabatnya itu marah besar. Aura gelapnya sungguh terlihat. Jimin hanya bisa menatap nanar kepergian taehyung dan menemui kekasihnya yang menunggu di mobil.

Kini taehyung melajukan mesin mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata tak mempedulikan keselamatan jiwanya. Ia butuh ketenangan saat ini. Hati dan otaknya jenuh.

Drrt drtt

Ponsel taehyung bergetar menandakan ada seseorang mengirim pesan ataupun menelponnya. Taehyung melihat di layar mobilnya dan ternyata jungkook menelponnya. Sungguh kali ini biarkan dio tenang dulu. Ia butuh waktu sendiri.

Jungkook yang melihat kepergian taehyung merasa bersalah. Tapi ia juga tak bisa seenaknya meninggalkan irene. Jungkook khawatir melihat wajah taehyung yang lebih dingin dari biasanya. Sorot matanya menandakan dia kecewa. Jungkook harus apa?

"Ka Oliv, kayanya athala pulang sekarang ya, urusannya kan udah beres." jungkook menatap irene yang berada di depannya dengan tatapan memohon.

"Oh iya, mau dianter?" tanya irene sambil menampilkan senyum manisnya.

"Engga usah ka, athala udah minta supir jemput." tolak jungkook sambil tersenyum.

"Oh ya udah kalo gitu hati hati ya." irene mengecup pipi jungkook pelan lalu melambaikan tangannya.

Irene jatuh hati pada tuan muda Ivander.

Tapi sayangnya hati jungkook sudah dibawa pergi oleh pemuda wijaya.

Jungkook buru buru berjalan ke basement dan memasuki mobil miliknya. Untung saja supirnya itu selalu siap jika dadakan seperti ini.

"Om Siwon tolong anter athala ke mansion wijaya. Kalo bisa ngebut ya." pinta jungkook dengan wajah khawatirnya.

Iya jungkook khawatir, pada saat taehyung dan jimin meninggalkannya bersama irene, tak lama setelah itu jimin mengirim pesan bahwa dia melakukan kesalahan besar dan dio kecewa sekali padanya.

Athala mencoba menghubungi dio. Tapi tidak diangkat. Athala marah sekali pada dirinya mengapa bisa seceroboh ini. Athala harus menjelaskan tentang irene kepada dio agar dio bisa mengerti. Athala hanya bisa berharap dio tidak apa apa.

"Tuan muda, sudah sampai." om siwon selaku supir pribadi keluarga ivander membuyarkan pikiran jungkook.

"Oh iya, makasih ya om." jungkook tersenyum manis dan segera keluar dari mobil.

Harapannya satu untuk detik ini. Ia berharap taehyung ada di rumah.

Sesampainya jungkook di mansion wijaya, jungkook langsung disambut tuan dan nyonya wijaya.

"Eh athala udah dateng. Ayo masuk dulu, bunda udah siapin makanan." Baekhyun menarik lembut tangan jungkook ke arah meja makan.

Jungkook mau tak mau mengiyakan dan masuk mansion wijaya. Mansionnya sangat berbeda dengan miliknya. Di sini banyak foto foto taehyung dari kecil hingga sedewasa sekarang. Berbeda dengan miliknya yang dipenuhi lukisan lukisan buatannya.

"Akhirnya bunda bisa liat calon menantu. Athala kesini bareng sama dio kan?" baekhyun mencubit pipi tembam jungkook. Lalu mencari intensitas anaknya yang sedari tadi tidak terlihat.

Jungkook yang mendengar pertanyaan itu hanya dapat menggeleng pelan dengan wajah sedihnya.

"Loh dionya kemana?"

Tbc

Yeee ada konflik :'
Tau kok ini aneh.

Happy sunday ^^

Bimbel - Tk ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang