entah

10.7K 426 2
                                    


Bukan khayalan tapi fakta yang terlalu menyakitkan untuk dijalani.


Aldito kini tengah berbaring dikamar milik alm kakeknya. Malam ini lelaki itu pergi ditempat masa kecilnya yang amat bahagia dulu, saat ini ia dirumah sang nenek yang berada didesa jauh dari kota tempat ia tinggal.

Nenek Aldito tinggal dengan Naufal Saputra dan dua pembantu yang mengurus rumahnya, Nofal telah berkuliah dengan jurusan hukum semester lima. Ia tinggal dengan sang nenek hanya ingin menjaga dan merawat wanita paruh baya itu dengan kasih sayang, kedua orangtuanya tinggal dikota untuk bekerja meneruskan bisnis alm kakeknya.

Aldito menghela nafasnya panjang, selalu saja seperti ini perhal keluarganya. Semua orang juga tau jika Aldito sudah berada dirumah neneknya itu pasti masalah besar datang dikehidupan nya, membuat ia pergi mencari tempat yang menurutnya nyaman saat ini.

Ia nyaman dirumah masa kecilnya

"Aldito?"panggilan lembut itu membuat Aldito menatap wanita tua yang tengah berdiri diambang pintu dengan wajah yang memancarkan senyumnya.

Wanita tua itu langsung menghampiri cucunya "Ada masalah apa lagi?"tanyanya

Aldito menggeleng pelan

"Nenek hafal sama sifat kamu Al, jagan nutupin gitu. Nenek tau kamu lelaki tegar kaya alm kakek kamu."

Aldito hanya menampilkan senyum tipisnya, membuat sang nenek langsung mengelus rambut cucunya dengan penuh kasih sayang.

"Gimana sekolah kamu?"

"Biasa aja."ucap Aldito acuh

"Yasudah istirahat ya, kalau mau apa-apa bilang aja. Perlu Al inget bunda sama ayah kamu sayang banget sama Al."ucap sang nenek meninggalkan Aldito yang hanya menampilkan wajah sendunya

Omong kosong.

Aldito kembali merebahkan tubuhnya keatas kasur. Diusap nya wajahnya dengan kasar, pikiran di otaknya kembali berputar membuat ia kembali menahan sesak didadanya.
Keluarga yang sama sekali tidak pantas disebut keluarga.

Dilain tempat.

"Bangsat! Itu apaan woi dipojokan."teriak Satya dengan suara kerasnya membuat Laura yang sedang membaca novel dengan tenang terusik kesal.

"Lo paan sih kak! Mamah sama papah bangun lah."teriak Laura yang sudah berada diambang pintu kamar Satya

"Diem! Itu ada kecoa kaki enam."ucap Satya dengan asal sambil berlari menuju dimana sang adik saat ini.

"Goblok banget sih lo. Itu Laba-laba kakak sayang."ketus Laura gemas sendiri dengan kakaknya

"Buangin Ra, geli gue ngeliatnya."celetuk Satya membuat Laura langsung tertawa terpingkal-pingkal hingga matanya menyipit.

Peletak

Sebuah jitakan cantik mendarat dikepala Laura membuat sang empu langsung mengaduh kesakitan.

"Sakit goblok ih. Tambah lemot sumpah ini otak gue."

"Yaampun kalian ini kenapa, ngapain pake ngomongin golok segala."teriak Liona yang sudah berada di kamar Satya membuat Farel yang notabene nya suaminya ingin sekali membuang istrinya kelaut sekarang juga. Kenapa semakin hari istrinya semakin lemot dan lebay banget sampai kedua anaknya tertular virus lemot.

"Siapa tadi yang ngomong kasar?"tanya Farel membuat kedua anaknya hanya terdiam sedangkan Satya yang malah sibuk ingin membuang hewan yang membuatnya geli saat ini

"Kamu juga, kenapa malem gini teriak-teriak?"

"Bukan aku ya pah, itu kak Satya yang teriak."ketus Laura membuat sang kakak langsung melempar wajah Laura dengan bantal

"ASTAGFIRULLAH!"ucap Farel sambil mengacak rambutnya pelan membuat Laura dan Satya hanya menampilkan deretan giginya

"Pah itu hewan kaki enamnya ada dua kan jadinya, gegara papah pake pidato segala sih."ucap Satya dengan asalnya membuat sang papah hanya menggelengkan kepalanya

Sabar

"Lah, kamu lagi nunggu hewan lahiran apa gimana kak?"tanya Liona membuat Laura memutar bola mata malasnya, yap kelemotan mamahnya keluar membuat Laura gemas sendiri.

"Satya ngapain teriak-teriak kaya cabe-cabean malem minggu?"

"Papah mah bercanda mulu ih."jawab Laura sambil menahan tawanya

"Satya?!"

"Anu, itu pah-- anjir goblok malah pindah ke hordeng."celetuk Satya heboh sendiri membuat Laura hanya tertawa hingga matanya menyipit

"SATYA!"

"Ehehe kelepasan pah, itu ada Laba-laba. Satya geli MasyaAllah pah."teriak Satya sedangkan Sarah hanya menatap dua anaknya ini dengan terkekeh

Farel langsung mematikan Laba-laba dan membuangnya diluar balkon kamar anak putranya itu, membuat Satya yang melihat bergidik ngeri.

"Mampus lo, supermen udah dateng matiin lo."ucap Satya dengan girangnya

"RIP Laba-laba."ucap Laura dengan wajah yang dibuat sedih

"Kamu tuh cowok, takut sama begituan malu sama ayam."celetuk Liona membuat Satya hanya menyengir

"Kamu juga Ra, kamu tuh cewek. Kalem dikit kenapa sih."celetuk Farel menyahut

"Gak gue banget."gumam Laura

"Kamu bilang apa Ra?!"tanya Farel yang tidak dijawab oleh sang anak karena ponsel anak gadisnya tengah berdering.

Masa depan is calling...

"Wait pah, masa depan nelfon."jawab Laura yang langsung menjauh dari sang papah

Diangkatnya panggilan itu dengan berbinar dan penuh semangat

'Iya, kenapa Al?'

Tidak ada suara

'Halo'

'Masa depan where are you?'

Sedangkan seorang lelaki diseberang sana hanya terkekeh mendengar suara gadisnya, ia menelfon Laura hanya ingin mendengar suaranya saja. Karena ia ingin menenangkan pikirannya walau hanya sebentar.

'Apa jangan-jangan ini bukan Al pacar gue ya, ih seremmm.'

'Hallo'

'Pasword nya?'

Kembali lagi lelaki disebrang sana hanya tekekeh geli dengan kelakuan gadisnya ini, ingin sekali saat ini ia memeluk gadisnya. Tapi saat ini memang belum saatnya ia bertemu dengan gadisnya, pasalnya lelaki itu juga sudah jauh dari kota dan ia tak ingin terlihat buruk di depan Laura dengan keadaan yang seperti ini.

Tuttt

Sambungan terputus sepihak membuat Laura mengerutkan dahinya bingung dan langsung ia kembali kekamar untuk tidur dengan nyenyak.

Aldito✔                                            [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang