selesai

9.7K 338 9
                                    

Laura sejak tadi masih enggan untuk bangkit dari tempat tidur, dia masih senantiasa menikmati masa rebahan nya, pasal ia pingsan kemarin saat ini gadis itu masih tetap beristirahat agar dapat sembuh dengan baik.

Sebuah ketukan dipintu membuat Laura dengan cekatan langsung mengucek matanya seolah ia sedang bangun tidur, suaranya yang bindeng dan serak itu ia paksakan untuk menjawab pertanyaan dari luar kamarnya.

"Assalamu'alaikum."

"Raaaa!"

"Woi."

"Apaan sih kak, buka aja gak dikunci bego."teriak Laura dengan susah payah, sedangkan Satya yang sudah mengebulkan kepalanya hanya menampilkan cengiran nya.

"Bego banget."

"Maaf elah, masih sakit Ra?"
tanya Satya yang sudah duduk disamping ranjang milik Laura

Laura menggelengkan kepalanya, "Mendingan kok."

"Nih makan, terus minum obatnya. Biar cepet sembuh."
ucap Satya sambil menaruh nampan berisi bubur dan obat dinakas.

Satya menatap Laura dengan prihatin, keadaan adiknya itu sangatlah berantakan. Hidungnya memerah, rambutnya acak-acakan seperti singa dan matanya yang sembab karena air mata.

"Lo kasihan banget sih."
celetuk Satya memandang wajah adiknya dengan prihatin

"Lo ada masalah?"

Laura menggeleng, "Nggak kok, Laura gak ada masalah."

"Cerita aja kalau emang ada yang mau diceritain sama kakak, jangan anggep kakak tuh kayak orang lain Ra."ungkap Satya

Laura memaksakan senyumnya, dia tetep keukeuh tidak ingin membagi kisahnya kepada siapapun untuk sekarang. Hatinya masih terlalu ngilu untuk mengetahui bahwa dirinya sudah tidak dengan Aldito.

"Pacar lo tumben gak pernah kesini lagi Ra."celetuk Satya membuat Laura yang mendengar langsung tersenyum kecut, sudah pasti kakaknya akan menanyakan perihal Al.

"Kenapa?"

"Gak papa kok."jawab Laura sambil tersenyum tipis

"Kok mukanya sedih gitu."

"Apaan sih, gak papa. Udah sono lah pergi, males gue sama lo."ketus Laura membuat Satya hanya terkekeh geli

"Kalau emang ada masalah yang masih bisa kalian berdua perbaiki, ya perbaiki selagi masih ada kesempatan. Jangan karena ego dan gengsi kalian nantinya malah berakhir udahan."jelas Satya membuat Laura langsung menundukkan kepalanya

"Jangan pikir kakak gak tahu, mamah semalem cerita."ucap Satya membuat Laura hanya menatap sendu kearah Satya

"Gue juga cowok Ra, tahu mana yang harus diperjuangin sama nggak. Kalau semisal nantinya Al gak milih lo ya berarti udah takdir, kalau dia nantinya milih lo ya jangan sia-siain dan bersikap dewasa."

"Makasih kak."ucap Laura sambil tersenyum manis kearah Satya

"Buat pelajaran juga kedepannya. Udah jangan sedih lagi."

"Balikan sana."sindir Satya yang sudah berlari keluar membuat Laura melotot sebal.

"Kakak! Gue gorok juga lo."

Dilain tempat, Aldito terus-terusan menatap kearah layar ponselnya yang memperlihatkan foto seorang gadis yang tengah tersenyum. Foto itu, Aldito ambil secara diam-diam.

"Aldito?"panggilan lembut itu tiba-tiba menyeruak masuk kedalam indra pendengaran Aldito. Lelaki itu langsung mematikan ponselnya dan melempar kesembarang tempat.

"Kenapa bun?"

"Gimana sama Laura? Masih marahan."tanya Sarah sambil duduk di samping anaknya itu.

Aldito menghela nafasnya gusar, dan mengacak rambutnya. "Selesai bun."
jawab Aldito membuat Sarah tersenyum mengangguk

"Bagus lah kalau gitu."

"Maksudnya selesai dalam artian putus."

Sarah menatap anaknya dengan mata yang sudah melotot kaget, "Gak usah ngawur Al! Laura itu cantik, baik, lucu. Dia juga sayang banget sama keluarga kita."
bentak Sarah tak habis fikir dengan anaknya.

"Itu juga kemauan Laura bun. Mau gimana lagi coba?"jawab Aldito acuh

"Terus kamu iyain aja gitu dia minta putus?! Bunda tempeleng juga kamu Al."
geram Sarah

"Al ngantuk mau tidur."

"Gak!"Sarah menatap tajam anaknya, " Kamu baru aja putus Al, kok malah kayak gak merasa bersalah gitu?"tanya Sarah heboh

"Udah lama bun."jawab Aldito kelewat cuek

"Astagfirullah Al."Sarah tidak habis fikir dengn jalan pemikiran anaknya itu.

Wanita itu mengatur nafasnya pelan, "Terserah kamu mau putus atau gimana terserah, bunda cuma mau ngingetin ke kamu kalau jaman sekarang tuh nyari cewek yang baik susah. Jangan udah dapet malah disia-siain."ujar Sarah

"Kamu juga masih kelas 11, mending belajar yang bener."
lanjut Sarah

"Hm."singkat, padat, dan jelas itulah balasan yang diberikan Aldito kepada Sarah bundanya.

"Gak gentle banget jadi laki."
celetuk Deka yang tak sengaja lewat didepan sang bunda dan abangnya

"Diem, lo masih kecil."

"Eh sorry ya, gue kadang lebih dewasa daripada lo."

"Diem bocah."

"Kenapa? Gengsi mau bilang sayang juga? Kalau kemakan gengsi gebetan lo bakal kemakan orang lain juga."

"Kurangin juga ego lo bang, jangan maruk jadi orang tuh. Kalau udah dikasih yang terbaik yaudah jalanin, jangan malah karna mantan balik lo jadi ikut balik sama dia yang udah buat lo ancur dulu. Inget masalalu sama masa depan itu udah beda pengertian."

Hening, Aldito terdiam mendengar ceramahan Deka yang terkadang ada benarnya. Sedangkan Sarah, wanita itu tersenyum melihat anak bungsunya yang sudah sangat dewasa dibanding dengan usianya yang masih berumur 15 tahun.

Aldito✔                                            [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang