galau

13K 475 6
                                    

Sore ini Aldito pergi membawa mobilnya menjauh dari jalanan kota, entah kemana ia akan membawa dirinya pergi.

Kanan dan kiri jalan banyak berdiri pepohonan karet, belum lagi angin yang membuat dedaunan berjatuhan membuat seperti sedang terjadi musim gugur. Mungkin memang sudah saatnya ia berjatuhan dan berganti dengan daun yang baru.

Mobil Aldito berhenti secara mendadak. Lelaki yang ada didalamnya langsung menghempaskan punggungnya dikursi mobil. Hembusan nafas yang berderu dengan detak jantung yang cepat. Aldito memukul stir mobil dengan keras meluapkan semua amarahnya.

Berulang kali lelaki itu memukul stir mobilnya, emosinya meluap-luap. Dia marah melihat gadisnya dengan lelaki lain yang terlihat sangat akrab dibanding dengannya.

Sebenarnya ada hubungan apa lelaki itu dengan gadisnya, mereka terlihat sangat dekat. Terlihat jelas kerinduan yang mereka pancarkan membuat Aldito berdecih.

Aldito sangat ingin bertanya dengan gadisnya tapi gengsi yang terlalu tinggi membuat lelaki itu mengurungkan pertanyaan nya. Tadi saat lelaki itu melihat mereka, rasanya ingin ia menghampiri gadisnya dan memberi tahu pada lelaki itu bahwa ia Laura miliknya. Tapi rasanya untuk berjalan saja sulit apalagi berbicara, seperti ada yang mengunci. Belum lagi jantungnya yang berdetak sangat cepat.

Sekarang Aldito tengah berada didalam mobil, mobilnya dikelilingi dengan pepohonan karet yang tertata dengan rapi. Tidak ramai dan tidak terlalu sepi juga, mungkin yang dia rasakan saat ini adalah kesunyian. Tapi itulah yang memang Aldito cari sesuai untuk meredam amarahnya.

Langit sudah berubah, terlihat senja yang mewarnai langit sekarang. Menambah kesan nyaman jika melihatnya, membuat Aldito enggan untuk pergi.

Aldito memasukkan gigi persneling, mobil yang ia kendari bergerak mundur lalu bergerak maju. Semakin maju, kecepatan mobil Aldito semakin bertambah.

Mobil Aldito kembali memasuki jalanan kota yang dipadatkan dengan orang-orang yang lalu lalang pulang dari sekolah dan pulang dari bekerja.

Hingga sampai ia dirumah minimalisnya, ia berjalan menelusuri tangga untuk menuju kamarnya. Ia merasa semakin kesepian dengan keadaan rumahnya yang selalu sunyi seperti ini, sang adik yang akhir-akhir ini selalu menginap dirumah neneknya dan sang ibu yang belum pulang dari bekerja.

Pintu kamar terbuka, menunjukkan wajah Aldito yang berjalan masuk. Dirinya langsung membanting badannya dikasur dengan sepatu yang masih ia kenakan dan melempar tas sekolahnya di sembarang tempat.

Tangannya terulur kedalam kantung celananya untuk mengambil ponsel. Setelah didapat, Aldito langsung memutar musik dengan sedikit kencang hingga seluruh kamarnya dialuni musik
Alan Walker-Faded

Dengan mata terpejam, alunan musik membuatnya terbuai dengan melodi dan suara yang menenangkan.

Pintu kamar balkon dibuatnya terbuka lebar, agar angin malam dapat masuk mengunjungi kamar yang bercat klasik.

Sentuhan dari angin membuat Aldito memejamkan matanya sesaat.

Hordeng yang saat ini sudah berterbangan karena angin yang masuk.

Ketenangan yang Aldito rasakan tidak terlalu lama karena manusia bernama Raka datang dengan usilnya, membuat Aldito terusik dan langsung menambahkan volumenya dengan kencang.

Raka datang dengan senyum bahagianya, ia tertawa sangat bahagia karena beberapa menit yang lalu ia mendapatkan sms dari M-kios yang berarti ia mendapatkan pulsa saat menang bermain game. Sesederhana itu kah kebahagiaan Raka?

"Buset dah bocah, budeg nih telinga gue."teriak Raka namun tetap saja Aldito tidak menghiraukan

"Al, tau gak? Gue jadi gamers mendadak sumpah. Gue tadi hebat banget mainnya gegara pake Argus kesayangan. Sampe gue dapet pulsa dong. Gak tau nyasar apa gimana."

Tetap tidak ada sahutan dari Aldito.

"Al, gue bawa sayur sama lauk tuh dibawah. Udah gue taro ditempatnya, lo tinggal makan."

Seolah tak dapat jawaban, Raka mendekat kearah Aldito yang saat ini sedang berbaring. Raka meringis pelan melihat Aldito yang tertidur dengan pulas, padahal masih memakai pakaian sekolah dan muka yang sangat kucel.

Damai banget ngeliat lo tidur Al.

"Gue berarti dari tadi ngomong sendiri dong."kesal Raka sambil ikut membaringkan tubuhnya disamping sepupunya.

Raka tersenyum kecut ketika membayangkan jika ia menjadi Aldito sekarang, apa mungkin Raka akan kuat menahan semua masalah dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa jika didepan orang banyak.

Lelaki itu tersenyum melihat sepupunya tertidur dengan pulas, ia bangga melihat Aldito tegar menghadapi semuanya. Belum lagi siang tadi saat sepupunya melihat Laura dengan Rifky sangat akrab, terlihat sendu dimata Aldito membuat Raka ikut merasa sedih.

Rifky? Lelaki itu baru mengingat nama Rifky yang siang tadi dengan kekasih Aldito, yap Rifky Armana. Salah satu teman laki-laki Laura yang sangat dekat dengan gadis itu, mengapa Raka baru mengingatnya? Bodoh memang.

Raka tahu jika Rifky dan Laura berteman sangat akrab, dan ia juga baru mengingat bahwa Rifky yang mengikuti Olimpiade Sains di Singapura. Membuat Raka mendecak kesal, mengapa ia baru ingat sekarang.

"Ckkk, kenapa jadi gue yang mikirin sih."celetuk Raka membuat Aldito yang melihat Raka dengan satu matanya hanya terkekeh.

Drrrtttt

Getaran ponsel Raka terasa disaku celananya membuat lelaki itu langsung mengambil benda pipih dan mengangkat tanpa melihat siapa yang menelfon.

'Halo Rak, lo tau Al dimana gak.'

'Oh Al, ini dia lagi tidur Ra
Gimana emang?'

'Syukurlah, gue takut dia kenapa-kenapa.'

Raka langsung mengeraskan volume telfonnya agar Aldito terganggu dan langsung terbangun ketika suara Laura terdengar ditelinga nya nanti.

'Santai Ra, dia gakpapa kok.'

'Yaudah Rak gue tutup dulu ya, mau ngerjain tugas.'

Tuttt

Padahal disamping sana Aldito mendengar suara gadisnya namun ia urungkan untuk bangun, ia hanya mendengar suara lembut Laura dengan damai. Ternyata gadisnya mengkhawatirkan lelaki itu, membuat Aldito tersenyum tipis.

"Bangun bego Al."teriak Raka dengan suara lantangnya

"Hm."

"Ternyata yang tadi tuh temen dekat Laura satu-satunya yang cowok, namanya Rifky. Dia yang Olimpiade Sains di Singapura itu Al, lo tau kan?"

Aldito langsung reflek tebangun dan duduk di kasurnya dengan alis yang ia kerutkan karena bingung.

"Deket dalam hal gimana maksud lo?"

"Sahabat elah. Positif kenapa si jadi orang jangan negatif mulu."

"Lo lagi gak boong kan?"

"Sumpah demi, gue juga baru inget tadi."ucap Raka membuat Aldito langsung bernapas dengan lega membuat Raka terkekeh geli melihat sepupunya yang satu itu

"Jangan selalu nyimpulin ke hal buruk masalah yang dateng dikehidupan lo Al. Apalagi salah paham sama pacar lo sendiri. Stress karena salah paham antar pasangan itu gak lucu."celetuk Raka membuat Aldito langsung menggeplak wajah sepupunya dengan kasar

"Anjir, tangan lo bau njir. Mandi sono lo, Laura ilfil mampus."

"Ngomong lagi gue tendang juga lo. Brisik banget jadi cowok."jawab Aldito ketus

"Habis mandi langsung kewarung bude yap. Gue mau ngambil motor dulu dirumah terus otw duluan."

"Tai. Lo kesini jalan kaki?"

"Jalan kaki lah lebay banget, rumah cuman kehalang satu rumah aja pake soksokan naik motor. Hemat bensin dong."

"Serah. Sono lo pergi."ucap Aldito membuat Raka tertawa dan langsung pergi dari kamar sepupunya itu.


Perasaan hanya butuh kepercayaan bukan kesalahpahaman.

Raka, Lampung.

Aldito✔                                            [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang