bara

16.6K 568 2
                                    


Memarahi anak didepan umum, hal sederhana yang mampu terekam dengan baik di ingatan seorang anak yang dampaknya tidak sederhana.


Saat ini, Aldito berdiri diantara kerumunan orang yang berada dijalan sepi tempat dirinya dulu sering bercanda gurau dengan teman lamanya.

"Lo kemana aja Al, jarang nongol?"kata salah satu pria seumuran Aldito disana

"Sibuk,"

"Heleh sok sibuk lo bang, gegara ditinggal Risa makanya lo jarang kesini kan?"sahut pria lainnya

Sedangkan Aldito hanya mengangguk mengiyakan perkataan temannya itu

"Yaudah si, gue juga udah disini sekarang."ujar Aldito

"Bang Al udah lama gak main kan, ada anak SMA Xevarius ngajak main."

"Bara?"

"Tau aja si Al kasep mah."

Aldito menghembus nafasnya pelan, memikirkan nama Bara saja sudah cukup pusing baginya apalagi melihat wajah pria itu.

"Kalian aja, gue mau pulang."
ketika hendak menaiki motornya, Aldito dicekal oleh seorang dengan menepuk bahunya. Kepala Aldito menoleh kebelakang untuk melihat orang yang menepuk bahunya. Dan orang itu adalah Bara Ardian.

"Kenapa? Lo takut?"ucap Bara membuat alis Aldito terangkat dan tersenyum tipis, Bara belum berubah sejak dulu. Masih saja dia suka menantang tanpa melihat orang yang ditantang.


"Cihhh, takut?"

"Terus? Udah ayok balapan."
ajak Bara dengan menampilkan wajah tengilnya.

"Lo bukan tandingan yang pas buat gue."ujar Aldito sambil menghempaskan tangan Bara yang ada di bahunya.

"Bukan tandingan lo? Oh gue tau, lo bakalan anggep kita tandingan ketika gue rebut lagi kebahagiaan lo? Iya."

Rahang Aldito mengeras, tangannya sudah mengepal rasanya ingin sekali memberi hantaman, ucapan Bara yang menekankan kata lagi seperti mengeluarkan sebuah ancaman baginya.

"Jangan berani ngelangkah dijalan yang udah gue buat."

"Haha takut kan lo, tetep gak ada beda lo dulu sama sekarang, pengecut." Bara tertawa membuat suasana semakin menegang, sedangkan orang-orang yang ada disana tidak berani menghentikan aksi keduanya.

"Hah? Iya gue takut. Takut lo kalah dan ngadu didepan bokap gue kaya sampah."

Tangan Bara mengepal dan melayangkan pukulan ke wajah tampan Aldito hingga mengeluarkan darah disudut bibirnya.

"Jangan terlalu emosi, ini fakta."tangan Aldito mengusap sudut bibirnya dengan kasar sambil sedikit tersenyum tipis ketika melihat ada darah di tangannya

"Dewasa dikit, inget lo udah tua." Bisik Aldito tepat ditelinga milik Bara

"Dewasa? Cih, liat seberapa dewasa lo ketika ngeliat gue rebut gadis lo dulu, apa mungkin sekarang gue bakal rebut Adik lo atau malah Bunda lo?"

Ucapan Bara mampu membuat Aldito semakin marah, tidak cukupkan Bara mengambil Ayah dan Risa darinya?

Pukulan Aldito melayang dipipi Bara membuat yang dipukul meringis.

"Jangan berani ngelangkah!"
ancam Aldito serius dan menaiki motornya

Pikiran Aldito kosong, motor Aldito berhenti dipinggir trotoar jalan besar arah menuju rumahnya. Ia ingin meluapkan kemarahannya, Bara Ardian. Perebut kebahagiaan orang,

Flashback

Saat Aldito sedang berjalan menuju restoran yang biasa ia kunjungi dengan temannya, belum saja ia memberhentikan motornya, ia sudah dikejutkan oleh pemandangan yang sangat amat membuat Aldito marah.

"Ayah!"panggil Aldito keras, dan membuat ayahnya serta Ibu Bara terkejut. Ibu Bara mundur menjauh ketika Aldito memergoki dirinya

"Kenapa lo sama ayah gue?"tanya Aldito kepada seorang perempuan berumur kepala empat tak lain tak bukan ialah Ibu Bara, membuat keduanya diam kikuk.

"Ibu, Bara mau-"ucapan Bara terpotong ketika ia dikejutkan wajah Aldito yang sedang menahan amarah nya

Sedangkan Aldito yang juga terkejut dengan keberadaan Bara disana membuat ia mencoba untuk meredam amarahnya.

Bara tersenyum licik seakan ia sudah memenangkan sebuah permainan, membuat Aldito marah tak terkendali dengan membentak Bara dan ibunya yang seakan tidak merasa bersalah

"Lo kenapa selalu ganggu hidup gue sih! Ibu lo juga centil banget udah tua."teriak Aldito

Bara tetap diam dan malah tersenyum tengil, membuat Aldito menjadi sangat marah

Tepat ketika Aldito berteriak, Ayah Aldito langsung menatap tajam kearah Aldito membuat Bara langsung berjalan kearah Bagas untuk mengadu perbuatan Aldito.

Kepala Aldito menggeleng ketika Bara mengadu yang tidak-tidak kepada sang ayah membuat Bagas langsung spontan menampar Aldito, membuat lelakiku itu hanya bisa tersenyum tipis dengan kelakuan ayahnya.

"Aldito bahkan belum cerita yang sebenarnya dan ayah udah percaya aja sama dua orang busuk didepan ayah ini. Gak nyangka seorang ayah yang malah ngebela anak selingkuhan nya."

"Al, bukan gitu maksut ayah."

"Maaf, tapi anda bukan lagi ayah saya."

Sejak kejadian itu, Aldito yang dingin karena sikap dari keturunan kakeknya jadi menjadi tambah dingin akibat perbuatan Bara yang selalu menghancurkan kebahagiaannya, ditambah dengan kelakuan ayahnya membuat Aldito semakin muak. Lelaki itu selalu memikirkan kejadian itu, bagaimana jika sang Adik mengetahui jika Ayahnya berselingkuh? Ia semakin menjadi ketika Bunda nya sedari dulu tahu perihal ayahnya yang selingkuh, tapi sang bunda hanya bisa diam dan seolah tidak terjadi apa-apa padahal faktanya Aldito selalu memergoki sang bunda sedang menangis dalam diam, hingga pada saatnya terjadi keributan yang amat besar dirumah nya syukur sangat adik sedang menginap dirumah temannya.

Flasbackoff

Hati Aldito sakit teramat parah, ingin rasanya ia menangis tapi airmatanya tidak sanggup keluar, ingin berteriak tapi suaranya tidak sanggup untuk keluar. Hingga Aldito tertunduk lemah memendam semuanya.

Aldito✔                                            [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang