extrapart

18.6K 443 7
                                    

Hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang adalah suatu hal yang memang lebih berat dilakukan dari sekedar hari senin. Yang awalanya bisa bangun siang kini harus kembali bangun pagi. Yang awalnya bisa nonton tv, rebahan dikasur, jalan-jalan, main ponsel sepuasnya kini harus kembali fokus pada pelajaran dan mendengarkan penjelasan guru yang entah mengapa slalu membosankan. Yang awalnya bisa main ponsel hingga larut malam tanpa pusing memikirkan tugas kini harus kembali punya jam malam sendiri dengan syarat tugas yang harus sudah selesai.

Perbedaan ini lah yang membuat sebagian murid sebenarnya anti dengan hari tersebut. Tapi apa boleh buat, mereka terpaksa harus tetap mandi, sarapan dan siap-siap untuk pergi kesekolah sebelum jam 07.15 namun mirisnya, kebanyakan hari pertama masuk pasti bertepatan dengan hari senin. Bukankah hal ini bisa disebut kolaborasi yang menyebalkan?

Apa lagi saat ini, tepat pada hari pertama masuk bagi murid SMA Yadika yang seharusnya berjalan lancar kini malah disuguhkan dengan cuaca dingin, berembun, hingga kabut pagi tebal yang menutupi semua jalan padahal jam sudah bisa dibilang siang membuat suasana yang dingin ini pasti banyak orang enggan untuk beranjak dari kasur.

Semua orang yang biasanya berbondong-bondong ke tempat tujuan nya masing-masing kini lebih memilih berdiam diri dirumah untuk mencari kehangatan. Jangankan untuk keluar, sekedar menyibakan selimut dan membuka mata saja mereka enggan.

Hal ini juga dirasakan oleh seorang lelaki itu. Jika saja bundanya sejak pagi tidak mengomel, maka dia akan tetap mengurung diri didalam kamar untuk hibernasi.

Perlahan langkah nya menuruni tangga dengan lamban, bahkan sesekali lelaki itu masih berhenti beberapa detik dengan mata yang masih sayu. Hari ini lelaki itu menggunakan hoodie hijau army dengan kupluk yang sudah menutupi rambutnya, seragam yang selalu dikeluarkan, tidak memakai dasi dan sepatu sneakers dengan tali yang masih belum terikat, kacau.

"Yaampun Al, ngapain masih berdiri disitu sih. Kaya gak semangat idup banget kamu."
celetuk Bagas membuat lelaki itu menoleh kearah papanya dengan ekspresi datar membuat Sarah yang sedang menyiapkan sarapan kini sudah melotot tajam ketika melihat keadaan anaknya seperti itu.

"Al, jangan diem disitu kaya patung. Sini sarapan!"

"Jelek banget, kak Laura ilfil mampus lo."ketus Deka yang juga tidak mendapatkan respon apapun

"Ini dari tadi orangtua ngomong malah diread doang, gak waras."cibir Bagas menatap anak lelaki nya itu dengan pandangan tak paham lagi

Lelaki itu kembali melangkahkan kakinya dan terduduk lemas disamping Deka yang saat ini memandang heran kearahnya.

"Lo kenapa sih bang?"

"Al nggak sakit kan?"

"Males sekolah bun."celetuk Aldito membuat Bagas reflek langsung menoyor kepala anaknya dengan sendok.

"Awwhhh sakit woi."

"Heh mulut. Mau dipukul lagi?!"

"Sekolah, kamu udah kelas 12 ya Al nggak boleh males-malesan."

"Al udah pinter yah."

"Heh gak boleh sombong. Pinter gak menjamin bisa sukses tau."

"Gak berangkat sehari juga gakpapa kali yah, ini juga paling gak aktiv belajar masihan."

"Serah kamu, Laura pasti udah nunggu sana cepet."
celetuk Sarah membuat Aldito langsung membuka lebar matanya dan terbesit senyuman manisnya

"Giliran kak Laura aja langsung semangat."gumam Deka memutar bola matanya malas

"Al berangkat dulu bun, yah assalamualaikum!"

Jderrr!

"Al, kenapa suka banget banting pintu sih yaallah."

Aldito✔                                            [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang